"Simpanan Suamiku selama ini ... MAM4?!!! nggak mungkin, nggak mungkin mam4 tega melakukan ini padaku. Aarrgghhh!!!"
Ungkapan kekecewaan Kimberly terdengar melalui jeritan kerasnya setelah menemukan kebenaran yang tersembunyi di ponsel suaminya. Mam4 yang selama ini dihormatinya dan sangat disayanginya, ternyata adalah simpanan dari suaminya sendiri.
Bagaimana jadinya jika orang yang kau anggap sebagai mam4 tiri yang begitu kau cintai melebihi siapapun, dan kau perlakukan dengan penuh kasih sayang seperti mam4 kandungmu sendiri, tiba-tiba menjadi sumber konflik dalam pernikahanmu?
Di depannya ia terlihat begitu baik, namun di belakangnya ia bermain peran dengan licik. Penasaran dengan kisahnya? Segera simak perjalanan emosional Kimberly hingga akhir cerita!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Grace caroline, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28. Pel4cur mur4han
Pel4cur mur4han, k0tor dan sangat menjijikkan. Dania terlihat pulang dari pekerjaan keduanya hari ini. Dia naik taksi dengan tujuan pulang ke rumah. Sebelum sampai di rumah, ia singgah sebentar di toko makanan untuk membelikan putri kecilnya makanan.
Setelah selesai membeli makanan, Dania segera meninggalkan toko dan melanjutkan perjalanan pulang ke rumah. Begitu tiba di rumah, dia membuka pintu dan menemukan Tasya, putri kecilnya, sedang duduk di atas sofa dan melamun.
Dania mendekati Tasya dengan langkah ringan, lalu duduk di sebelahnya. Ia menepuk lembut pundak Tasya, mengagetkan Tasya namun segera disambut dengan senyuman ceria saat melihat Dania di sampingnya.
"Mama!" Tasya bergegas memeluk erat Dania. Rasanya rindu. Seharian ini Dania meninggalkan Tasya sendirian di dalam kontrakan. Tidak ada siapapun yang menemani Tasya. Hingga akhirnya pada pukul sepuluh malam Dania pulang ke kontrakannya.
Beberapa saat lalu dia sudah melayani satu orang pria dewasa yang mungkin umurnya jauh di atasnya. Pria itu terlihat putus asa, stress atau mungkin frustasi dengan kehidupannya.
Dania berusaha melakukan pekerjaannya sebagai kupu-kupu malam dengan baik, dia memanjakan pria itu, hingga akhirnya pria itu memberi Dania uang yang cukup besar sebagai imbalannya.
Dania segera mengambil bungkusan nasi yang ia beli sebelumnya dan membukanya. Dia memperlihatkan nasi itu pada Tasya sebelum memberinya suapan.
Sejenak keduanya tidak saling bicara. Hanya suara gemeretak mulut Tasya yang sedang menikmati makanannya yang terdengar di ruangan itu, hingga akhirnya ia selesai makan dan Dania meletakkan piring bekas makanan Tasya di atas meja.
Dia mengusap nasi yang ada di bibir Tasya dan memberikannya minum.
"Tasya, Mama minta maaf ya, Mama harus pergi bekerja seharian tadi," ucap Dania sambil mengelus kepala Tasya lembut.
Tasya hanya mengangguk pelan sambil tersenyum menatap kearah Dania. Dia tahu bahwa pekerjaan Mamanya adalah untuk mencari uang demi kehidupan mereka berdua.
"Mama, kenapa Tasya harus sendirian di rumah?" tanya Tasya dengan polos.
Dania terdiam sejenak, dia tidak ingin memberitahu Tasya tentang pekerjaannya sebagai seorang pelac*r. Dia ingin melindungi Tasya dari kehidupan yang penuh dengan kekejaman dan kekejian.
"Tasya, Mama harus pergi bekerja untuk mencari uang agar kita bisa makan dan hidup dengan baik. Tapi jangan khawatir, Mama selalu akan pulang ke rumah untuk bersama Tasya," jawab Dania dengan lembut.
Tasya hanya mengangguk mengerti, dia masih terlalu kecil untuk memahami sepenuhnya situasi yang mereka hadapi. Dia hanya merasa kesepian setiap kali Dania pergi bekerja. Dia ingin Mamanya selalu ada di sampingnya dan menemaninya seperti dulu.
****
Di tempat lain, Kimberly terlihat tengah berjalan pulang bersama dengan teman baiknya, Jennifer setelah sebelumnya makan bersama di sebuah restoran hingga larut malam. Mereka tertawa-tawa sambil berjalan pulang ke rumah Kimberly.
"Jadi, gimana menurut Lo makan malam tadi, Jen?" tanya Kimberly sambil tersenyum.
"Enak banget! Gue suka banget makanan di restoran itu. Makasih udah ngajak gue, Kim," jawab Jennifer sambil menggosok perutnya yang kenyang.
"Makasih juga udah nemenin gue. Kita harus sering-sering kayak gini, Jen," ucap Kimberly sambil menggandeng tangan Jennifer.
Mereka akhirnya sampai di rumah Kimberly dan masuk ke dalam. Keduanya terlihat sangat lelah setelah seharian beraktivitas. Mereka memutuskan untuk tidur di sofa ruang tamu karena terlalu malas untuk naik ke atas.
"Ah, capek banget ya, Jen. Gue rasa gue langsung tidur aja di sini," ucap Kimberly sambil merebahkan diri di sofa.
"Gue juga setuju. Besok pagi kita bisa bangun lebih awal dan sarapan bareng," jawab Jennifer sambil menutup matanya.
Malam pun berlalu dengan damai. Mereka tertidur pulas di atas sofa ruang tamu, tanpa menyadari bahwa petualangan lucu baru saja dimulai.
Keesokan paginya, Kimberly terbangun lebih dulu dan melihat Jennifer masih tertidur pulas di sebelahnya. Tanpa pikir panjang, Kimberly memutuskan untuk membangunkan Jennifer dengan cara yang kocak.
"Jen, bangun! Ayo kita sarapan!" teriak Kimberly sambil menggoyangkan tubuh Jennifer.
Jennifer terbangun dengan kaget dan langsung duduk tegak. "Apa-apaan sih, Kim? Kenapa bangunin gue dengan cara kayak gitu?"
Kimberly hanya tertawa melihat reaksi Jennifer. Mereka pun akhirnya sarapan bersama sambil bercanda dan tertawa-tawa.
Kimberly dan Jennifer kemudian memutuskan untuk menghabiskan hari itu dengan berjalan-jalan di sekitar kota. Mereka mengunjungi taman, toko-toko, dan bahkan mencoba permainan di pusat permainan. Jennifer dan Kimberly terlihat sangat bahagia dan menikmati waktu weekend mereka bersama.
Saat mereka sedang berjalan-jalan, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Mereka berdua pun berlari mencari tempat berteduh. Mereka menemukan sebuah kafe kecil dan memutuskan untuk masuk.
"Phew, untung ada kafe ini. Kita bisa berteduh sebentar," ucap Jennifer sambil mengelap air hujan di wajahnya.
Kimberly memesan dua cangkir kopi hangat untuk mereka berdua. Mereka duduk di sudut kafe sambil menikmati minuman mereka.
"Mungkin hujan ini pertanda kita harus istirahat sebentar, Jen. Kita udah capek banget dari tadi pagi jalan mulu," ucap Kimberly sambil meniup kopi hangatnya.
"Betul juga ya, Kim. Tapi seru banget hari ini. Kita harus sering-sering liburan kayak gini," jawab Jennifer sambil tersenyum.
Mereka berdua pun duduk di kafe tersebut untuk beberapa jam, bercerita dan tertawa bersama. Hujan pun akhirnya reda dan mereka memutuskan untuk meninggalkan cafe tersebut dan pulang ke rumah.
****
Keesokan harinya, Kimberly tampak bersiap-siap dan melakukan segalanya dengan cepat. Ia bersiap untuk pergi bekerja dengan mengantar seorang pelanggan yang sebelumnya telah menghubunginya.
Pelanggan tersebut meminta Kimberly menemaninya melihat tanah yang sebelumnya dipromosikan oleh Kimberly di media sosial miliknya
"Pagi, Kim! Lo udah siap buat nganterin pembeli hari ini?" tanya rekan kerjanya, Sarah, sambil tersenyum.
"Ya, tentu aja! Gue udah nyiapin semuanya. Ayo kita berangkat sekarang," jawab Kimberly semangat.
Mereka pun berangkat menuju lokasi tanah yang akan dilihat oleh pembeli. Sesampainya di lokasi, pembeli yang bernama Banu sudah menunggu dengan senyum ceria.
"Halo, pak Banu! Senang bertemu dengan anda. Mari kita lihat tanah ini," sapa Kimberly ramah.
Mereka pun mulai berjalan-jalan di sekitar tanah tersebut. Banu terlihat sangat tertarik dan mulai bertanya-tanya tentang detail tanah tersebut.
"Apakah tanah ini sudah memiliki izin mendirikan bangunan?" tanya Banu penasaran.
"Ya, tentu saja. Semua izin sudah lengkap dan siap untuk dibangun sesuai keinginan anda," jawab Kimberly meyakinkan.
Mereka berjalan-jalan sambil berbincang-bincang tentang rencana pembangunan yang akan dilakukan oleh Banu. Tiba-tiba, Banu terlihat sangat antusias dan langsung memberikan tawaran harga yang cukup tinggi.
"Wow, ini sangat menarik! Saya tertarik untuk membeli tanah ini dengan harga yang anda tawarkan," ucap Banu senang.
Kimberly pun terkejut dengan tawaran yang diberikan oleh Banu. Dia pun langsung menghubungi pemilik tanah untuk mendiskusikan penawaran tersebut.
Setelah beberapa saat berdiskusi, akhirnya kesepakatan pun tercapai. Banu pun resmi menjadi pemilik tanah tersebut dan Kimberly berhasil menjual tanah tersebut dengan harga yang cukup tinggi.
"Terima kasih, mbak Kimberly! Saya sangat senang bisa mendapatkan tanah ini. Terima kasih atas bantuan anda," ucap Banu bersyukur.
"Senang bisa membantu, pak Banu. Semoga tanah ini bisa menjadi investasi yang menguntungkan bagi anda," ucap Kimberly ramah.
Setelah cukup berbincang-bincang dan melakukan transaksi, keduanya pun berpisah dengan senyum cerah di wajah masing-masing. Keduanya berjanji untuk akan bertemu keesokan harinya untuk membahas surat-surat tanah yang sebelumnya dibeli Banu.
Keesokan harinya, Kimberly kembali bersiap-siap untuk bertemu dengan Banu. Mereka sepakat untuk bertemu di kantor agen properti tempat Kimberly bekerja. Begitu tiba di kantor, Banu sudah menunggu dengan senyum ceria.
"Halo, pak Banu! Senang bertemu dengan anda lagi. Mari kita selesaikan proses administrasi pembelian tanah ini," sapa Kimberly ramah.
Mereka pun duduk bersama untuk membahas surat-surat tanah yang perlu diselesaikan. Banu terlihat antusias dan siap untuk menyelesaikan semua proses dengan cepat.
Kimberly membuka berkas-berkas yang diperlukan dan mulai menjelaskan satu per satu kepada Banu. Mereka berdiskusi tentang dokumen-dokumen yang perlu disiapkan dan prosedur-prosedur yang harus diikuti.
Banu terlihat sangat serius namun tetap ceria dalam mengikuti proses tersebut. Kimberly merasa senang karena Banu sangat kooperatif dan mudah diajak bekerja sama.
Setelah beberapa jam berlalu, proses administrasi pun selesai. Banu resmi menjadi pemilik tanah tersebut dan semua dokumen sudah lengkap dan sah.
"Terima kasih banyak, mbak Kimberly! Saya sangat senang bisa bekerja sama dengan anda. Semoga kita bisa berkolaborasi lagi di masa depan," ucap Banu bersyukur.
"Senang bisa membantu, pak Banu. Semoga tanah ini bisa memberikan keuntungan yang besar bagi anda. Jangan ragu untuk menghubungi saya jika ada yang perlu dibantu," jawab Kimberly ramah.
Mereka berdua pun bangkit berdiri dari tempat duduk mereka dan saling berjabat tangan. Banu pun meninggalkan kantor dengan senyum bahagia di wajahnya.
Bersambung ...