Ferdian Putra Pratama 19 Tahun yang di tinggal kan keluarganya untuk hidup sendiri sejak SMA. Dirinya menjalani kesulitan setiap hari, dan menjadi bahan ejekan oleh teman teman sekolahnya. Namun beruntung nya dirinya mendapatkan dua sahabat yang begitu baik pada dirinya sehingga dirinya bisa bertahan hingga lulus dari SMA.
Setelah Lulus dari SMA dirinya masuk ke satu kampus yang paling mewah di kotanya dengan mengandalkan beasiswa yang dia dapatkan. Namun siapa sangka jika di kampus ini lagi lagi dirinya bertemu teman yang selalu membully dirinya di SMA, namun semua nya terungkap disini siapa dirinya sebenernya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A. Al'Fatih PP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
B32
Singkat cerita pagi pun tiba, kini Ferdian sedang berolahraga seperti biasa yang dia lakukan, namun kali ini dia tidak melakukan olahraga yang harus menggunakan tangannya, karena tangganya masih belum begitu membaik.
Sedangkan di depan teras Rumahnya sedang menunggu 2 orang muda/i yang tak lain Diky dan Renna yang ingin mencaritahu sesuatu tentang Ferdian yang selama ini tidak mereka ketahui.
"Hah Diky Renna, ada apa kalian datang pagi pagi sekali? Dan Diky bukan kah hari ini kita sedang tidak ada kelas ya?" tanya Ferdian yang terkejut melihat mereka berdua sudah ada di teras rumah kontrakannya.
"Oh kami hanya ingin mengunjungi mu saja, dan ingin bertanya sesuatu" jawab Diky.
"hah ingin bertanya apa?"
"Apa kamu tidak mempersilahkan kami masuk Ferdian?" celetuk Renna.
"oh iya aku lupa akibat terkejut karena melihat kalian yang datang pagi pagi sekali" ungkap Ferdian dan lalu membuka pintu rumah kontrakannya yang terkunci itu dan mempersilahkan mereka untuk masuk.
"Diky ambil lah minuman untuk Renna aku akan bersih bersih dulu" ucap Ferdian.
"hey Ferdian aku ini tamu, harusnya kamu lah yang menyediakan minuman untuk kami" ucap Diky yang menolaknya.
"Kamu tamu? Sejak kapan? Bukan kah selama aku tinggal disini kamu selalu menganggap rumah kontrakan ku sebagai rumah mu juga?" setelah mengatakan itu Ferdian pun langsung masuk kedalam kamarnya dan kembali dengan handuk dan pakaian ganti ditangannya, sedang kan Diky baru saja duduk kembali dengan minuman hangat yang di buat sendiri. Melihat itu Ferdian pun langsung menuju kamar mandi.
20 menit pun berlalu, kini Ferdian sudah bergabung dengan mereka, dan waktu telah menunjukan 9:30, Ferdian mengirim pesan kepada seno untuk tidak menjemputnya sekarang, nanti dia akan mengabari seno jika sudah ingin di jemput.
"Baiklah apa yang ingin kalian tanyakan kepada ku?" tanya Ferdian yang sudah berada di hadapan Diky dan Renna.
"Kemarin kamu kemana? main lari begitu saja dan Fanesha mengejar mu tapi dia juga tidak menemukan mu." tanya Diky.
"Hah Fanesah mengajar ku? Aku tidak tau jika Fanesha mengejar ku, aku hanya terus berlari dan menyebrang jalan dan langsung menaiki angkutan umum. .Dan maaf aku ada keperluan mendesak yang tidak bisa aku tunda makanya aku lari begitu saja tanpa melihat kebelakang" Ferdian memberikan alasan.
"Pantas saja Fanesha cerita pada ku jika dia tidak dapat menemukan mu sewaktu mengejar mu kemarin, ternyata kamu langsung masuk ke dalam angkutan umum" Jelas Renna.
"Baiklah hanya itu saja yang ingin aku tanyakan, dan sebenarnya selain mau bertanya tentang itu dengan mu, kami kesini juga ingin mengajak mu untuk pergi, mumpung hari ini kita tidak ada kelas" ungkap Diky.
"Maaf sekali Diky sepertinya aku tidak bisa untuk ikut kalian kali ini, karena aku sudah memiliki janji dengan orang lain" Ferdian beralasan lagi.
"Sayang sekali, padahal Fanesha Stefan Rebecca juga ikut, dan mereka sedang menuju kesini, mungkin sebentar lagi mereka tiba" Renna memberitahu.
"Duh kalian kenapa membawa Fanesha kesini, dan kalian lihat rumah ku kecil untuk menampung kalian semua disini, bisa bisa kalian akan berebut udara segar nanti" Ucap ferdian yang sebenarnya takut jika Fanesha dan Rebecca melihat kedepannya mereka akan sama seperti teman teman yang lain yang dulu pernah datang kerumahnya dan besoknya mereka tidak lagi mau berteman dan malah mengejeknya.
"Rumah mu memang kecil tapi di ruang tamu ini ada 4 jendela, buka saja itu agar udara segar dari luar masuk jadi tidak membuat sesak jika kita semua berada didalam" ucap Renna memberi solusi.
"Benar benar sekali Fer, buka saja jendelanya" Diky langsung bergerak menuju jendela dan langsung membuka jendela 1/1.
Ferdian yang melihat temannya itu, hanya menggelengkan kepalanya, Diky dan Stefan memang sering kerumahnya, dan mereka tidak sungkan lagi jika berada di rumah Ferdian.
"Halo semua selamat pagi" ucap Rebecca yang sudah berada di depan pintu di ikuti Stefan dan Fanesha yang ada di belakangnya.
"Kalian sudah tiba, ayo masuk sini" Diky mempersilahkan mereka masuk seolah olah dirinya lah tuan rumah.
Ferdian lagi lagi hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Diky ini, dan dia juga mempersilahkan masuk mereka.
Kini bangku sudah penuh oleh mereka semua, bangku yang ada di ruang tamu Ferdian hanya ada 3, namun 1 bangku bisa untuk 2 orang dewasa.
Kini Renna duduk bersama Diky, Rebecca dengan Fanesha, dan Ferdian dengan Stefan. Awalnya Rebecca ingin duduk bersama dengan Stefan, namun Ferdian menarik Stefan terlebih dahulu.
( oh iya author lupa, untuk Rebecca dan Stefan mereka sudah baikan ya, author lupa membuat alur ceritanya, terlalu fokus sama Ferdian soalnya hehehe )
"Ferdian kamu benar hanya sendiri tinggal disini?" Tanya Rebecca yang matanya tidak henti hentinya melihat sekeliling Ruang tamu yang tertata rapi.
"Benar Rebecca aku hanya tinggal sendiri semenjak kakakku pergi merantau menyusul kedua orang tua ku" jawab Ferdian.
"Rumah mu ini memang tidak besar tapi benar benar rapi dan bersih, semua tertata dengan baik seperti ada ART yang setiap hari merapihkan semuanya." ucap Rebecca lagi yang masih tidak percaya.
"Aduh bagaimana bisa aku menyewa ART, sedangkan aku saja untuk kuliah harus mengandalkan beasiswa, dan untuk makan biasanya di berikan oleh mereka" ucap Ferdian mengatakan yang sejujurnya dan tidak merasakan malu dengan keadaanya ini, dan menunjuk kedua temannya secara bergantian.
"Sudah sudah sudah tidak perlu membahas yang lain, jadi bagaimana, kapan kita akan berangkat ini?" tanya Stefan mencegah agar tidak terjadi kecanggungan dengan pembahasan ini.
"Aku terserah kalian saja mau berangkat kapan, tapi aku beritahu dulu ya, Ferdian tidak bisa ikut karena dia sudah punya janji dengan orang lain" Jelas Diky.
"HAH, janji dengan orang lain? apa seorang wanita?" tanya Rebecca yang matanya melihat Ferdian dengan penuh selidik, untuk melihat kejujuran dari mata Ferdian.
"Tentu saja tidak, aku sudah punya janji dengan seorang Pria, dan aku mana punya teman wanita selain kalian, itupun jika kalian menganggap aku teman" Jawab Ferdian dengan jujur dan dengan suara yang semakin lama semakin kecil ketika kalimat kalimat terakhir.
"Janji apa? Memangnya kamu mau kemana dengannya?" tanya Fanesha yang selama dia datang hanya terdiam.
"ah i itu aku meminta sebuah pekerjaan kepadanya, karena aku telah dipecat dari tempat ku sebelumnya" ucap Ferdian berbohong, namun mengenai jika dirinya dipecat itu benar.
"Ahh jika seperti itu kami tidak bisa memaksa mu untuk ikut, tapi kenapa kamu buru buru untuk bekerja lagi sedangkan tangan mu saja belum sembuh?" Stefan berkata dan menunjuk kearah tangan Ferdian.
"apa kamu perlu uang untuk keperluan lain? Aku bisa membantu mu untuk biaya keperluan sehari sampai tangan mu sembuh, agar kamu tidak buru buru bekerja" Sambung Fanesha.
"Ahh tidak tidak tidak perlu, aku masih ada sedikit simpanan, aku akan mulai bekerja nanti ketika tangan ku sudah membaik, tapi memang hari ini aku harus menemuinya, agar posisinya tidak di isi orang lain." Ferdian beralasan lagi.
"Baik lah jika begitu, tapi ingat jika uang mu habis sebelum tangan mu sembuh dan belum mulai bekerja, kamu jangan sungkan untuk meminta bantuan kepada kami" ucap Stefan.
"Baik baik aku akan memberitahu mu jika aku memerlukan bantuan kalian" jawab Ferdian.
Sementara itu Renna dan Diky hanya memperhatikan Ferdian yang nampak gelisah memberikan jawaban jawaban atas pertanyaan yang teman temannya berikan.
"Jadi sekarang bagaimana, Ferdian tidak ikut, kita lanjut pergi atau kita cari hari lain saja agar Ferdian bisa ikut juga?" Stefan memberikan pilihan.
"Sepertinya kita cari waktu lagi saja agar kita bisa pergi bersama" ucap Diky. "Benar Benar Benar " sahut yang lainnya.
"Hey hey kalian pergilah, jangan karena aku tidak bisa ikut kalian, kalian malah membatalkan acara kalian ini" Ferdian merasa tidak enak, hanya karena dirinya mereka membatalkan acara mereka.
"Tidak tidak ini bukan karena mu, ini kesepakatan kami kok, kamu janga merasa tidak enak" ungkap Fanesha.
"Ah aku lapar sekali" Tiba tiba Rebecca berkata sambil berdiri dan menoleh kearah jendela untuk melihat ke arah luar, dia berharap ada penjual makanan.
"Percuma kamu melihat keluar Rebecca, tidak ada penjual makanan disini" ucap Diky.
"Kalian tunggu sebentar ya, aku akan mencarikan makanan untuk kalian" Ucap Ferdian yang bergegas berdiri dan ingin segera keluar, namun di hentikan oleh Fanesha.
"Ferdian tidak perlu mencarinya, kita pesan saja lewat online" ucap Fanesha yang langsung di setujui oleh yang lain.
"Oh iya, sekalian minuman dinginnya jangan lupa" request Rebecca. Fanesha hanya mengangguk dan yang lain memilih menu makanan yang mereka mau, sedangkan Ferdian lari ke dapur untuk membuat minuman untuk mereka, dirinya lupa memberikan minuman karena terlalu asik ngobrol dari sejak mereka datang.
...----------------...
Mohon maaf jika ada kata atau penulisan yang kurang baik atau salah kata, dan tolong berikan masukan yang membangun saya untuk jadi lebih baik lagi dalam membuat cerita. Terimakasih.
Jangan lupa Like, Share, Gift, Comment, dan Follow ya, Terimakasih🙏