Luna terpaksa menjadi istri ke-3 dari seorang Tuan yang bernama Daru. Suami Luna sebelumnya di nyatakan telah meninggal dunia dan rupanya memiliki banyak hutang.
Mereka harus Menjadi Pelunas Hutang Suami nya yang katanya berjumlah puluhan Triliun. Luna hanyalah seorang Ibu Rumah Tangga yang tidak memiliki penghasilan sendiri.
Ia tidak sepenuhnya percaya bahwa suami yang sangat di cintai nya meninggalkan penderitaan untuk nya dan anak-anak.
Ibu dari tiga orang anak itu harus membayar semua hutang suaminya dengan menikah dan menjadi budak. Luna hanya bisa pasrah menerima namun kesedihan selalu melanda kala anak-anaknya harus ikut mendapatkan siksaan.
Mampukah mereka menjadi takdir yang mengejutkan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jumli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Fakta
"Luna..." bisik Nisa pelan, seolah-olah menyapa gadis kecil dalam foto itu.
Ia memandangi gambar itu lebih lama, berusaha mencari petunjuk, berharap ada sesuatu yang bisa menjelaskan rasa penasaran nya. Luna, sang madu, tampak seperti teka-teki yang sulit untuk dipecahkan setelah Nisa tanpa sengaja melihat foto kecil Luna.
Nisa tahu bahwa Luna berasal dari desa kecil yang terpencil, tapi selain itu, ia tak pernah tahu lebih banyak. Seperti ada sesuatu yang tersembunyi, dan Nisa merasa semakin terdorong untuk mencari tahu.
Nisa menggenggam foto itu lebih erat. "Siapa sebenarnya kamu, Luna?" gumamnya, menahan rasa ingin tahu yang terus mengganggu.
Tiba-tiba, ponselnya berdering. Nisa terkejut, sejenak melepaskan tatapannya dari foto dan melihat layar ponselnya. Sebuah pesan dari orang suruhan nya muncul di sana. "Saya sudah mendapat beberapa informasi. Kita perlu bicara, Bos."
Tanpa ragu, Nisa langsung membalas, "Aku akan ke tempat kita biasa. Jangan lama," kata Nisa dengan tatapan membara.
Sebelum nya Nisa menghubungi seseorang untuk mencari tahu tentang Luna. Nisa tidak bisa tinggal diam setelah apa yang Ia temukan ini
Setelah mengirimkan pesan, Nisa segera bangkit dari bangku taman dan berjalan cepat ke arah kafe yang menjadi tempat pertemuan mereka. Pikiran Nisa tak bisa lepas dari pertanyaan yang terus mengalir di benaknya. Siapa Luna sebenarnya.
_______________
Di kafe, orang yang Nisa suruh sudah duduk menunggu.
"Bos, saya sudah menggali lebih dalam tentang foto yang anda kirimkan. Tapi... ada beberapa hal yang membuatku terkejut," ujar orang tersebut suara seriusnya membuat Nisa semakin penasaran.
"Jadi?" tanya Nisa, menahan nafasnya.
Sebuah map di keluarkan dari tas orang suruhan itu. Nisa segera melihat dengan seksama dan teliti.
"Saya menemukan sesuatu yang aneh. Ternyata, Luna yang anda maksud memang berasal dari desa yang anda tahu Bos, tapi ada banyak catatan yang hilang tentang masa kecilnya. Saya tidak tahu siapa yang menghapusnya, tapi ini bukan sesuatu yang biasa."
Nisa mengerutkan dahi, bingung. "Apa maksudmu? Kenapa catatan itu bisa hilang?"
"Saya belum tahu pasti, Bos. Yang aneh lagi adalah, keluarganya tidak tercatat di arsip desa. Bahkan ada orang yang mencoba menutupi informasi tentang dirinya," jelas orang itu.
"Tapi itu belum semuanya. Ada sebuah rumor yang beredar mengatakan bahwa Luna bukanlah orang biasa. Ada yang mengatakan dia pernah terlibat dalam sebuah kejadian besar di masa lalu, sebuah kejadian yang melibatkan orang-orang berpengaruh," lanjut orang suruhan berupa detektif itu.
Nisa terdiam, tak mampu berkata-kata. Semua informasi yang ia terima terasa seperti potongan puzzle yang tidak bisa ia satukan. Ada apa sebenarnya di balik masalalu Luna? Nisa harus mencari tahu semuanya dengan jelas.
"Itu berarti, Luna mungkin menyembunyikan masa kecilnya, atau mungkin dia juga tidak tahu tentang masa lalu nya sendiri," gumam Nisa bertanya pada diri sendiri.
Nisa menatap foto Luna sekali lagi, lalu mengembalikannya ke dalam tas. Di balik wajah manis gadis kecil itu, ada sebuah misteri yang menunggu untuk segera Nisa ketahui, dan Nisa sudah memutuskan, ia akan mencari tahu siapa Luna yang sebenarnya.
"Cari tahu lagi, bagaimana dia bisa bertemu dengan Hendra dan menikah. Aku ingin tahu semuanya. Jangan lewatkan apapun," perintah Nisa menuntut.
"Baik Bos."
____________________
Beberapa hari berlalu. Saat dalam perjalanan menuju kantor, tiba-tiba ponsel Nisa berdering menandakan adanya pesan masuk.
Nisa melirik sejenak Daru yang duduk di samping nya lalu melihat pesan yang masuk tersebut.
Ekspresi terkejut nya membuat Daru bertanya.
"Ada apa, sayang? Kenapa setelah melihat pesan yang masuk kamu seperti kaget begitu?" tanya Daru penasaran siapa yang mengirimi Istrinya pesan tersebut.
"Ah, bukan apa-apa suamiku. Hanya berita tentang sebuah penipuan secara besar-besaran. Tidak terlalu penting," kata Nisa tidak tahu harus beralasan apa. Kentara sekali kebohongan nya, sejak kapan dia harus mengurusi hal yang seperti itu.
"Apa kamu yakin?" tanya Daru memastikan. Karena tidak ingin membuat sang Istri marah, Daru tidak bertanya lebih lanjut lagi setelah melihat anggukan kepala Nisa.
'Aku harus memberitahu Mama tentang Luna' batin Nisa saat tahu apa isi dari pesan yang masuk di ponselnya tadi. Mata wanita itu seperti mengisyaratkan maksud tersembunyi saat tahu sebuah fakta tersebut.
"Suamiku. Pekan nanti aku izin pulang kerumah Papa Mama, ya," pinta Nisa pada Daru.
"Pergilah. Apa perlu ku antar? Sudah lama juga aku tidak bertemu mereka," ujar Daru.
Ia jadi penasaran, kenapa Nisa tiba-tiba ingin pulang ke rumah orang tua nya mendadak begini, apakah karena pesan yang Ia terima tadi?
"Tidak perlu, aku akan pergi sendiri. Boleh ya," rayu Nisa manja dan Daru hanya bisa menyetujui. Tetapi Ia tetap merasa penasaran, dan akan mengikuti Nisa nanti. Daru takut Nisa pergi dengan pria lain dan mungkin saja tadi ia berkirim pesan dengan orang tersebut. Ya, saat ini Daru sedang cemburu tanpa sebab.
"Baiklah, tapi biarkan supir yang mengantar mu. Jangan pergi sendiri."
Jika Nisa menolak untuk di antar oleh supir, berarti memang ada yang wanita itu sembunyikan dari Daru.
"Oke, aku akan meminta supir yang mengantar ku."
Nisa menyetujui dengan cepat sambil tersenyum, dan Daru bernafas lega. Ia tidak perlu khawatir jika demikian.
__________________
Hari yang Nisa maksud kan pun tiba. Wanita dewasa dan elegan dengan gaya hijabnya itu menuruni mobil dan berjalan memasuki rumah yang terbilang besar. Itu adalah rumah orang tua Nisa.
"Papa, Mama."
"Sayang, akhirnya kamu datang."
Mama Nisa mendekati sang anak dan memeluk nya.
"Apa Daru tidak ikut?" lanjutnya bertanya.
Dia adalah Sarmila, Mama Nisa.
"Tidak, lain kali baru Daru bisa ikut," kata Nisa.
"Pah."
Nisa beralih pada Papanya, Mario.
"Hmmm."
Pria yang tidak lagi muda itu hanya menjawab singkat dan membalas uluran tangan Nisa dengan tidak bersemangat. Nisa hanya tersenyum lembut dengan sikap Mario yang menurut nya sudah biasa Ia dapatkan itu.
"Sayang, Papa ke atas dulu," pamit Mario pada Istrinya Sarmila dan langsung pergi menaiki anak tangga.
Nisa hanya menatap dengan sayu kepergian Mario. Rasanya Ia ingin marah tapi percuma.
"Sayang, sikap Papa jangan di ambil hati, ya."
Sarmila menenangkan sang putri atas sikap Mario tadi.
"Tidak apa-apa, Ma. Nisa mengerti. Ma, coba lihat ini."
Nisa mengeluarkan foto masa kecil Luna dan dan Ia berikan pada Sarmila.
"Ini?!" kaget wanita itu.
.
.
.
.
.
Terimakasih kepada teman-teman yang sudah mampir di cerita receh ini. Semoga tidak bosan untuk terus mengikuti alur nya dan tidak lupa memberikan semangat kepada Author berupa Like 👍 kalian😁😁😁