Di antara cinta yang tak terucap dan janji yang tak sengaja diucapkan harus menjadi sesuatu yang ditanggung jawabi oleh Rafael. Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang hampir terbilang sempurna, Rafael harus kehilangan wanita yang dicintainya sekaligus menerima kehadiran seorang gadis yang sangat ia sayangi—Adeline.
Dua tahun setelah pernikahannya dan bangun dari segala keterpurukannya, Rafael harus terjebak dalam sebuah dilema. Apakah ia akan memilih cinta yang sebelumnya hilang atau tetap bersama dengan seseorang yang selama ini menemani masa-masa sulitnya? Setiap pilihan datang dengan konsekuensi dan setiap keputusan menuntunnya pada jalan yang tak terduga.
Ketika cinta dan masa lalu bertabrakan, apakah Rafael akan mengikuti hati atau logika? Bagaimana jika pilihan yang benar ternyata sesuatu hal yang paling sulit ia jalani? Temukan kisahnya dengan meng-klik ‘Mulai Membaca’.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HC 04 - Kado Ulang Tahun
Setelah mendapatkan izin dari pimpinan rumah sakit serta penanggung jawab Adeline, kini keduanya bebas untuk kemana saja tanpa memikirkan harus kembali tepat waktu ke pekerjaannya.
Rafael sendiri memiliki alasan kenapa ingin membawa Adeline pergi bersamanya, ia ingin menebus janjinya yang tidak bisa ia tepati saat ulang tahun Adeline tahun lalu. Selain itu, dia juga membutuhkan hiburan diluar agar pikirannya tidak terlalu berpusat pada kekasih yang menjadi korban kecelakaan pesawat.
Kabar mengenai Rafael yang berniat untuk menjadi donatur tersebar begitu cepat dilingkungan rumah sakit, sehingga tak sedikit juga yang mempertanyakan hubungan antara Adeline dengan Rafael saat ini.
Kini, Adeline tengah menghabiskan waktunya bersama dengan pria yang sangat ia sukai sejak lama. Dirinya tahu bahwa hati Rafael telah ditempati oleh wanita lain, namun pikiran egoisnya mengatakan bahwa dirinya akan merebut posisi itu.
Dalam waktu setengah hari, Rafael sudah membawa Adeline ke banyak tempat, mulai mencicipi makanan kecil, bermain ditaman seraya memakan ice cream, hingga menonton film. Semua hal tersebut sangat membuat Adeline merasa begitu bahagia.
Kali ini mereka sudah tiba ditoko perhiasan, Adeline merasa bingung kenapa Rafael harus mengajaknya ke tempat itu. “Aku ingin membelikan hadiah untukmu. Bukankah aku tidak memberikan apapun saat ulang tahunmu kemarin?” Gumam Rafael dengan nada yang terdengar begitu lembut.
“Tuan Wilbur, ini pesanan Anda.” Seorang karyawan dari toko itu membawakan sebuah kotak kepada Rafael, dan Rafael mengambilnya seraya tersenyum.
“Ini untukmu, Del.” Menyerahkan kotak itu dan jantung Adeline tampak tak berirama dengan normal saat ini.
“Astaga, kalung ini sangat indah. Apa ini sungguh diberikan untukku? Pasti kau harus mengeluarkan biaya yang sangat mahal untuk kalung ini,” mendengar penuturan tersebut justru membuat Rafael dan juga karyawan toko yang mendengarnya terkekeh pelan.
Sejak kecil, Adeline memang selalu meminimalisir menggunakan barang mewah meski orang tuanya terbilang cukup mampu membelikannya jika ia menginginkannya, namun sayangnya Adeline tidak ingin menggunakan uang sebanyak itu hanya untuk barang yang tidak terlalu ia butuhkan.
**
**
Pagi telah kembali, setelah membuka mata, hal pertama yang dilakukan Adeline yaitu melihat liontin yang berada dikalungnya saat ini, dia mengusapnya dengan senyum sumringahnya. Menurutnya, kalung yg ia gunakan sekarang merupakan hadiah istimewa untuknya.
Setiap kali mengingat kejadian tadi malam, Adeline merasa bahwa dirinya masih memiliki kesempatan untuk bisa bersama dengan pria yang sangat ia sukai itu. Perasaan itu semakin kuat, rasa ingin memilikinya pun semakin besar.
Masih merasa gemas, Adeline memeluk gulingnya dengan sangat erat, dia bak orang gila karena rasa cintanya yang semakin besar setiap harinya. Terdengar suara ketukan pintu dan hal itu langsung membuatnya terdiam.
Menyadari bahwa orang yang masuk ke dalam kamarnya adalah Rafael, hal itu sontak membuat Adeline langsung kembali pura-pura tertidur, meski begitu sandiwaranya terbongkar ketika Rafael menghampirinya seraya mencubit pipinya dengan gemas.
“Aku tahu kau sudah bangun sejak tadi,” tuturnya yang masih mencubit pipi gadis yang masih terbaring dengan memeluk gulingnya itu.
“Huuh selalu sulit untuk membohongimu,”
“Aku sudah mengenalmu sejak lama, jadi berbohong padaku itu hanya akan sia-sia.”
“Jadi kau sudah mengenalku dengan sangat baik bukan?”
“Sangat baik, lebih baik dari kau mengenal dirimu sendiri.” Tukasnya seraya tersenyum dengan begitu lembut. “Sudah cepat bersihkan tubuhmu, aku akan menunggumu diruang makan. Hari ini aku akan mengantarmu bekerja.”
Rafael yang bergegas keluar dan Adeline langsung masuk ke dalam toilet yang berada dikamarnya. Sekecil apapun perlakuan Rafael terhadap dirinya selalu berhasil membuat dirinya semakin menyukainya dan terus ingin bersama dengannya.
Beberapa menit kemudian, Adeline telah bergabung bersama Rafael beserta James—kakek Rafael. Adeline makan dengan sangat lahap dan sesekali Rafael menyendokkan beberapa makanan ke piring gadis itu yang semakin membuat Adeline menikmati makanannya.
Seusai sarapan, sesuai janjinya, Rafael mengantarkan Adeline untuk pergi bekerja. Senyum terus terukir dibibir kecilnya, rasanya dia ingin hari seperti itu terus terjadi padanya, bahkan sesekali ada pikiran jahat yang mendatanginya serta berharap bahwa wanita itu sebaiknya tidak perlu kembali lagi.
Setibanya di rumah sakit tempat Adeline bekerja, gadis itu pun lekas turun dari dalam mobil, banyak mata yang memandanginya dengan tatapan terkejut, bagaimana tidak? Rafael sudah begitu populer dikotanya dan tak sedikit juga yang memujanya serta menginginkan dirinya.
Efran sebagai salah satu orang yang memandangi mereka pun langsung menghampiri Adeline yang sudah berada di lobby rumah sakit. “Bolehkah aku bertanya?” pria itu langsung mengajukan izin pada Adeline, dan gadis tersebut hanya mengangguk dengan senyum yang masih terlihat sumringah.
Efran menghela napasnya, karena dia merasa jika jawaban atas pertanyaan yang akan diberikan olehnya sudah didapatkan hanya dengan melihat ekspresi Adeline saat ini. Namun, dia tetap ingin mengajukan pertanyaan itu demi memastikannya. “Apa kau menyukai Rafael?” Ini merupakan pertanyaan yang kedua kali Efran lontarkan.
“Aku sangat menyukainya, sejak dulu hingga sekarang.” Jika sebelumnya Efran tidak mendapatkan akan pertanyaan yang ia lontarkan, kini ia mendengarnya secara langsung.
Tanpa memandang Efran, Adeline terus berjalan menuju ruang ganti untuk mengganti pakaiannya dan kembali untuk bekerja. Setelah mengganti pakaiannya, ia bergegas untuk masuk ke ruang yang pertama.
“Selamat pagi,” sapanya pada pasien yang berada dikamar itu. Beberapa hari bekerja disana memang Adeline disebut sebagai perawat yang paling ramah oleh para pasien, terbilang cukup banyak pasien yang menyukai dirinya.
“Kakak cantik sepertinya sedang bahagia,” celetuk anak kecil yang tengah diperiksa oleh Adeline saat ini. Kemudian sebuah senyum kembali ia bagikan pada anak kecil itu.
“Kita harus bahagia setiap hari, Ray juga harus bahagia jika ingin segera sembuh.” Senyumannya yang hangat spontan membuat anak laki-laki itu mengangguk dengan cepat.
“Jadi, jika aku bahagia, aku akan sembuh?” Tanyanya polos.
“Tentu saja, jika Ray senang maka semua penyakit tidak ingin dekat-dekat dengan Ray.” Balas Adeline lagi seraya mengucap puncak kepala anak itu.
“Apa benar yang dikatakan kakak cantik itu, bu?
“Apa yang dikatakan kakak cantik sangat benar. Coba sekarang Ray perhatikan, apakah Ray pernah melihat kakak cantik sakit?” Anak kecil itu menggeleng pelan. “Itu karena kakak cantik selalu bahagia, karena itu kakak cantik dijauhi oleh penyakit.” Tambah dari seorang wanita setengah baya—Ibu Ray.
“Jika begitu Ray juga akan selalu bahagia.”
“Anak pintar. Setelah ini, Ray harus memakan sarapan yang sudah disiapkan rumah sakit, ya.”
Keluar dari ruangan setelah memeriksa beberapa pasien, tiba-tiba saja seseorang mengejarnya hingga menyamai langkahnya. Namun, Adeline tampak tak menggubrisnya meski sadar ada seseorang disisinya.
“Hei Adel, apa kamu memiliki hubungan special dengan Tuan muda Wilbur?” Tanya seorang wanita yang berjalan bersama dengan Adeline saat ini.