Semua terjadi begitu saja, karena ibu yang menjodohkannya maka Hasyim terpaksa menikahi karena menurutnya Cinta akan tumbuh karena terbiasa bersama. Sedangkan Hana menerima pernikahan tersebut karena sudah istikharah, dialah jodohnya!
Penasaran? yuk ikuti cerita Hani_Hany hanya di noveltoon ♤♤♤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Keesokan harinya Hana dan Hasna bersiap berangkat ke kampus.
"Hay. Kamu Hana ya?" sapa Dina. "Aku Dina, sepupu kak Dewi. Aku sudah semester 6, aku boleh bicara sebentar gak dikamar kamu?" Dina berucap sambil tengok ke kamarnya, sepertinya masih sepi berarti kak Dewi masih tidur.
"Hay juga. Iya aku Hana dan ini adik aku Hasna." mereka bersalaman. "Oh boleh, ayo masuk sini. De, tunggu sebentar ya!" ujar Hana dan diangguki oleh Hasna.
"Hana, kamu kemarin lihat ada laki² masuk dikamar aku gak?" bisiknya cukup pelan. Hana mengangguk sebagai jawaban. "Nah kamu tau ciri²nya?" tanyanya lagi.
"Gak terlalu tinggi, putih, rambutnya lurus agak gondrong gitu, apalagi ya?" Hana nampak berpikir. "Aku gak begitu memperhatikan Din, karena pas aku dikamarmu dia datang terus aku pamit ke kamar." jelasnya lagi.
"Fix sih, itu kak Ishak. Kenapa mereka gak nikah aja sih? Bikin kesal saja." ujar Dina sedikit emosi.
"Emang kenapa sih?" tanya Hana heran.
"Kemarin itu mereka melakukan hal senonoh di kamar aku. Huaaa. Bagaimana ini Hana? Aku gak mau kena sial!" jawabnya pura² nangis karena stres dia rasa.
"Sssttt gak boleh berprasangka buruk pada keluarga sendiri Dina, itu fitnah! Bahkan fitnah lebih kejam dari pembunuhan." peringat Hana pada Dina.
"Aku gak fitnah. Kamu lihat ini! Ini adalah foto kondom yang aku temukan kemarin sore ditong sampah dalam kamar aku!" ujarnya menggebu. Hana hanya membekap mulutnya seperti tidak percaya. "Dia itu memang baik Hana, bahkan sangat baik! Tapi sayang sekali karena pergaulannya bebas. Dia mau nikah sama itu laki² pacarnya tapi orang tuanya gak setuju." jelas Dina. Karena lamanya mereka ngobrol sampai Hasna menjemput Hana ke kamar.
"Kak, kenapa lama sekali?" tanya Hasna yang muncul dibalik pintu. Hana tepuk dahi karena melupakan adiknya yang menunggu di kursi ruang tamu.
"Maaf dik kalau kakak lama." jawabnya tidak enak. "Maaf ya Dina, saran aku nih! Kamu bujuk orang tua kak Dewi untuk merestui mereka daripada mereka melakukan hal² kotor diluar pernikahan. Ya sudah aku berangkat dulu ya?" Dina mengangguk lalu kembali ke kamarnya untuk mengambil tasnya karena dia mau pergi melakukan penelitian Skripsi.
***
"Kamu ngapain lama disebelah Dina?" tanya Dewi bangun dari tempat tidurnya untuk duduk.
"Hanya memastikan sesuatu kak. Kak Dew sudah bangun?" tanya Dina.
"Sudah dari tadi!" ujarnya ketus.
"Sarapan sudah ada kak, aku mau ke Sekolah untuk melanjutkan penelitianku." ucap Dina ramah.
"Kamu gak usah sok baik Dina, kamu pikir aku gak tau kamu ngapain ke sebelah? Apa yang mau kamu pastikan? Aku berhubungan badan? Kalau iya kenapa? Kamu gak tau kan apa yang aku rasa? Kamu gak tau rasanya jadi aku yang kurang kasih sayang!" ucapnya menggebu sambil terisak. Dina hanya tertunduk lesu, dugaannya benar bahkan sangat benar!
"Maaf kak." hanya itu yang keluar dari mulutnya.
"Pergilah, masih ada urusanmu! Jangan urusi urusanku. Terima kasih sudah mengizinkan aku numpang disini. Nanti sore aku akan pulang ke Luwu Utara." Dina menatap Dewi yang bersiap mengemasi pakaiannya.
"Kakak sudah selesai mengambil ijazah?"
"Sudah. Makanya aku akan pulang! Kamu gak suka kan aku disini?" tanyanya ketus.
"Bukan aku gak suka kak, aku hanya gak nyangka akan ada kejadian diluar perkiraanku."
"Kamu akan suka kalau kamu sudah rasakan!" jawab Dewi masih ketus.
"Astaghfirullah kak, itu dosa kak. Taubat lah kak, taubat Nasuha. Tuhan maha pengampun kak! Kakak itu baik. Aku tau itu kak." nasehat Dina, sebelum terlambat pikirnya.
"Entahlah Din, kakak mau nikah sama dia tapi kamu tau sendiri kan kami tidak direstui. Coba saja kamu bujuk mereka, jika berhasil aku akan memberikan hadiah untukmu Dina." ujarnya.
"Baiklah kak. Insya Allah nanti aku akan bujuk mereka, semoga Allah membukakan hati mereka untuk merestui hubungan kakak."
"Hhmm." hanya itu yang keluar dari mulut Dewi.
"Kalau gitu aku pamit kak." Dina menuju sekolah tempatnya meneliti. "Huh syukurlah, paling tidak aku bujuk dulu orang tua kak Dewi supaya ada kejelasan, kasihan kak Dewi." gumam Dina dalam hati sambil melangkahkan kakinya santai.
***
Diruang Akademik
"Kak, harus isi formulir melalui online kak." ujar Hasna.
"Kan dibantu jiki sama petugas de. Siapkan saja berkasmu." Hasna mengangguk paham.
"Hasna Ahmad." panggil petugas pendaftaran. Hasna berdiri lalu melangkah mendekat diikuti oleh Hana dibelakangnya.
"Eh, Hana ya?" tanya pak Taslim staf kampus.
"Bapak masih kenal saya?"
"Bagaimana gak kenal, mahasiswi paling rajin ke pusat akademik. Mendaftar lagi ya?"
"Iya pak. Rencana begitu, boleh gak pak?" tanya Hana.
"Boleh banget Hana, tapi lebih bagus daftar S2 saja!" usul pak Taslim.
"Adakah beasiswanya pak?"
"Kalau kamu nanti diusahakan sama Rektornya." candanya.
"Orang tanya serius juga pak. Ini saya mau daftarkan adik saya pak."
"Oh jadi ini adik kamu? Gak mirip ya!" ujarnya. "Baca berkasnya kalau saya tanyakan nah!" sambil melihat ke Hasna.
"Iya pak." ucap Hasna. Seusai pendaftaran Hasna, mereka mencari kos disekitar kampus, dan mereka dapat kos Berkah.
"Kamu suka disini de?" tanya Hana.
"Kayaknya bagus kak. Disini saja gak apa² kak yang penting nyaman." jawab Hasna. Hana mengangguk lalu menemui ibu Kos.
"Bu, saya mau ambil satu kamar kosnya ya? Berapa pertahun bu?"
"Dua juta pertahun. Ini isi dulu biodatanya ya!" Hana mengangguk lalu mengisi biodatanya.
"Terima kasih bu. Jadi kapan bisa saya tempati bu?"
"Segera juga bisa karena sudah bersih juga." ujar bu Kos namanya Husni.
"Baiklah bu, insya Allah besok saya kesini untuk membawa barang² saya." ibu Husni hanya mengangguk setuju. Mereka pulang ke kos lalu istirahat.
...----------------...
Bersambung ☆☆☆☆☆