Namaku Erikha Rein,anak kedua dari pasangan Will Rein dan Carlista Sari,kakakku bernama Richi Rein(ketua osis di smu purnama bakti,aktif di sekolah dan pastinya dia vocalis band Enew).
yah,keluarga kami sebenarnya broken karena perceraian tetapi Mami selalu ada buat kami.
Seiring waktu aku dan kakakku sangat ingin Mami bahagia karena sepertinya Mami menyimpan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Puas menikmati suasana sore bersama putrinya,Lista masih mencoba berjalan berkeliling Pasar dan membeli makanan kesukaan Mama Haya.
Eri juga membeli beberapa pernak pernik yang bisa disimpan didalam buku.
"Udah yuk Mi."ajak Eri.
"Ayuk."jawab Lista dengan menenteng kresek berisi kue.
"Mami gak beli buat Papi?"tanya Eri.
"Mami gak tahu Papi pulang jam berapa."jawab Mami.
"Jadi ini yang buat Mami gabut hari ini."canda Eri.
"Apaan sih Kak."jawab Lista malu.
"Udah ngaku aja,Mami sebenarnya gak bisa jauh-jauh dari Papi kan?"tanya Eri dengan senyum.
Lista tidak mengiyakan pertanyaan anaknya namun juga tidak menampiknya,dia fokus pada kemudi yang dipegangnya sekarang.
Lista merasa putri kecilnya sekarang jauh lebih dewasa dari sebelumnya,justru sekarang dia yang merasa seperti anak kecil.
"Kak,hasil lombanya sudah dikumpulkan ya?"tanya Mami.
"Udah Mi dua hari lalu."jawab Eri.
Eri asyik memainkan ponselnya memberi kabar kepada Didi kalau sekarang Mami sedang gabut.
Pesan yang dikirim Eri masih belum dibaca bahkan mungkin belum dibuka.
Pantesan seharian ini Mami uring-uringan karena Papi tidak bisa dihubungi.
Mobil Lista memasuki pagar rumah dan terlihat didepan mobil Didi sudah terparkir,itu berarti Didi sudah tiba dirumah.
Eri tersenyum melihat wajah Mami kembali cerah.
"Tuh dah pulang,kenapa tadi gak dibeliin kue."kata Eri.
Lista tidak memperdulikan ucapan putrinya,diraihnya plastik kresek berisi kue untuk Mama.
"Ayo turun."ajak Lista.
Eri mengikuti ajakan Mami,namun kali ini Eri mau nyari aman jadi dia beralasan mencari sesuatu ditoko sebelah.
"Mi,aku nyari buku dulu ya."kata Eri dengan menggaruk kepala.
Lista sudah paham dengan tingkah putrinya yang sebenarnya,berusaha mencari aman dari pertanyaan Oma dan Opanya.
Lista hanya tersenyum mendengar anak beralasan mencari buku.
"Ya sudah sana."jawab Lista.
Didalam rumah Didi dan Richi sudah menunggu termasuk Mama Haya dan Papa Syarif.
Mama Haya langsung menghampiri Lista.
"Kamu ini darimana saja?"tanya Mama.
"Cuma kepasar Ma."jawab Lista.
"Kondisimu gimana?"tanya Mama lagi.
"Baik ma."jawab Lista.
Lista menaruh kresek yang dibawanya dari pasar untuk Mama,
Didi ,Richi dan Papa masih terlibat obrolan,meski keluarga namun Lista sungkan untuk mendekat lebih baik membersihkan diri.
"Ma,aku gak makan malam ya udah kenyang."kata Lista
"Iya,jangan lupa langsung sholat."kata Mama.
Eri masuk kerumah belakangan dengan membawa sebotol minuman yang dibelinya ditoko sebelah.
Opa melihat cucunya dari luar menegurnya dengan sedikit keras.
"Eri darimana kamu?"tanya Opa.
"Kan aku pergi sama Mami tadi."jawab Eri
"Kenapa kamu baru masuk?"tanya Opa lagi.
"Aku nyari ini dulu disebelah,ak gak makan malam ya Opa udah kenyang,Malam.Opa."kata Eri.
Didi dan Richi masih terlibat obrolan tentang iklan,pelajaran disekolah bahkan sampai asmara Richi juga bercerita kepada Didi.
Didi tersenyum menanggapi cerita dari anak sulungnya,tanpa malu Richi bercerita bagaimana pertama kali menyukai lawan jenis.
"Kakak hati-hati bergaul ya,entah disekolah dilingkungan perumahan sini atau dimanapun."Didi menasehati anaknya.
"Iya Pi,Richi tahu batas kok."jawab Richi.
"Tadi Mami kenapa ya kok langsung naik keatas?"tanya Richi.
"Gak papa,Mami emang lagi sensitif sekarang."jawab Didi.
Richi hanya menganguk mendengar Papi bilang seperti itu,baginya Mami sekarang menjadi urusan Papi selama mereka bahagia.
Makan malam hanya ada Oma,Opa Richi dan Papi.Sementara Om Iqbal dan Mas Alif memilih nongkrong diluar dengan alasan merokok.
"Pa,Ma.Didi keatas dulu ya gerah belum mandi."pamitnya kepada mertuanya.
"Richi juga ya Oma,Opa.Mau lanjut ngerjain tugas sekolah."kata Richi.
Oma dan Opa mengangguk karena mereka masih menikmati makanannya.
Oma membuka bungkusan plastik yang dibawa putrinya dari pasar,kue kesukaannya.
Didi masuk kekamarnya dan langsung menuju kamar mandi karena memang badannya sangat gerah,hari ini begitu banyak kerjaan yang memakan tenaga dan pikirannya.
Melihat istrinya tadi yang langsung masuk tanpa menyapanya membuat hatinya terus bertanya.
Belum lagi beberapa panggilan dari Papa yang teralihkan dan pesan singkat dari Eri.
Didi keluar dari kamar mandi dengan rambut dan badan masih basah,dia sengaja melakukannya karena ingin melihat wajah istrinya.
"Yang,bisa bantu keringin rambut gak?"tanya Didi.
Lista meninggalkan laptop yang masih menyala dan beranjak mencari pengering rambut.
Tidak ada kata yang keluar dari mulutnya,entah kenapa?rasanya juga tidak sedang marah sama Didi.
Lista menyalakan pengering rambut dan malah memberikannya kepada suaminya.
"Ini."katanya
"Aku minta dibantu keringkan."jawab Didi.
"Aku gak mau."kata Lista lagi.
Didi mencoba mencari cara lain untuk mencairkan kondisi saat ini,rasanya istrinya sedang kambuh kerasnya.
"Ok,kalau kamu gak mau aku peluk kamu sekarang biar kita sama-sama basah."kata Didi mendekat dengan membuka handuk yang melingkar dipinggangnya.
"Baiklah sini duduk biar kubantu."jawab Lista.
Didi tersenyum melihat perubahan ekspresi wajah istrinya,akhirnya luluh juga keras kepalanya seorang istri.
Lista menggoyangkan pengering rambutnya dan menarik lembut rambut suaminya.
"Sudah cukup."kata Lista mematikan dan mencabut kabelnya.
"Makasih"kata Didi mencium istrinya.
Didi melepaskan handuk yang melingkar dipinggangnya dan melempar kesembarangan arah,berbaring dengan menyelimuti tubuhnya.
Lista hanya nyengir melihat suaminya tanpa memakai baju.
"Pakai baju nanti masuk angin."katanya.
"Enggak mau tuh."jawabnya.
Lista hanya berdecak mendengar suaminya,dia melanjutkan lagi kerjaannya.
Didi membuka ponselnya dan kembali membaca pesan dari putrinya.
"Yang,katanya kamu kangen sama aku ko aku dicuekin aku sudah disini."kata Didi.
"Kata siapa?"tanya Lista.
"Papa tadi telpon aku,kamu tahu gak aku buru-buru pulang malah kamu yang pergi."kata Didi.
Lista tiba-tiba menutup laptop dan membuka kacamatanya menaruhnya dimeja dekat lampu.
Bukanya Papa tadi menghubungi Didi tapi masih dialihkan.
"Papa bilang apa tadi?"tanya Lista.
"Kata Papa kamu mencariku terus kamu nangis."jawab Didi.
Lista menepuk kepalanya dan tersenyum mendengar kata dari suaminya.
Ternyata Papa masih tetap memperhatikan hal ini.
Lista menarik nafas panjang dengan berbaring disisi suaminya.
"Tadi kamu bilang mau gantiin aku dikantor,kupikir kamu masih disana makanya aku mencarimu tapi Papa bilang kamu pergi keproyek.Aku juga gak tahu kenapa tiba-tiba aku nangis,kata Mbok Yum ini mungkin bawaan bayi."jelas Lista.
Didi membenarkan duduknya,dia mengelus-elus perut istrinya lalu menciumnya.
"Jadi kamu yang kangen sama Papi ya?"Tanya Didi.
Didi kembali mendekatkan telinga keperut istrinya mana tahu dia bisa menjawabnya.
Didi tersenyum meski belum mendengar apa-apa.
"Lain kali gak boleh nakal ya,jaga Mami biar Mami gak capek."kata Didi menasehati bayinya didalam perut istrinya
Lista tersenyum mendengar candaan suaminya,ditariknya selimut kembali menutup tubuhnya.
Malam ini rasanya ingin langsung terlelap karena enegi hari dan pikiran hari ini sudah sangat terkuras.