Rachel, seorang CEO muda yang sukses, hidup di dunia bisnis yang gemerlap dan penuh tekanan. Di balik kesuksesannya, ia menyimpan rahasia besar—ia hamil dari hubungan singkat dengan mantan kekasihnya, David, yang juga merupakan pengusaha terkenal. Tak ingin skandal mengancam reputasinya, Rachel memutuskan untuk menghilang, meninggalkan kariernya dan kehidupan glamor di kota besar. Ia memulai hidup baru di tempat terpencil, bertekad untuk membesarkan anaknya sendiri, jauh dari perhatian publik.
Namun, anaknya, Leo, tumbuh menjadi anak yang luar biasa cerdas—seorang jenius di bidang sains dan matematika. Dengan kecerdasan yang melampaui usianya, Leo kerap membuat Rachel terkejut sekaligus bangga. Di usia muda, Leo mulai mempertanyakan asal-usulnya dan mengapa mereka hidup dalam kesederhanaan, jauh dari kenyamanan yang seharusnya bisa mereka nikmati. Ketika Leo secara tak sengaja bertemu dengan David di sebuah kompetisi sains, masa lalu yang Rachel coba tinggalkan mulai terkuak, membawa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anjar Sidik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 – Langkah Berbahaya di Tengah Bayangan
Nathan berjalan cepat melalui lorong gelap sebuah gudang kosong, dengan tangan gemetar memegang ponsel kecil di genggamannya. Pikirannya penuh dengan percakapan terakhirnya dengan Clara, rasa kecewa terhadap ayahnya, dan kemarahan membara kepada Marcus.
> Nathan, bergumam: "Aku tidak akan menjadi alat siapa pun... Aku akan menyelesaikan ini sendiri."
Namun, dia tidak menyadari bahwa setiap langkahnya diawasi. Marcus telah mempersiapkan skenario ini dengan cermat.
---
Di sisi lain kota, Adrian hampir kehilangan akal. Dia menatap layar ponselnya, membaca pesan dari Marcus yang mengatakan bahwa Nathan kini berada di bawah kendalinya.
> Adrian: "Dia hanya anak-anak! Apa yang kau inginkan dari Nathan?"
Marcus, melalui telepon: "Dia adalah masa depan, Adrian. Dan kau tahu itu."
Adrian: "Kau tidak akan pernah berhasil, Marcus. Aku akan menghentikanmu."
Marcus, dingin: "Oh, Adrian, kau selalu terlalu percaya diri. Tapi kali ini, kau akan kalah."
Adrian membanting teleponnya ke meja, tatapannya gelap. Dia tahu, jika dia tidak bertindak cepat, Nathan bisa saja terperangkap dalam permainan psikologis Marcus.
---
[Scene 2 – Penemuan Mengejutkan Clara]
Clara, sementara itu, menemukan sesuatu yang mencurigakan di kamar Nathan. Di balik tumpukan buku, dia menemukan sebuah peta dan catatan kecil dengan tulisan tangan Nathan: “Marcus harus dihentikan. Jika Ayah tidak bisa, aku akan melakukannya sendiri.”
> Clara, terkejut: "Ya Tuhan... Nathan, apa yang kau pikirkan?"
Clara segera menghubungi Adrian.
> Clara: "Adrian, aku tahu di mana Nathan!"
Adrian: "Katakan padaku, Clara! Cepat!"
Clara: "Dia menuju gudang lama di pinggiran kota. Aku akan ke sana sekarang."
Adrian: "Tidak, Clara! Tunggu aku di sana. Jangan lakukan apa-apa sampai aku tiba!"
Namun, Clara tidak bisa hanya menunggu. Dia merasa bersalah karena tidak bisa mencegah Nathan sebelumnya, dan kali ini dia bersumpah akan melindunginya, apa pun yang terjadi.
---
Nathan akhirnya tiba di ruangan pusat gudang. Di sana, Marcus sudah menunggunya dengan senyum licik.
> Marcus: "Nathan. Anak yang jenius dan pemberani. Aku tahu kau akan datang."
Nathan, tajam: "Aku tidak takut padamu, Marcus. Kau hanya pengecut yang memanfaatkan orang lain untuk keuntunganmu."
Marcus, terkekeh: "Ah, kata-kata yang tajam dari seorang anak. Tapi Nathan, kau dan aku sama. Kita melihat dunia dari perspektif yang berbeda. Dunia ini penuh dengan kekacauan, dan hanya orang pintar seperti kita yang bisa mengendalikannya."
Nathan mengepalkan tangannya, mencoba melawan rasa takut yang mulai merayap masuk.
> Nathan: "Aku tidak seperti kau. Aku tidak akan memanipulasi orang lain untuk kekuasaan."
Marcus, tajam: "Benarkah? Bukankah kau di sini karena kau ingin membuktikan dirimu lebih baik dari ayahmu? Itu juga bentuk manipulasi, Nathan."
Marcus mendekati Nathan perlahan, mencoba menanamkan keraguan dalam pikirannya.
> Marcus: "Pikirkan, Nathan. Ayahmu tidak pernah benar-benar percaya padamu. Dia selalu menyembunyikan kebenaran, bahkan tentang ibumu. Kau tahu itu, bukan?"
Nathan, berteriak: "Berhenti bicara!"
Namun, di dalam hatinya, Nathan mulai mempertanyakan segalanya. Apakah benar ayahnya menyembunyikan sesuatu yang lebih besar?
---
Adrian melaju kencang, wajahnya tegang. Dia tahu Marcus tidak akan menyakiti Nathan secara fisik, tetapi perang psikologis yang dia mainkan bisa menghancurkan putranya.
> Adrian, pada dirinya sendiri: "Aku tidak akan membiarkan Marcus merusak Nathan. Aku sudah kehilangan terlalu banyak."
Sementara itu, Clara sudah tiba di gudang dan mencoba menyelinap masuk tanpa ketahuan. Namun, dia disergap oleh dua pria bersenjata yang menjaga pintu masuk.
> Clara: "Kalian pikir kalian bisa menghentikanku?"
Dengan keberanian luar biasa, Clara berhasil melawan mereka dan masuk ke dalam. Namun, dia terluka ringan di lengan kanannya akibat pertarungan tersebut.
---
Di dalam ruangan, Marcus melanjutkan manipulasi psikologisnya. Dia menunjukkan rekaman video lama yang menunjukkan Adrian berbicara dengan seorang wanita misterius.
> Marcus: "Itu ibumu, Nathan. Dia menyerahkanmu kepada ayahmu karena dia tahu dia tidak bisa membesarkanmu."
Nathan, terpaku: "Apa... maksudmu?"
Marcus: "Ayahmu tidak pernah memberitahumu kebenaran. Dia memilih untuk mengendalikan hidupmu, sama seperti dia mengendalikan segalanya."
Nathan merasa dunia di sekitarnya runtuh. Namun sebelum Marcus bisa melanjutkan, suara langkah kaki terdengar.
> Adrian, berteriak: "Lepaskan Nathan sekarang, Marcus!"
Marcus tersenyum, seolah semuanya berjalan sesuai rencana.
> Marcus: "Adrian, kau datang tepat waktu. Mungkin kau ingin menjelaskan sendiri kebenarannya pada Nathan?"
Adrian menatap Nathan, yang kini memandangnya dengan penuh kebingungan dan kemarahan.
> Nathan: "Ayah... apa yang dia katakan benar? Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"
Adrian: "Nathan, aku akan menjelaskan segalanya. Tapi ini bukan tempatnya. Percayalah padaku."
Nathan, menggeleng: "Percaya? Itu yang selalu kau katakan, tapi kau tidak pernah menjawab pertanyaanku!"
Ketegangan di ruangan semakin memuncak.
---
Sebelum Adrian bisa menjelaskan lebih lanjut, sebuah ledakan kecil terdengar dari luar gudang. Clara yang berada di dekat pintu masuk, berteriak:
> Clara: "Adrian, ini jebakan!"
Marcus tersenyum puas.
> Marcus: "Kalian semua masuk ke dalam perangkapku. Dan kali ini, tidak ada yang keluar hidup-hidup."
Mampukah Adrian menyelamatkan Nathan dan Clara dari jebakan mematikan Marcus? Atau akankah Marcus berhasil menghancurkan keluarga ini selamanya?