'Xannia Clowin'
Gadis cantik berusia 22 tahun yang selama menjalani hidup baru kali ini dia mengetahui pengkhianatan sang ayah kepada ibunya .
Sejak Xannia berusia 2 tahun ternyata sang ayah sudah menikah lagi bahkan wanita itu sedang mengandung anaknya.
Awal mula terbongkar pengkhianatan ayahnya itu ketika sorang gadis yang tak jauh beda dari usia xannia datang,gadis itu langsung menemui ibu Xannia dan mengaku sebagai anak dari istri kedua suaminya,
semenjak kejadia itu ibu xannia sering sakit-sakitan dan 5 bulan kemudian sang ibu meninggal dunia.
Dari kejadian itu menimbulkan rasa dendam dan sakit hati Xannia kepada ayah dan kelurga istri keduanya,sehingga Xannia bertekat membalaskan dendam atas rasa sakit dan pengkhiantan ayahnya yang sampai membuat ibunya tiada,bahkan dia rela menjadi istri kontrak miliader yang ingin memiliki keturunan , dan dari situlah Xannia ingin memanfaatkan pria itu untuk membalaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VHY__, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Setelah seharian berada di pantai, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke resort milik Davendra dengan menggunakan mobil yang di sewa oleh Rain dan Raihan
Kedua pemuda itu akan mengambil lagi mobilnya besok pagi, dan mereka juga sudah tahu dimana resort tempat Xannia dan suaminya tinggal.
Kedua anak kembar itu tidak jadi untuk menginap di resort milik Davendra dan memutuskan untuk menginap di Villa yang di tawarkan oleh pria itu.
"Aku tidak tahu jika kau memiliki villa juga disini," kata Xannia.
"Kamu tidak akan tahu jika kamu tidak bertanya," sahut Davendra.
"Mereka pasti akan mengacaukan villa itu dan membuat pesta disana," kata Xannia.
"Nanti aku akan mengirim kerugiannya pada pamanmu, jika mereka membuat ulah di villa" ujar Davendra.
"Besok kamu ingin kemana lagi?" tanya Maverick..
"Aku belum tahu. Mungkin aku akan mencarinya di internet nanti," sahut Xannia.
"Apa selama sebulan kita akan terus berada di Ischia?" tanya Xannia
"Apa ada kota lain yang ingin kau datangi?" tanya Davendra.
Dan Xannia hanya menggelengkan kepalanya saja.
Hingga tak sampai sepuluh menit mereka pun sampai di pekarangan resort.
"Akhirnya sampai juga, tubuhku sudah gatal karna terkena pasir," kata Xannia.
"Aku akan mandi dulu," ujarnya dan berjalan masuk kedalam resort.
"Paman dari mana?" tanya davendra
"Saya baru saja melihat perkebunan, tuan," jawab paman Antony.
"Apa paman sudah melakukan apa yang aku minta?" tanya Davendra lagi.
"Sudah, tuan. Tinggal menunggu tanda tangan dari anda saja," sahut paman Antony..
"Kalau begitu taruh saja di ruang kerjaku, aku akan menandatanganinya nanti," kata Davendra..
"Baik tuan," sahut paman Antony.
"Setelah kami pulang ke New York nanti, aku berencana untuk merenovasi tempat ini," kata Davendra sambil melihat bangunan resort miliknya yang sebentar lagi akan menjadi milik Xannia.
"Tambahkan tiga kamar di samping kamarku paman," ucap Davendra.
"Baik tuan," sahut paman Antony.
Paman Antony pun pamit untuk mengerjakan kembali pekerjaannya.
Sedangkan Davendra masih berada di depan resort.
Selama lima belas menit yang Davendra lakukan hanya berdiri dan berjalan-jalan mengelilingi resort.
"Dave" panggil Annia dari atas balkon kamarnya.
Davendra menengadahkan kepalanya dan melihat sang istri yang hanya mengenakan bathrobe dan handuk yang menutupi kepalanya.
"Cepat mandi," kata Xannia.
Davendra tak menyahuti perkataan istrinya dan langsung masuk kedalam resort.
Pria itu berjalan menaiki anak tangga dan masuk kedalam kamarnya.
Davendra dapat melihat bahu terbuka sang istri yang sedang berdiri di depan lemari.
Pria itu berjalan mendekati istrinya dan berdiri di belakangnya.
Xannia dapat merasakan sebuah tangan besar yang mengelus bahu terbukanya dan sebuah kecupan halus di bahunya.
Tangan Davendra berniat untuk membuka bathrobe yang di kenakan istrinya, tapi Xannia dengan cepat menahan tangan itu.
"No!! Kau belum mandi dan seharian ini berada di luar," kata Xannia.
"Lagi pula kamu tidak bisa melakukannya untuk saat ini," ujarnya.
"Why?" tanya Davendra mengangkat sebelah alisnya.
"Aku sedang datang bulan," kata Xannia.
"Kau harus menahannya hingga beberapa hari kedepan," kata Xannia menahan senyumnya.
Xannia membalikan tubuhnya dan melihat kearah mata tajam milik suaminya yang berwarna hitam.
Cupp ...
Xannia mengecup bibir Davendra dengan tiba-tiba.
"Cepatlah mandi, aku akan membuat makan malam untuk kita," kata Xannia.
"Oh ya, suruh juga paman Antony untuk bergabung dengan kita nanti," ujarnya lagi.
Dan mendorong pelan punggung suaminya, agar masuk kedalam kamar mandi.
Xannia menggeleng-gelengkan kepalanya dan mengambil pakaiannya di dalam lemari.
Setelah selesai, Xannia langsung keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur.
Setelah sampai di dapur Xannia tidak langsung memasak, wanita cantik itu malah duduk di kursi meja makan dan membuka ponselnya.
"Apa yang harus aku masak?" gumam Xannia sambil melihat-lihat beberapa resep makanan khas Itali dari internet.
Sydney beranjak dari kursi dan berjalan ke arah lemari pendingin, dan melihat bahan masakan yang ada di dalamnya.
"Baiklah, aku akan memasak ini saja," Xannia berseru setelah dia mendapatkan ide untuk memasak.
Xannia dengan sangat cekatan mengikuti tahapan-tahapan yang tertulis di dalam internet.
Wanita itu bahkan mengupas sendiri kentang yang di sudah di rebus nya.Dan bertepatan dengan itu, Davendra baru selesai dan menghampirinya.
Dia melihat Xannia tengah memegang pisau dan menghampirinya.
"Biar aku saja," kata Davendra yang justru mengagetkan Xannia dan alhasil tangannya tergores pisau.
"Oh God!! Kau mengagetkanku," sentak Xannia memukul bahu suaminya.
Davendra tidak menghiraukan perkataan Xannia dan malah menatap jari istrinya yang berdarah.
Davendra hendak menghisap jari telunjuk istrinya, tapi Sydney langsung mencegahnya.
"Apa yang kau lakukan? Kau mau menjadi seperti pria-pria yang ada di film dan novel yang akan menghisap tangan istrinya, begitu? Kau bukan vampire, honey. Pakai air saja," kata Xannia.
Davendra pun membawa tangan istrinya ke wastafel dan membersihkannya.
"Apakah sakit?" tanya Davendra.
"Tidak, hanya sedikit perih. Lagi pula ini hanya luka kecil saja," jawab Xannia dengan ekspresi wajah yang biasa saja.
"Maaf, aku tidak bermaksud untuk mengagetkan mu," Ucap mave meminta maaf.
Xannia terdiam sejenak setelah mendengar kata maaf yang keluar dari mulut pria itu.
"Hmm, tidak perlu meminta maaf," sahut Xannia.
Setelah selesai Davendra pun mengelap tangan istrinya hingga kering.
Xannia menangkup rahang kokoh suaminya dan menatap dalam matanya.
"Tersenyumlah, Dave. Kau lebih tampan jika sedang tersenyum," kata Xannia dan mengecup bibir itu.
"Sekarang ambilkan aku plester. Aku harus segera menyelesaikan masakanku," ujarnya.
Dengan gesit pria itu pun melakukan apa yang di perintahkan oleh istrinya.
Davendra kembali ke hadapan istrinya sambil membawa kotak P3K.
Pria itu mendudukan dirinya di kursi meja makan.
"Kemarilah, aku akan mengobatinya," kata Davendra.
Xannia pun menghampiri suaminya, dan Davendra menarik kuris untuk Xannia duduki.
Davendra memakaikan plėster itu di jari telunjuk Xannia yang tergores pisau.
"Terima kasih," ucap Xannia dengan tulus.
"Aku akan ke ruang kerjaku dulu," kata Davendra dan mendapat anggukan dari istrinya.
Xannia kembali melanjutkan acara memasaknya, dan Davendra pergi menuju ruang kerjanya miliknya yang berada di resort tersebut.
Pria itu masuk kedalam ruang kerja dan melihat sebuah map berada di atas mejanya.
Davendra membaca kembali surat peralihan aset miliknya mengenai resort yang mereka tempati.
Tanpa ada keraguan sedikitpun, Davendra langsung membubuhkan tanda tangannya di atas kertas tersebut dan menaruhnya kembali di dalam laci.
Saat Davendra akan keluar dari ruang kerjanya dan sudah berada di ambang pintu, tiba-tiba ponselnya berdering menandakan jika ada panggilan masuk.
"Ada apa?" tanya Davendra dengan datar dan dingin.
"Nona Maria berencana untuk membuat surat peralih aset tuan Martin menjadi atas miliknya," lapor orang suruhan Davendra.
"Biarkan saja," sahut Dabendra dengan wajah santainya.
"Apakah dia masih mencaritahu keberadaan istriku?" tanya Davendra.
"Iya tuan," jawab orang dari sebrang telepon.
"Dia sudah tahu jika tuan dan nyonya berada di Itali, dan pesawat anda mendarat di Roma," lanjutnya.
"Kalau begitu buat dia merasakan bagaimana rasanya
mengelilingi Itali," sahut Davendra memperlihatkan Smirk-nya.
"Aku tidak mau sampai wanita itu muncul di depan istriku," tegas Davendra.
"Baik tuan," sahut orang tersebut.
"Dave?" panggil Xannia bertepatan dengan Davendra
yang baru saja mengakhiri panggilan teleponnya.
"Hmm," sahut Davendra
"Kenapa lama sekali? Makan malamnya sudah jadi," kata Xannia
"Aku baru saja menerima telepon dari Raka," bohong
Maverick.
"Apa kau sedang bekerja?" tanya Xannia
"Tidak, aku hanya sedang mencari lokasi untuk bulan madu kita selanjutnya," jawab Davendra
"Bagaimana kalau kita hanya seminggu saja disini. Lalu, sisanya kita habiskan di Paris," kata Davendra
"Kenapa tiba-tiba berubah pikiran?" tanya Xannia bingung.
Pasangan suami istri itu berjalan beriringan menuju ruang makan.
"Karena wanita itu akan pergi ke Italia," Davendra jujur tentang Maria yang akan menyusul mereka berdua ke Italia.
"Apa dia akan kemari?" tanya Xannia
"Tidak, dia tidak tahu kalau kita berada di Ischia. Aku akan membuatnya sedikit melakukan perjalanan panjang mengelilingi Itali," jawab Davendra.
"Kau berniat mengerjainya," pungkas Xannia menahan tawanya.
"Aku hanya membuatnya sedikit jalan-jalan," sahut Davendra.
"Maka dari itu, kita akan menghabiskan sisanya di Paris, atau kau ingin mencari negara lain?"tanya Davendra jikalau istrinya ingin mengganti negara tujuan mereka.
"Aku akan mencarinya nanti," sahut Xannia.
"Sekarang ayo kita makan, paman Antony sudah menunggu kita," ujar Xannia dan membawa tangan suaminya dalam genggamannya.
Bersambung.....