NovelToon NovelToon
Turun Ranjang

Turun Ranjang

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Cinta setelah menikah / Ibu Pengganti / Pernikahan Kilat / Beda Usia
Popularitas:6.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lin_iin

Geya dipaksa menikahi kakak iparnya sendiri karena sang kakak meninggal karena sakit. Dunia Geya seketika berubah karena perannya tidak hanya berubah menjadi istri melainkan seorang ibu dengan dua anak, yang notabenenya dia adalah keponakannya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lin_iin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bahas Nikah

***

Pagi ini aku berangkat ke rumah sakit bersama Mas Yaksa. Kalau boleh jujur, sebenarnya aku keberatan akan hal itu, tapi mau bagaimana lagi, Mama Mas Yaksa dan Mas Yaksa sendiri memaksaku, alhasil aku tidak bisa mengelak lagi dan berakhir aku satu mobil dengannya.

Suasana di dalam mobil canggung seperti biasa, aku tidak bisa berekspektasi kapan bisa berduaan dengan Mas Yaksa dan akan berakhir biasa saja tanpa rasa canggung.

Ya Allah, memikirkannya saja membuatku frustasi sendiri. Lantas bagaimana kami akan menikah nanti kalau suasana selalu canggung begini?

"Acara pernikahan kita akan digelar sehari setelah acara 40 harian Aruna. Nanti kamu akan langsung tinggal sama Mas dan anak-anak, sementara Ibu dan Mama akan langsung kembali ke rumah masing-masing."

Seketika aku merasakan perasaan gugup yang luar biasa, kala mendengar penjelasan Mas Yaksa. Padahal acara 40 harian Kak Runa tinggal menghitung hari, itu artinya hanya sisa beberapa hari sampai akhirnya aku akan menyandang status istri orang. Tidak hanya itu, aku bahkan langsung menjalani dua peran sekaligus sebagai istri dan juga sebagai ibu dari dua anak.

"Mas tahu nanti kamu mungkin nggak akan nyaman nantinya, tapi Mas harap kamu belajar pelan-pelan buat beradaptasi biar semakin terbiasa."

Aku memilih untuk tetap diam. Karena jujur aku sendiri benar-benar bingung harus merespon bagaimana. Meski sudah direncanakan beberapa hari yang lalu, tapi tetap saja menurutku ini masih terlalu cepat dan terlalu mendadak. Kalau memiliki kekuatan untuk menentang semua ini, ingin rasanya aku kabur dan melarikan diri. Sayangnya, aku tidak memiliki keberanian untuk itu semua. Alhasil, aku harus tetap menurut dan ikut menerima apa yang sudah mereka rencanakan.

"Geya?" panggil Mas Yaksa.

Aku menoleh dengan ekspresi datar. Kali ini aku bahkan tidak mampu untuk sekedar memaksakan tersenyum.

"Kamu baik-baik saja?"

Tidak. Jawabku dalam hati cepat. Aku masih terlalu ingin menikmati kesendirianku, melakukan banyak hal yang aku suka atau kembali melanjutkan study-ku. Tapi sekarang semua harus pupus karena aku harus menikah dengan kakak iparku sendiri dan juga menjadi ibu sambung untuk kedua keponakanku. Semua terlalu mendadak, lantas bagaimana bisa aku tetap baik-baik saja atas semua ini?

"Maaf, Mas, Geya cuma ngerasa kalau semua ini terlalu mendadak dan cepat."

Mas Yaksa menggeleng diiringi helaan napas berat. "Tidak perlu meminta maaf," responnya kemudian, "ini bukan salah kamu. Kalau ada yang harus meminta maaf di sini, harunya orang itu adalah Mas. Maaf karena status Mas yang duda membuat kamu harus mengorbankan banyak hal."

Aku ikut menggeleng. "Ini juga bukan kesalahan Mas Yaksa," balasku kemudian.

Aku yakin 100% kalau Mas Yaksa punya pilihan, dia pasti tidak akan mau memilih jalan ini. Aku yakin itu. Tapi berhubung kami sama-sama dipaksa keadaan, mau tidak mau kami harus belajar ikhlas untuk menerima semuanya.

"Kata Mama nanti acara pernikahan kita akan diselenggarakan secara sederhana dan mungkin akan sedikit lebih privat, untuk acara resepsi akan digelar menyusul. Kamu tidak masalah bukan?"

Aku menggeleng sebagai tanda tidak mempermasalahkan apapun. "Enggak ada resepsi juga nggak papa kok, Mas. Insha Allah Geya ikhlas."

"Kalau nggak ada resepsi Mas yang nggak ikhlas, Geya. Buat Mas mungkin ini pernikahan kedua Mas, tapi enggak buat kamu, ini pernikahan pertama kamu. Apalagi kamu anak bungsu dan perempuan, jadi harus tetap ada resepsi meski harus menyusul."

Aku tersenyum tipis. Padahal aku benar-benar sudah tidak tertarik lagi dengan acara resepsi pernikahan, bahkan untuk sekarang aku seolah ingin menghindarinya.

"Mas," panggilku kemudian.

Mas Yaksa langsung menoleh ke arahku. "Ya, kenapa?"

"Kalau Geya minta nggak usah ada resepsi pernikahan kira-kira Mas Yaksa bakalan marah atau enggak?" tanyaku hati-hati.

Jujur, kalau ingat pertama kalinya dia membentakku waktu itu, aku trauma saat hendak mengutarakan perasaanku. Jadi, aku harus lebih berhati-hati untuk itu.

Mas Yaksa tidak langsung menjawab, pria itu dia sebentar lalu menghela napas panjang. Aku yang menunggu jawabannya pun semakin merasa harap-harap cemas. Apalagi Mas Yaksa ini tipekal yang raut wajahnya susah ditebak. Jadi, aku benar-benar tidak tahu kira-kira Mas Yaksa mau marah atau bagaimana.

"Kalau kamu merasa belum siap untuk menggelar acara pernikahan kita dalam waktu dekat, tidak apa-apa, Geya, insha Allah Mas nggak akan marah, Mas coba hargai keputusan kamu. Tapi kalau acara resepsi benar-benar ditiadakan, Mas kurang begitu yakin. Nanti teman-teman kamu yang mau kamu undang bagaimana? Soalnya untuk acara ijab qobul yang akan kita gelar cuma mengundang keluarga inti saja. Temen Mas juga nggak akan Mas undang nantinya di acara tersebut."

Aku diam dan kembali melamun.

"Kalau Mas boleh tahu kenapa kamu nggak mau ada resepsi pernikahan kita?"

Aku menggeleng. "Enggak tahu, Mas, Geya ngerasa kayak percuma aja karena kita menikah tanpa dasar cinta."

"Geya, setahu Mas cinta bisa tumbuh karena terbiasa. Kenapa kamu bicara begitu? Bukankah lebih baik kita menikah karena agama daripada hanya karena cinta? Mas mau menikahi kamu bukan hanya karena amanah dari kakak kamu, tapi karena Mas tahu agama kamu baik, dan Mas juga yakin kamu bisa jadi ibu yang baik buat Javas dan Alin, makanya Mas mau menikahi kamu."

Ada perasaan aneh saat aku mendengarkan kalimat Mas Yaksa yang barusan. Aku sedikit salah tingkah, apalagi supir Mas Yaksa tidak sengaja mengintip di balik kaca spion. Tiba-tiba aku merasakan hawa panas di kedua pipiku.

"Mas Yaksa mungkin salah, agama aku nggak sebaik yang Mas kira loh."

"Enggak masalah, Mas pun demikian. Nanti kita bisa sama-sama belajar dan saling mengingatkan, ya?"

Aku kembali merasa salah tingkah. Bibir bawahku kugigit sedikit kuat. "Menurut Mas Yaksa, Mas Yaksa bisa jatuh cinta sama aku nantinya?"

Kalau boleh jujur, aku rasanya ingin menampar pipiku sendiri saat menanyakan pertanyaan tersebut. Kenapa aku bodoh sekali dan bertanya hal demikian? Sekarang aku menyesal.

"Kalau boleh jujur, Mas nggak bisa menjamin hal itu, Geya, Mas juga nggak tahu apa yang akan terjadi dengan pernikahan kita nantinya. Tapi satu hal yang perlu kamu ingat, meski cinta itu belum tumbuh, Mas akan perlakukan kamu sebaik Mas memperlakukan kakak kamu dulu. Mas juga akan usahakan buat terus belajar mencintai kamu nantinya. Dan Mas harap kamu pun demikian nantinya."

Mampus, sekarang aku merasa semakin salah tingkah. Bagaimana aku harus menjawab kalimatnya? Bagaimana nantinya kalau aku yang justru tidak bisa belajar mencintai Mas Yaksa?

To be continue

1
Reni Anjarwani
lanjut thor , doubel. up thor
LISA
Luar biasa
LISA
Awal yg bagus
LISA
Aku mampir Kak
Reni Anjarwani
doubel up thor
Ita Putri
eh......beneran udah di unboxing ya
Ita Putri
kapan ....apa ada yg kulewatkan ya part mana sih yg ada unboxingnya geya sm yaksa
Ita Putri
harusnya yaksa gk egois sm geya
Reni Anjarwani
doubel up thor
Reni Anjarwani
lanjut thor
Quinn Cahyatishine
semangaaat nulisnyaaaa, aku udah tenggelam nih di kehidupan yaksa geya, 😂
Quinn Cahyatishine
baru baca bab satu aja udah langsung cinta, lanjuuuut
Lin_iin: mksh dukungannya, jadi semangat ngedraf ini🥰🥰🥰
total 1 replies
Quinn Cahyatishine
kebawa suasana banget dooong
Pecinta_Oppa
seru jg, uwu gemes😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!