Namaku Erikha Rein,anak kedua dari pasangan Will Rein dan Carlista Sari,kakakku bernama Richi Rein(ketua osis di smu purnama bakti,aktif di sekolah dan pastinya dia vocalis band Enew).
yah,keluarga kami sebenarnya broken karena perceraian tetapi Mami selalu ada buat kami.
Seiring waktu aku dan kakakku sangat ingin Mami bahagia karena sepertinya Mami menyimpan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Lista menemui kedua orang tuanya,Mama Haya sedang berada didapur bersama para Mbak-mbak.
"Mama sama Papa kok gak ngabari dulu?"tanya Lista.
"Papa kamu yang ngajak kesini katanya kangen sama cucu."jawab Mama Haya.
Lista mencium tangan Mama dan memeluknya.
"Ma,disini ya sementara waktu."pinta Lista.
"Ih,anak Mama manjanya kambuh."jawab Mama Haya.
Lista hanya tersenyum saat Mama Haya mencubit hidungnya.
"Bukan aku yang mau Ma tapi cucu Mama yang satu ini."jelas Lista mengelus-elus perutnya.
"Jadi beneran ya kamu sudah isi?"tanya Mama Haya.
"He ehm."Jawab Lista mengangguk.
"Alhamdulillah,ternyata Mama mau dapat cucu lagi."Jawab Mama Haya.
Selama Lista menemui Mama dan Papanya,Didi menemui Iqbal diluar,karena Iqbal merokok dan tidak bisa sendiri harus ada teman.
"Iqbal abis ini ikuti kita ya dari belakang."pinta Didi.
"Ogah,ntar cuma jadi obat nyamuk!jawab Iqbal sedikit keras.
Didi dan Iqbal tidak banyak bicara,Iqbal lebih serius dengan ponsel dan rokoknya.
Sementara Didi sudah terlihat sedikit cemas,Iqbal melihat Bosnya gelisah.
"Bos kamu mau kemana sih?"tanya tanya Iqbal.
"Bukit Besar."jawab Didi.
Dengan spontan Iqbal mematikan rokok yang tinggal beberapa hisapan.
"Mau cari mati kesana?"tanya Didi.
Didi memberi isyarat kepada Iqbal untuk mengurangi nada bicaranya.
"Aku cuma mau menuruti kemauan Lista."jawab Didi.
"Boss,terakhir kamu kesana ...."Iqbal belum selesai bicara tiba-tiba mulutnya ditutup sama Didi.
Didi melihat Lista berjalan kearahnya.
"Sayang,sudah siap?"Tanya Lista.
"Ah,iya.Ayo kita berangkat."Jawab Didi menggandeng tangan Lista.
Lista merasakan tangan Didi begitu dingin dengan tiba-tiba,diraba denyut nadinya.
"Kita nonton aja yuk."ajak Lista.
"Apa?"tanya Didi.
"Iya,ayo nonton aja."jelas Lista.
Didi merasakan rasa cemasnya hilang perlahan-lahan,tangannya masih dalam genggaman sang istri perlahan-lahan menghangat.
Lista tersenyum dengan perubahan suasana hati suaminya.
"Sepertinya kamu punya trauma dimasa lalu."kata Lista.
"Mbak....."Iqbal hampir keceplosan.
"Tidak apa-apa,aku sudah paham."kata Lista.
Lista justru ingin melihat sejauh apa trauma yang dialami suaminya.
Lista mengajak Didi pergi nonton,makan dan terakhir Lista tancap gas ke Bukit Besar.
Ternyata benar kata suaminya,Bukit Besar sekarang sangat ramai dan tempatnya juga nyaman untuk sekedar nongkrong mencari makan.
"Ayo turun."ajak Lista.
Didi menahan Lista untuk kembali memakai seat betl.
"Disini saja jangan kemana-mana."kata Didi.
Lista menuruti kemauan suaminya karena cengkeraman tangannya terlalu kuat.
Lista kembali duduk bersandar,ditatapnya wajah sang suami yang menatap kosong kedepan.
"Yang jangan bengong."Lista menepuk pundak suaminya.
"Ah,sorry."kata Didi.
"Lawan rasa takut semampumu."kata Lista.
Didi tidak menjawab,rasa ragu dan takutnya kembali.
"Harus kulawan,bukankah tempat ini sekarang ramai."lirihnya.
Didi membuka pintu mobil perlahan-lahan,menapakkan satu demi satu kakinya ketanah.
Dicobanya untuk berdiri dan melangkah kedepan dengan pelan.
Lista sudah berdiri disampingnya,menggenggam tangan dan menatapnya.
"Bagaimana?"tanya Lista.
Didi tersenyum dengan perasaan malu karena akhirnya Lista mengetahui kelemahannya.
"Panjang ceritanya".jawab Didi.
"Jadi itu yang membuatmu terkadang mengalami gangguan tidur?"tanya Lista.
Didi tidak menjawab pertanyaan istrinya karena yakin dia lebih tahu.
Diamnya Didi adalah jawaban dari pertanyaan Lista.
"Ayo kita kesana."ajak Lista menunjuk suatu tempat.
Didi menuruti kemauan istrinya,setidaknya dia merasa kembali tenang.
"Yang,kamu suka tempat ini?"tanya Didi.
"Tidak juga,dulu juga hanya sesekali kesini."Jawab Lista.
"Sama siapa?"tanya Didi lagi.
Lista hanya menggigit bibir,pertanda dia tidak bisa menjawabnya karena jawaba yang dimiliki hanya satu.
Dulu Gasa selalu mengajak kesini.
Didi mulai merasa angin menusuk melalui pori-pori kulitnya.
"Yang,pulang yuk anginnya mulai gak enak."Ajak Didi.
"Kamu sudah baikkan?"tanya Lista.
"Sedikit."jawab Didi.
Lista berdiri terlebih dahulu dan mengulurkan tangannya.
"Ayo."ajaknya.
Didi tersenyum melihat istrinya yang bertingkah seperti anak kecil.
"Rasanya kembali ke masa pertama kali kita bertemu."kenang Didi.
"Ayo,belikan aku itu."Lista menunjuk makanan jalan didepannya.
"Gak mau."jawab Didi.
"Kenapa?"jawabnya.
"Kalau kamu makan itu,nanti kamu jadi gendut."jawab Didi berlalu tanpa memperdulikan istrinya.
Lista tersenyum karena suaminya memperhatikannya,padahal niatnya tadi ingin kembali memalaknya seperti pertama kali ketemu.
"Nanti aku juga jadi gendut."kata Lista.
"Sudah malam ayo cepat masuk."ajak Didi membuka pintu mobil.
Didi merasa tenang setelah Lista masuk kembali ke mobil,akhirnya bisa meninggalkan tempat yang sampai sekarang masih membuatnya tidak trauma.
Didi mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang meski jalanan sudah longgar dari lalu lalang kendaraan.
Saat dipersimpangan belok pulang kerumahnya justru Didi mengambil jalur balik arah dan masuk ke Hotel terdekat.
"Yang,kok kesini sih?"tanya Lista.
Didi tidak menjawab pertanyaan istrinya,hanya ada tatapan tajam dari mata suaminya.
"Ayo cepat keluar."ajak Didi.
"Iya,tapi mau ngapain disini rumah kita sudah dekat."
Didi terus memegang tangan istrinya takut Lista kabur.
Setelah meneriman kunci dan naik melalui Lift Didi pelan-pelan melepaskan pegangannya.
Saat masuk ke kamar yang dituju dengan buru-buru Didi masuk kamar mandi dan memuntahkan rasa yang sedari tadi bergemuruh didadanya.
Tidak ada yang keluar dari mulutnya,hanya saja suaranya sangat keras seperti benar-benar muntah.
Lista berusaha membuka pintu namun pintunya terkunci dari dalam.
"Yang,bisa buka pintunya?"tanya Lista.
Beberapa saat pintu dibuka,Lista menghambur masuk dan memeluk suaminya.
"Yang,kamu kenapa?"tanya Lista.
Didi membalas pelukan istrinya dengan lebih erat.
"it's ok."jawab Didi mencium istrinya.
Lista mengajak suaminya duduk dipinggiran ranjang.
"Kamu sudah lebih baik?"tanya Lista.
Didi hanya menganggukkan kepala,sementara Lista berusaha menghubungi orang rumah.
Namun Didi merebut paksa ponsel Lista dan mematikan data seluler.
Didi menarik Lista dalam pelukannya dan berbaring dikasur yang sama.
"Semalam tanpa gangguan,ok."pinta Didi.
Lista hanya mengangguk kepala,malam ini berakhir menginap di Hotel.
Lista merasa sangat bersalah kepada suaminya,setelah Didi terlelap Lista berusaha menghubungi Iqbal.
"Iya mbak,Ada apa?"
"Apa boss besar punya riwayat trauma?"tanya Lista balik.
Iqbal menceritakan semua yang pernah dialami Boss besar.
Ternyata Didi punya trauma dengan kejadian di Bukit Besar bersama kekasihnya dulu.
Lista kembali berbaring disisi suaminya,ditatap wajah tampan suaminya yang sedikit sendu karena kelelahan.
"Jadi kamu juga menyembunyikan masalah yang begitu besar sampai membuatmu seperti ini?"tanya Lista dalam hati.
Lista berusaha memejamkan matanya namun tidak berhasil.
Lista keluar dari kamar Hotel tempatnya menginap,berniat mencari sesuatu yang bisa dimakan.
Saat masuk kedalam lift Lista berpapasan dengan Alan,Alan adalah salah satu teman band Didi.
"Alan."panggil Lista.
"Iya,maaf siapa ya?"tanya Alan.
"Aku Lista temannya Didi."jawab Lista.
"Teman Didi?"tanya Alan lagi.
Lista hanya Mengangguk kepala,Alan baru ingat setelah sekian lama tidak bertemu dengan Lista.
"Oh iya,maaf aku lupa.Sudah lama banget tidak ketemu.Kamu apa kabar?" tanyanya.
"Aku baik."jawab Lista.
Pintu lift terbuka dilantai bawah,Lista melangkahkan kakinya keluar dari lift sementara Alan masih menuju lantai paling bawah karena mobilnya terparkir disana.
Lista membeli beberapa makanan untuk mengisi perutnya dan kembali ke kamarnya.