Tidak pernah terbersit dibenaknya untuk menikah dalam waktu dekat, Namun karena kebodohan sang adik, yang ingin dirinya cepat menikah, Membuatnya terpaksa harus menikahi laki-laki yang bertubuh gemuk, berjenggot juga berkumis dan satu lagi berkacamata tebal.
"Apa ini karma?" ucap Julya saat dirinya melihat pantulan wajahnya dicermin, dengan riasan khas pengantin wanita.
"Iya benar ini karma bagiku, yang sering menyakiti hati pria." ucapnya lagi yang sadar sudah menolak banyak pria, yang datang melamarnya.
"Dan sepertinya kamu yang paling sakit hati. Riski. Maaf."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Diah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekurangannya, adalah anugrah untukku
"Appa sekarang kamu sudah mengerti?? jika belum, berarti kamu bukan adiknya Julya." ucap radit yang tentu saja hanya sebuah candaan.
"Ngerti kak, ngerti. Tapi sumpah aku heran dengan kak July. Kok bisa sampai saat ini dia tidak mengenali kakak, padahal kami saja yang hanya pernah bertemu kakak sesekali, langsung bisa mengenali kakak, saat kakak pertama kali datang kerumah." ucap Junny yang menceritakan kenapa dia dan kedua orangtuanya mengenali Radit.
"Nah pertanyaan itu juga pertanda Jika kamu bukan adiknya Julya." ucap Radit, yang lagi lagi berkata jika dia meragukan persaudaraan Junny dan Julya. Hanya karena Junny tidak mengenali sifat sang kakak
"Hais, kak aku serius."
"Aku juga serius Junny, dengar!! apa kamu tidak tahu alasan kenapa kakakmu tidak mengenali kakak selama ini?" dan Junny tentu menggelengkan kepalanya. Karena memang tidak tahu.
"Tuhkan beneran bukan adiknya Julya kamu mah."
"Kak Riski.... aku serius, atau aku beritahu kak Julya sekarang, agar aku tahu kenapa dia tidak mengenali kakak dari mulutnya." ancaman Junny yang kesal terus dipermainkan Radit kakak iparnya, yang super nyebelin jika sudah dekat.
"Iya iya, begini adikku, kakakmu itu punya sifat, sulit mengenali orang. Maksudnya dia sering salah mengenali orang dan itu pernah kakak saksikan beberapa kali, dan karena kakakmu tahu kelemahannya sendiri, yang suka salah mengenali orang, jadi dia merasa jika apa yang dia rasakan selama ini terhadap kakak, hanyalah dugaannya saja."
Walau ucapan Radit agak rumit untuk dimengerti tapi Junny yang kadang-kadang pintar itu langsung berkata "Jadi menurut kakak, kak Julya sudah merasakan jika kakak adalah Kak Riski?"
"Yap kamu benar, dari awal kami bertemu malah, bahkan sampai satu minggu kakakmu menatap kakak dengan tatapan yang membuat kakak berpikir jika kakakmu menyukai laki-laki yang bertubuh gendut, namun hal itu terbantahkan setelah Kakak bekerja selama satu minggu. Sikap kakakmu kembali acuh."
"Oh" ucap Junny yang memang baru tahu jika sang kakak memiliki kelemahan seperti itu.
"Dan menurut kakak kelemahan Julya adalah anugrah bagi kakak." ucap Radit sebelum dia pergi mencuci piring juga gelas bekas sarapannya.
Sementara Junny masih belum menghabiskan sarapannya, karena jujur dia memang malas untuk sarapan.
Radit kini masuk kedalam kamarnya dan baru Radit menutup pintu. Satu pertanyaan lolos dari mulut Julya yang penasaran akan sesuatu.
"Pak, boleh aku tanya sesuatu?"
"Ya boleh memang apa yang ingin kamu tanyakan." ucap Radit yang kini memilih duduk dipinggir tempat tidur, disamping sang istri.
"Semalam." baru juga berucap kata semalam Radit dengan seenaknya langsung mengambil kesimpulan jika Julya menginginkan apa yang mereka lakukan semalam.
"Sayang, kamu ingin mengulang yang semalam?"
"Heh, ya ampun, main tarik kesimpulan saja, bukan itu Pak, aku ingin tanya kenapa setelah lampu dipadamkan aku merasa jika perut pak Radit terasa rata tidak gendut lagi." sebuah pertanyaan yang memang benar-benar dirasakan Julua, dan itu sangat membingungkan.
Bagai mana tidak bingung coba, setelah lampu dipadamkan tiba-tiba perut Radit terasa datar tidak buncit, ingin bertanya saat itu juga. Namun ya setiap Julya ingin bersuara mulutnya selalu dibungkam Radit dengan mulutnya.
Seolah Radit takut jika ucapan yang akan keluar dari mulut Julya adalah kata-kata agar Radit berhenti bermain diatas tubuh Julya.
"Mungkin karena itu keinginanmu yang berharap perutku tidak buncit." ucap Radit beralasan padahal kenyataannya memang benar semalam saat Radit memadamkan lampu kamar, dia mengembalikan bentuk perutnya seperti semula, dengan mencopot sebuah benda yang berbentuk seperti perut yang buncit. Yang kata orang sering dipakai artis perempuan saat mereka memerankan seseorang yang tengah hamil.
"Apa iya?" itu yang ada dibenak Julya sekarang, namun sungguh dia sangat ragu.
"Baiklah jika tidak percaya coba lihat baik-baik perutku." ucap Radit sambil memperlihatkan bentuk perutnya yang super duper buncit, tanpa memperlihatkan dimana ujung kulit buncit palsunya.
"Ini nyata." ucap Julya yang sambil menekan perut Radit setelah radit memperlihatkan perutnya.
Radit yang kata orang sunda masih dalam pase humapur tentu langsung berdesir, saat Julya menekan perutnya dan karena benar-benar masih berada dipase humapur itu, Radit langsung menuntun tangan Julya menuju inti tubuhnya, yang sudah benar-benar menegak akibat sentuhan Julya.
"Sayang." ucap Radit tersenyum, dengan suara yang menuntut sesuatu dari Julya, lengkap dengan sorot mata yang sudah ditutupi kabut gairah.
"Ya ampun!! apa tidak lelah, dan sebentar lagi Bapak harus bekerja bukan?"
"Lelah sebenarnya, tapi sudah berkedut dan aku tidak mau pusing. Plis..." ucap radit penuh permohonan. "Untuk kerjaan ada Jai. jadi plis... satu kali saja sebelum aku berangkat kerja,"
Julya yang tak tega pun menganggukkan kepalanya pertanda setuju, dan tanpa menunggu lama Radit terlebih dulu mengunci pintu dan langsung mengeksekusi Julya lagi, Dan tentunya Radit memanjakan Julya lebih dulu, dengan sentuhan dari tangan, bibir dan lidahnya.
ceritanya bagus
mampir kenovelku juga jika berkenan/Smile//Pray/
maaf, ya. keknya aku terlalu ikut campur sama dialog kamu🙏