Rena Agnesia merasa sial saat tertimpa musibah, namun takdir itu mengantarkannya bertemu Jojo Ariando, pangeran tampan yang membuat hatinya meleleh.
Rena menjalin cinta jarak jauh dengan Jojo, seorang pria tampan nan dingin yang dikelilingi banyak wanita karena talentanya dalam pengobatan herbal.
Akankah mereka bersatu setelah konflik yang terus menghalangi cinta mereka? Mampukah Jojo memantapkan pilihan hati ke sosok Rena Agnesia di saat seorang rival berat hadir membayangi?
Saksikan romansa mereka hingga puncak manis yang didamba setiap insan di dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mardi Raharjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Gadun
"Tidak bu, saya masih belum ingin menikah", elak Rena yang sebenarnya telah lama menunggu pinangan Jojo.
"Kamu sudah punya pacar? Dia ini kaya loh mbak. Lagi pula, saya tidak menawarkan pernikahan, hanya kerja tambahan", ujar Rasya mempromosikan sosok lelaki di ponselnya.
"Iya bu, maaf belum tertarik", jawab Rena singkat, masih mencoba sopan sembari melanjutkan sesi pijatnya.
"Em, ibu sudah menikah?", tanya balik Rena, mencoba mengalihkan pembahasan.
Rena adalah tipe gadis yang mood swing. Ia akan banyak bicara saat mood-nya bagus. Namun saat disinggung pernikahan dan gaji, seketika mood-nya buruk dan enggan berbicara panjang lebar lagi. Hanya saja, daripada ia terus ditawari, lebih baik ia mencari pengalihan.
"Sudah, anak saya satu mbak", jawab Rasya dengan nada datar, tidak seantusias saat membahas lelaki yang ia tunjukkan dalam ponselnya.
"Teman saya ini duda mbak, anaknya satu. Saya sering main ke rumahnya. Besar, di kompleks perumahan elit Arya Jaya", ujar Rasya malah kembali ke pembahasan mengenai lelaki itu.
"Pokoknya, kalau mbak mau, dia bisa memberi 10 kali gaji yang mbak terima dari salon ini. Kerjaan mbak juga ringan, cuma datang ke rumahnya tiap hari tertentu yang dia inginkan. Ngga capek, ngga ribet. Enak lah pokoknya kerja sama dia", panjang lebar Rasya mempromosikan seperti sales.
Rena yang mendengar penjelasan Rasya pun mengerutkan kening.
"Sepuluh kali lipat? 15 juta dong", batin Rena yang penasaran, seberapa kaya orang itu.
"Kerja apa memangnya bu?", Rena ingin tahu detail pekerjaan yang ditawarkan meski ia sudah punya dugaan sebelumnya.
"Halah, gampang kok mbak, pasti bisa. Coba saja datang ke sana. Saya yang akan rekomendasikan dan pasti diterima", jawaban Rasya membuat Rena semakin curiga.
"Engga deh bu, kalau belum jelas kerjaannya apa", tolak Rena dengan sopan.
"Dicoba dulu saja mbak. Ngga jauh kok dari sini", layaknya sales yang pantang menyerah, Rasya masih getol menawarkan pekerjaan paruh waktu yang mencurigakan.
Mendengar tak ada jawaban dari Rena, Rasya pun terus berbicara panjang lebar.
"Ih, ngga berbusa apa mulutnya?", batin Rena tak berani menyindir pelanggan.
"Gimana mbak?", tawar Rasya sekali lagi, seakan tidak menerima penolakan.
"Ngga dulu deh bu. Saya kerja di sini saja sudah capek", Rena sebenarnya enggan menanggapi, namun demi memenuhi standar pelayanan salon, ia tetap menjawab dengan sopan.
"Kalau ngga, bisa kerja lepas. Tiap dipanggil langsung dibayar. Kerjanya gampang kok, cuma menemani dia belanja, nonton bioskop, makan di restoran, terus menemani dia sampai ke rumahnya. Sudah itu saja", Rasya kini membuka jobdesk yang sedari tadi ia samarkan.
"Jadi wanita panggilan maksud ibu?", Rena menohok pertanyaan, bermaksud agar Rasya menyerah saja.
"Bukan mbak, cuma menemani", Rasya mencoba mengelak.
"Kenapa ngga ibu saja?", Rena sudah mulai tak sabar karena penolakannya seakan dianggap angin lalu yang sama sekali tidak didengar.
"Saya sudah biasa mbak sama dia", jawab Rasya santai seakan tanpa beban. Spontan mata Rena melebar, seolah tak percaya dengan jawaban Rasya.
"Maksudnya biasa, apa ya bu?", Rena jadi penasaran, apa yang Rasya lakukan dengan duda itu.
"Biasa aja mbak. Jalan, makan, nonton, bahkan saat saya sakit, dia yang menunggu saya di rumah sakit. Begitu pun sebaliknya", jelas Rasya yang malah nampak bangga.
"Memangnya, suami ibu tidak marah?", heran Rena mendengar ucapan Rasya.
"Ya engga lah mbak, asal ngga ketahuan saja", jawaban itu membuat Rena semakin mengernyit.
"Ya, suami saya juga begitu kok. Aku pun semauku", tambah Rasya, kemudian menceritakan sedikit pengalamannya memergoki suaminya tengah asyik di ranjang dengan pembantu muda mereka.
Mendengar jawaban Rasya, imajinasi Rena sudah membayangkan segala hal terkait hubungan dewasa.
"Terus, ibu ngga marah?", Rena malah kepo dengan ucapan Rasya yang membeberkan aib keluarganya.
"Ya marah lah mbak", jawab Rasya ketus.
"O, terus kenapa tidak pisah?", ucap Rena, alih-alih menggunakan diksi cerai.
"Cerai? Engga lah mbak. Mau dia selingkuh pun, asal uangnya masih mengalir ke rekening aku, kenapa juga kami harus cerai", ujar Rasya yang membuat Rena tak mampu mencerna, bagaimana bisa prinsip seperti itu ada dalam sebuah rumah tangga.