setelah suatu insiden tragis yang menewaskan keluarganya, seorang pemuda bernama arka tiba - tiba di hadiahi sebuah "Sistem" oleh makhluk misterius. sistem ini memberikan arka misi-misi untuk mengeliminasi makhluk supranatural dari berbagai dimensi.
setiap kali ia berhasil menyelesaikan misi, ia mendapatkan poin untuk membeli kemampuan baru atau memperkuat dirinya. Namun, setiap misi beresiko, dan jika ia gagal, ia harus membayar "hukuman", yaitu kehilangan bagian tubuh atau ingatan tertentu. Akankah arka bertahan hidup dan membalas dendam, atau malah terjerat kekuatan sistem yang lebih besar dari dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Baby samuel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebenaran pohon dunia
Arka melangkah dengan sisa tenaganya menuju pohon besar di kejauhan. Setiap langkah terasa seperti menembus lapisan berat yang tak terlihat, seolah dunia ini mencoba menahannya untuk tidak mendekat. Pohon itu, yang semula tampak seperti sekadar penanda di hamparan padang rumput, kini memancarkan aura yang membuat udara terasa penuh tekanan. Cabang-cabangnya menjulang, membentuk siluet yang menyerupai tangan raksasa yang meraih langit.
"Aku harus tahu," bisik Arka pada dirinya sendiri. Ia menggenggam pedangnya yang mulai retak, hasil dari serangan terakhir yang ia lakukan melawan makhluk bayangan tadi. Meskipun senjatanya mulai kehilangan daya, tekad di matanya tetap tak goyah.
Di belakangnya, sosok bercahaya terus mengikuti tanpa berkata apa-apa, seolah memberikan Arka waktu untuk merenungkan langkah berikutnya. Namun, saat jaraknya tinggal beberapa meter dari pohon, suara yang dalam dan penuh otoritas menggema dari segala arah.
"Berhenti di situ," suara itu memerintahkan.
Arka langsung berhenti, matanya menyapu sekeliling mencari sumber suara. Tidak ada apapun, hanya padang rumput yang kosong dan pohon yang menjulang di depannya. Namun, ketika ia kembali menatap pohon itu, sebuah sosok muncul di bawahnya.
Sosok itu tampak seperti manusia, namun auranya berbeda. Ia mengenakan jubah gelap yang berkibar meskipun tak ada angin, wajahnya tersembunyi di balik bayangan tudung. Di tangannya, ia memegang tongkat kayu yang berkilauan seperti kristal.
"Siapa kau?" Arka bertanya, suaranya tegas meski tubuhnya masih lelah.
"Aku adalah Penjaga Kebenaran," jawab sosok itu. "Hanya mereka yang benar-benar layak yang dapat menyentuh pohon ini. Dan untuk membuktikan kelayakanmu, kau harus menghadapi dirimu sendiri – bukan melalui kekuatan, tetapi melalui jiwa."
Sebelum Arka sempat menjawab, tanah di sekelilingnya berubah. Padang rumput menghilang, digantikan oleh kegelapan yang memerangkapnya. Ia berdiri di ruang kosong, hanya diterangi oleh cahaya kecil yang berasal dari pohon di kejauhan. Namun, kini ia tak sendiri.
Sosok lain muncul di depannya, keluar dari bayangan. Sosok itu adalah dirinya – atau lebih tepatnya, versi dirinya yang lebih muda, dengan mata yang penuh amarah dan kebencian.
"Jadi, ini ujian terakhirku?" Arka menatap bayangannya dengan sorot tajam.
Bayangan itu tersenyum, tetapi senyuman itu dingin dan penuh ejekan. "Kau pikir sudah pantas mendapatkan kebenaran itu? Lihat dirimu. Kau hanya seorang pengecut yang terus-menerus lari dari kenyataan."
Arka mengepalkan tangannya, tetapi ia menahan amarahnya. "Aku mungkin telah melakukan kesalahan, tetapi aku tidak pernah lari."
"Oh ya?" Bayangan itu melangkah mendekat. "Apa yang kau lakukan saat keluargamu dibantai di depan matamu? Kau berdiri di sana, gemetar, tak mampu melakukan apa-apa. Kau lari, Arka. Kau lari karena kau tahu kau lemah."
Kata-kata itu seperti belati yang menusuk hati Arka. Ia tahu bayangan itu mencoba memanipulasinya, tetapi rasa bersalah yang ia pendam selama bertahun-tahun tak bisa begitu saja diabaikan.
"Aku tidak lari," Arka berkata dengan suara yang lebih keras. "Aku selamat, dan karena itu aku berdiri di sini sekarang. Aku melawan, aku bertahan, dan aku akan terus bertahan sampai aku mendapatkan jawaban."
Bayangan itu tertawa, tetapi kali ini tawa itu terdengar lebih putus asa daripada mengejek. "Jawaban? Kau pikir jawaban itu akan mengubah segalanya? Tidak ada yang akan mengembalikan apa yang telah hilang, Arka. Keluargamu, duniamu, bahkan dirimu sendiri – semuanya sudah hancur."
"Benar," jawab Arka, langkahnya maju satu demi satu mendekati bayangannya. "Tapi itulah kenapa aku harus tahu. Aku harus tahu kenapa semua ini terjadi, dan aku harus tahu bagaimana cara menghentikan semuanya."
Bayangan itu terdiam, matanya memandang Arka dengan intensitas yang berbeda. Seolah-olah, untuk pertama kalinya, ia melihat sesuatu yang ia takuti. "Kalau begitu," katanya pelan, "buktikan padaku. Buktikan bahwa kau lebih kuat dari rasa takut dan rasa bersalahmu."
Seketika, bayangan itu berubah menjadi asap hitam dan menyelimuti Arka. Asap itu seperti racun yang memasuki pikirannya, menunjukkan kenangan-kenangan pahit yang ia coba lupakan: teriakan keluarganya, wajah-wajah makhluk yang ia bunuh selama misi, dan suara dari Sistem yang terus menuntut pengorbanan darinya.
Arka jatuh berlutut, menggenggam kepalanya. Tetapi di tengah semua kekacauan itu, ia mengingat satu hal – tujuannya.
"Aku bukan budak masa laluku," gumamnya. Suaranya semakin keras seiring tekadnya tumbuh. "Aku adalah aku. Aku melawan untuk masa depan, bukan untuk mengubah apa yang telah terjadi."
Dengan teriakan penuh kekuatan, Arka berdiri, mengusir asap hitam itu. Ia menatap pohon di depannya, yang kini bersinar lebih terang dari sebelumnya. Tanpa ragu, ia melangkah maju, melewati sisa-sisa bayangannya yang hancur.
Ketika ia akhirnya menyentuh pohon itu, dunia di sekitarnya berubah lagi. Ia kini berdiri di ruang yang dipenuhi cahaya putih, dan di depannya, Sistem Pembalasan muncul sebagai sosok holografis yang bersinar seperti kristal.
"Selamat, Arka," suara Sistem terdengar. "Kau telah mengatasi ujian terakhir."
"Aku ingin tahu kebenaran," kata Arka tanpa basa-basi.
Sistem terdiam sejenak sebelum menjawab, "Kebenaran adalah beban, tetapi kau telah membuktikan bahwa kau mampu menanggungnya. Sistem ini bukan hanya alat, tetapi juga kunci. Ia diciptakan untuk mempersiapkanmu menghadapi ancaman yang jauh lebih besar – sesuatu yang berasal dari luar dimensi ini, yang bertujuan menghancurkan segalanya."
Arka tertegun. Ia telah menghadapi makhluk-makhluk mengerikan selama misi, tetapi ia tak pernah membayangkan bahwa itu semua hanya awal dari sesuatu yang lebih besar.
"Apa ancaman itu?" tanyanya.
"Makhluk-makhluk primordial," jawab Sistem. "Mereka adalah entitas yang lahir dari kehampaan, yang keberadaannya merusak keseimbangan dimensi. Tugasmu, Arka, bukan hanya bertahan hidup, tetapi juga menjadi penyeimbang yang akan menghentikan mereka."
Arka mengepalkan tangannya. "Dan apa yang terjadi jika aku gagal?"
"Jika kau gagal, dunia ini – dan semua dunia lain – akan lenyap."
Hening sejenak melingkupi ruangan itu. Tetapi di tengah semua tekanan itu, Arka merasa sesuatu yang baru – harapan.
"Aku tidak akan gagal," katanya dengan suara mantap. "Apa yang harus kulakukan sekarang?"
Sistem bersinar lebih terang, memberikan Arka perasaan bahwa ia baru saja membuka pintu menuju perjalanan yang lebih besar dari apa yang pernah ia bayangkan. "Kau telah siap untuk tahap berikutnya, Arka. Tetapi ingat, perjalanan ini akan menuntut lebih banyak dari dirimu. Kau akan menghadapi pilihan-pilihan sulit, pengorbanan, dan kebenaran yang mungkin lebih sulit diterima."
Arka mengangguk. "Aku akan menghadapi semuanya. Aku siap."
Dengan kata-kata itu, cahaya di sekitarnya mulai memudar, membawa Arka kembali ke dunia nyata. Tetapi kali ini, ia bukan lagi pria yang sama seperti sebelumnya. Ia adalah seseorang yang telah menghadapi dirinya sendiri, dan siap untuk menghadapi apapun yang ada di depan.