Tahu dengan Abrilla atau biasa di panggil Rila? Si bungsu dari Keluarga Anggara?
Dulu jatuh cinta dengan Ed? Tapi ternyata pria itu sangat tidak rekomended. Cukup lama menjomblo, Rila akhirnya merasakan buterfly era lagi.
Kali ini dengan siapa?
Maxwell Louis Sanjaya, pria berkebangsaan Indonesia-Belanda. Berdasarkan informasi yang Rila dapat, Max berstatus duda anak satu. Sulitnya informasi yang Rila dapat membuat gadis itu semakin nekat untuk mendekati Max.
Apakah Rila berhasil mendapatkan hati pria itu? Atau sebaliknya?
Kabarnya, kurang dari 3 bulan, Max akan melangsungkan pertunangan dengan wanita pilihan mami-nya. Bagaimana usaha Rila untuk mendapatkan apa yang dia inginkan?
Ikuti terus ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengungkap Kebenaran (4)
"Nyatanya memang begitu, Iris. Orang yang kau anggap sebagai pahlawan, menyayangimu dari kecil dan merawat mu hingga dewasa, adalah orang yang telah membunuh papa dan mamamu." ujar Rila yang sedari awal sangat menyayangkan Iris adalah korban juga.
"Om jahat, tega sekali membunuh papa dan mama." ujar Iris memukuli Wirawan. "Selama ini aku selalu menuruti kemauan mu. Bahkan hal buruk pun aku ikuti agar terus bisa hidup denganmu. Menikmati kemewahan yang kau punya."
Wanita itu menangis histeris, kepercayaan yang dia berikan pada pria itu dihancurkan oleh kebohongan.
"Diam, Iris. Salah orang tuamu yang begitu pelit denganku. Apalagi mamamu, dia itu adik ku tapi tidak pernah berpihak padaku. Mama mu selalu menuruti apa kata suaminya, padahal papamu itu hanya orang miskin yang beruntung bisa menikahi adikku." kata Winata membela diri. "Lagi pula apa yang terjadi dengan kita itu tidak masalah. Aku dan mama mu tidak sedarah. Ya, aku anak adopsi kakekmu. Tidak lama aku menjadi bagian keluarga itu, mama mu lahir. Jadi hubungan kita tidak salah. Kau dan aku tidak masalah memiliki hubungan khusus."
Plakkk
"Menjijikkan, kau menjijikkan Winata." Jena memapar wajah Winata dengan keras. "Kau membohongi aku, meminta ku merawat anak perempuan yang pada akhirnya hanya untuk kepentingan mu sendiri."
Winata hanya diam tidak menanggapi ucapan istrinya.
"Kembalikan hak ku. Sebagai hartamu adalah hakku, kau yang merampas milik papa dan mama ku. Sekarang kembalikan, itu milikku." Iris seperti orang tidak waras. Menarik-narik jas Winata sembari menangis keras.
"Percuma Iris, kau sudah menandatangani surat pengalihan aset sejak usiamu 18 tahun." Sandy menunjukkan bukti yang sudah mereka kumpulkan.
Iris membaca salinan surat pengalihan aset milik orang tuanya, yang harusnya diwariskan kepadanya kini sudah menjadi milik Winata.
"Bedebah, kau harus matii. Jika kau mati maka semua hartamu akan menjadi milikku." Iris berniat mencekik leher Winata tapi pria itu. menghindar.
"Hentikan, Iris. Percuma saja dia mati, itu tidak akan membuatmu bisa mendapatkan hakmu kembali." Rila menarik tangan tubuh Iris agar menjauh dari Winata.
"Kenapa? Kenapa aku tidak bisa mendapatkan hakku kembali?" tanya Iris, "Aku melihat sendiri bahwa dia mengatakan pasa kuasa hukumnya jika suatu hari dia meninggal dunia, maka yang akan mewarisi seluruh hartanya adalah putrinya. Dan dalam keluarga nya, status ku adalah putri angkatnya."
"Kau salah, Iris. Dia memang mewariskan pada putrinya, tapi bukan putri angkat namun putri kandungnya." sela Rila membuat Iris dan Jena bingung.
"Apa? Bagaimana mungkin dia memiliki putri kandung?" tanya Jena semakin merasa dibohongi dan dikecewakan. "Siapa wanita yang telah kau percayai mengandung anakmu?" tambah wanita itu mengguncang pundak suaminya.
"Tidak mungkin, Om Winata tidak pernah dekat dengan wanita manapun. Karena aku sering ikut dengannya." ujar Iris tidak percaya.
"Ternyata kau benar mencari tahu semuanya tentangku, ya? " Winata tidak menyangka jika rahasia paling dia jaga akhirnya terbongkar juga.
"Kalian berdua jelas mengenal siapa wanita yang telah melahirkan anak untuk Tuan Winata. Kalian dulu sangat dekat dengannya, bahkan sampai memiliki tujuan yang sama untuk menghancurkan hidup seseorang." ungkap Rila dengan tenang.
"Katakan, siapa wanita itu?" tanya Jena tidak sabaran.
"Yoaann, bawa dia masuk." teriak Rila memandang pintu.
Yoan berjalan sambil menyeret seorang wanita. Dibelakang wanita itu ada pria paruh baya mengikuti mereka.
"Anitaaa... " ucap Jena lirih, saat mengenali dengan jelas wanita itu.
"Tante Anita. Jadi dia orangnya." ujar Iris tidak menyangka.
Anita sudah tertunduk lemas sudah tidak bertenaga. Sejak pertengkaran terkahir dengan Hegar di kamar mandi, dia dibawa paksa oleh sang suami ke suatu tempat. Hegar menyerahkan nya pada wanita muda bernama Yoan. Beberapa hari dia diperlakukan buruk oleh Yoan, makan seadanya dan terus disiksa. Anita sempat kabur, sayangnya di pintu keluar Hegar baru saja datang dan kembali menangkapnya.
BRUKKK
Tubuh Anita di dorong keras oleh Yoan hingga tersungkur ke lantai. Winata segera mendekatinya.
"Anita, kau baik-baik saja?" tanya Winata dengan lemah. lembut, itu membuat Jena dan Iris cemburu.
"Kita hancur, Nata. Aku takut putri kita dalam bahaya juga." jawab Anita menangis dalam pelukan Winata.
"Tidak, putri kita pasti baik-baik saja. Aku selalu mengirimkan orang untuk menjaganya." kata Winata menenangkan wanita itu.
"Dasar jalang, berani sekali menggoda suamiku. Bahkan kau sampai hamil anaknya." Jena hilang kendali, wanita itu menarik keras rambut Anita.
"Ahh sakit, lepaskan aku. Tolong, lepaskan." teriak Anita kesakitan.
"Kau gila, Jena. Cepat lepaskan Anita." Winata berusaha melepaskan tangan Jena dari rambut Anita. Tapi cengkraman wanita itu sangat kuat.
"Katakan siapa putri kalian? Viska? Apakah Viska anak kalian?" tanya Iris ikut membantu Jena menganiaya Anita. Sungguh ini membuat Winata kewalahan.
"Iya benar, Viska adalah anak mereka." Tuan Hegar yang menjawabnya. "Selama 24 tahun aku merawat anak hasil hubungan gelap mereka. Pantas saja sifat Viska seperti itu. Selalu membuatku sakit kepala. Viska sampai menikah 2 kali dan selalu bermasalah, aku kira salahku yang gagal menjadi ayah tapi itu memang bentuk karma bagi mereka beruda."
Jawaban itu membuat Iris menatap sengit Anita.
"Pantas kau sangat menginginkan Maldevi mati. Kau ingin menguasai harta suamimu tapi kau juga ingin menguasi harta Om Wirawan. Memang wanita murahan." teriak Iris pada Anita.
"Katakan, kapan kalian melakukannya?" tanya Jena menatap Anita dan Wirawan bergantian.
"Saat kami sedang mabuk bersama. Kau saat itu sedang menikmati pernikahan dengan Marten, membuatku patah hati dan pergi ke club. Disana aku bertemu Anita. Itu awal mula hubungan kami." jawab Winata jujur, dia tidak bisa mengelak tentang hubungannya dan Anita karena ada Viska, putri kesayangannya.
"Kenapa kau tidak menikahi dia? Malah terus sendiri, menunggu aku." tanya Jena kembali. "Jika saja kalian menikah, pasti kita sudah tidak ada hubungan lagi. Aku tidak perlu terus merasa bersalah padamu."
"Anita dan suaminya tidak bisa bercerai karena memang sudah perjanjian dengan keluarga mereka. Dan karena hal itu aku sengaja membuat mu merasa bersalah, agar kau tersiksa."
"Jadi dalang semua ini adalah kalian berdua. Kematian Maldevi adalah kalian pelaku utamanya." kata Tuan Hegar menatap dua orang itu sembari menahan sesak di dada.
"Ya, kami yang merencanakannya. Tapi aku tidak menyesal, semua berjalan sesuai rencana. Putri mu mati, istri yang kau cintai juga gila kan? Aku senang melihat kalian menderita." jawab Anita tanpa ada rasa penyesalan.
"Akhirnya semua terbongkar, aku akan membalas perbuatan kalian dengan setimpal. Kini biarkan aku yang membuat kalian menderita. Bertahun-tahun aku menahannya, semua penderitaan ini adalah ulah kalian."
"Apapun itu jangan sentuh putri ku, Max. Balaskan saja kepadaku. Viska tidak bersalah, dia tidak tahu apapun." pinta Winata diangguki oleh Anita.
"Aku tidak menjamin apapun. Putraku, Hiro juga tidak bersalah. Dia tidak mengerti apapun, jangan dia, aku dan Maldevi juga korban keserakahan kalian. Kami tidak bersalah tapi harus ikut menjadi korban. Dimana otak kalian hah?" ungkap Max tidak habis pikir dengan permintaan Winata.
"Max, maafkan mami. Mami menyesal melakukan semua ini." Jena memohon dengan memegang kaki putranya.
"Andai dulu mami bisa setia dengan papi, keluarga kita sudah hidup bahagia. Memang aku tidak tahu, jika beragam upaya sudah papi lakukan agar mami tidak menceriakan papi, tidak meninggalkan kami. Bahkan papi rela jika seluruh asetnya diberikan pada mami. Namun usaha papi tidak mami perdulikan. Mami tetap memilih pria itu, cinta pertama mami. Dan dengan tega ikut serta dalam rencana mereka, membunuh Maldevi. Mami terlalu buta dengan cinta." jawab Max mengungkapkan kekecewaan. "Aku sudah berusaha yang terbaik untuk papi dan mami. Maka kali ini pun sama, salah harus dihukum, kebenaran harus ditegakkan."
"Kak Max, aku tau aku salah karena terus menganggu Maldevi. Hingga membuatnya celaka. Tapi itu semua karena bujuk rayu Om Winata." ujar Iris menunjuk Winata dengan sengit. "Tapi kak, soal perasaan ku padamu. Aku benar mencintaimu. Jadi tolong maafkan aku."
"Seberapa banyak kesalahan mu pada Maldevi, aku selalu memaafkan mu karena mamiku sangat menyayangimu. Tapi membuat Maldevi celaka hingga meninggal dunia, itu bukan sesuatu yang bisa aku maafkan kembali. Kau punya akal pikiran, Iris. Tahu mana yang benar dan mana yang salah. Tidak pernah ikut perkataan om mu jika tahu itu salah. Dan soal cinta, itu hanya obsesi mu saja. Karena kau juga tidak hanya ingin bersamaku tapi juga pria itu." ujar Max dengan raut wajah jijik menatap Iris.
Max hanya diam saja, menatap empat orang di bawah kakinya yang tengah memohon.
"Jika sudah begini, aku tidak bisa menjamin apapun." ujar Sandy menatap ngeri wajah Max.
"Akan labih baik bertindak kejam namun membuat hidup nyaman. Ibarat kebun, babat bersih rumput liar yang mengganggu." balas Rila menanggapi ucapan Sandy.
"Max, aku memang bukan suami dan ayah yang baik untuk keluarga ku. Tapi kali ini, aku mohon balaskan dendam untuk Maldevi." pinta Tuan Hegar yang berdiri di samping kanan Max.
"Aku paham, tuan. Kehilangan Maldevi adalah luka yang tidak bisa aku sembuhkan. Aku terlalu banyak salah padanya. Bahkan di akhir hidup Maldevi, dia masih memikirkan aku." balas Max teringat detik-detik wanita yang dia cinta meminta maaf padanya juga memperingati dia untuk tetap berhati-hati.
akoh udh mmpir....
ni anknya feli sm alfi y kk???
d tnggu up'ny.....smngtttt....