Kehidupan manusia berubah ubah, seiring dengan berjalannya waktu, begitupun dengan kehidupan Hasan selama ini
Dulu ia seorang pemuda gagah,tampan , pemberani dan perkasa, punya istri berparas cantik.Namun semuanya itu tidak berlangsung lama dan abadi baginya.
Hasan harus jatuh ke titik yang terendah yaitu kepada kesengsaraan dan kesusahan setelah ia di tinggal istrinya.
Ia sering di hina, di caci maki, bahkan terkadang ia sering di buli oleh orang terdekatnya, baik itu laki laki maupun perempuan.
Di dalam kehidupan yang penuh dengan kesepian akhirnya Hasan pun bertekad untuk mengisi kehidupannya dengan penuh gairah.
Gairah kehidupannya di tuangkan ke berbagai perempuan yang dekat dengannya.
Roda berputar seiringnya waktu akhirnya Hasan pun sadar pada dirinya dengan bantuan seseorang yang dia kenal.
Di akhir cerita akhirnya Hasan pun bertaubat
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alek Yuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 09.
Waktu datang silih berganti, ke keesokan harinya, Pajar mulai menyingsing di ufuk timur menandakan akan segera berakhirnya malam berganti siang, suara ayam jantan berkokok saling bersahutan, dari dalam surau dan mushola berkumandang adzan saling bersahutan, menandakan akan bergantinya malam menjadi siang.
Di pinggir jalan , di tempat yang gelap di bawah rindangnya pohon nangka ada sebuah jasad yang tergeletak di pinggir jalan. Orang itu tiada lain adalah Hasan,ia pingsan tak sadarkan diri.
Sementara itu dalam kegelapan ada seorang wanita paruh baya yang sedang berjalan, ia baru saja pulang menginap dari rumah saudaranya
Ketika sampai di bawah pohon nangka tiba tiba sandalnya tersandung pada sesuatu sampai ia hampir saja jatuh tersungkur. karena merasa penasaran ia jadi Ingan tahu apa yang menyebabkan ia hampir jatuh. Wanita itu mencoba mencarinya dengan meraba benda yang ada di dekat kakinya tersebut
Di dalam batin wanita itu ia berkata " dasar sialan apa ini mana gua takut ih tempatnya seram banget lagi".ia meraba sesuatu yang berbentuk panjang dan bulat, di karenakan tempatnya gelap dan keadaan mata yang sudah mulai rabun pandangannya tidak begitu jelas.
Setelah tahu itu tangan manusia ia pun kaget bukan main, badannya bergetar ketakutan, lalu ia pun lari dengan terbirit birit sambil berkata " mayat tolong ada mayat, tolong ada mayat. ia berteriak dengan keras sambil berlari menuju rumahnya.
Orang -orang yang mendengar suara minta tolong mereka berhamburan ke luar,mencari arah datangnya suara.
Ternyata suara itu berasal dari rumah ma Ijah si tukang warung.orang orang berdatangan lalu menanyakan "ada apa ma, ada apa?" dengan jawaban yang ketakutan ma Ijah menjawab ada mayat, ada mayat" orang orang bertanya lagi di mana mayatnya, ma Ijah menjawab " di sana di pinggir jalan di bawah pohon nangka".
Orang orang pun beramai ramai berjalan menuju ke sana dengan membawa lampu senter. Setelah sampai benar saja ada sesosok badan yang tergeletak di pinggir jalan. Setelah di amati dengan teliti mereka pun menyimpulkan bahwa itu adalah Hasan.
"Pa RT, mana pa RT, panggil pa RT" kata sebagian warga. Pak RT pun datang menghampiri, " gimana ini pa RT. Dengan sigap pak RT menyuruh untuk mengangkat Hasan menuju tempat yang aman dan terang.
Setelah diperiksa ternyata Hasan masih hidup , hanya pingsan saja.
kemudian warga pun berusaha untuk menyadarkan Hasan, berbagai usaha di tempuh dari mulai membangunkannya sampai ada yang memberikan air jampe padanya.
Tak lama kemudian Hasan pun sadar, semua warga penasaran apa yang menyebabkan Hasan pingsan.
Setelah Hasan sadar sepenuhnya,Hasan pun mulai bisa berpikir apa yang harus ia katakan pada masyarakat. Demi menutupi aib anak pejabat Hasan pun sedikit berbohong. Ia tidak mengatakan bahwa ia di aniyaya oleh anak pak camat, tapi ia hanya mengatakan bahwa ia pingsan karena sakit asam lambung yang di deritanya selama ini kambuh lagi.
Hasan di antarkan ke rumahnya, banyak teman dan saudara yang menjenguknya, ia di rawat oleh saudara sepupunya, saudaranya memiliki keterampilan di bidang pengobatan.
Selama di rawat saudaranya Hasan jadi lebih memahami apa yang harus ia lakukan ke depannya.
Support yang di berikan saudaranya itu semakin membuat ia bertekad untuk melakukan sesuatu.
Berita tentang pingsannya Hasan di pinggir jalan cepat menyebar ke seluruh warga kampung, ada yang menanggapi dengan pikiran positif,tapi banyak juga yang menanggapi dengan pikiran negatif
Demikian juga halnya dengan keluarga Herna. Keluarga Herna merasa jadi agak sedikit canggung dan sedikit takut,karena Hasan pingsan sesudah pulang dari rumahnya. Keluarga Herna merasa takut di salahkan.
Demikian juga dengan Rudi dan Jono, mereka merasa takut Hasan valas dendam terhadapnya,karena mereka menyadari Hasan pingsan akibat perbuatan mereka.
Mendengar kabar Hasan pingsan di tengah jalan ayah Hasan pun, pulang ke rumah untuk menjenguknya,karena walau bagaimana pun Hasan adalah anak kandungnya sendiri.