Rere Anita, sungguh tidak menyangka kalau sang suami yang selama ini mengaku lemah syahwat ternyata memiliki selingkuhan dan anak yang sudah besar.
Mendapati fakta itu membuat Rere sakit hati karna uangnya telah banyak habis untuk menyembuhkan Sang suami yang mengaku lemah syahwat itu.
Hingga Rere mencari sosok pria bayaran yang harus bisa membantu dirinya balas dendam, dengan kekayaan Rere sebagai pancingan.
"Aku hanya membutuhkan pria m0k0nd0 saja, karna hanya untuk memuaskan aku dalam hal ranjang dan haus dahaga akan pengkhianatan suamiku." ucap Rere dengan sangat angkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31
•Perusahaan Anita Group
Ntah kemana perginya sisi kerapuhan Rere waktu didalam mobil lagi, sekarang sudah tergantikan dengan Rere yang sangat penuh bersemangat berhadapan dengan para karyawan Perusahaan. Galih sampai heran melihat Rere yang pandai sekali menutupi kesedihannya, hal itu lah yang membuat Rere sangat berkesan dihati Galih.
"Kau tunggu saja aku di Lobby atau di manapun, karena aku tidak akan lama untuk meeting nanti." kata Rere kepada Galih yang terus tersenyum sedari tadi.
Kebetulan hanya ada mereka berdua diruangan Rere, maka Galih langsung berjalan mendekati sang wanita yang sangat ia sukai itu. Galih meraih tangan Rere, mengecup tangan itu hingga membuat Rere sendiri tersenyum simpul.
"Kau wanita terhebat yang pernah aku kenal, Rere. Aku menyukaimu," Ungkap Galih dengan sangat serius.
Sampai kedua mata Rere mengerjap mencerna semua kata-kata serius Galih. Tidak tahu apa harus senang atau tidak, hanya saja Rere takut untuk mempercayai semua itu. Menurut Rere, memang Galih sangat sempurna apakah mungkin bisa bersama dengan wanita yang banyak kekurangan seperti dirinya.
"Galih, berhenti bicara omong kosong. Tidak boleh ada rasa suka di antara bisnis kita, kau ingat itu bukan?" Rere mengingatkan, mencoba mengalihkan semua ungkapan Galih tadi.
Timbul senyuman tipis diwajah Galih, pria itu mengangguk seolah mengerti. "Aku ingat.." Hanya itu yang Galih katakan, ia masih menatap Rere yang melangkah pergi menghindar tatapan Galih yang penuh cinta. "Aku ingat, hanya saja aku bukanlah pria yang taat akan aturan. Jika aku ingin melanggar, maka akan aku lakukan." Sambungnya.
Sehingga pergerakan Rere yang ingin memegang buku-buku menjadi terhenti. Rere melirik sedikit kearah Galih, ia mengerti dengan arti kata-kata yang diucapkan pria itu.
"Jika aku mengatakan mencintaimu dan ingin hidup denganmu, maka kau tidak akan bisa menghentikan niatku itu." Pertegas Galih lagi.
Sampai Rere melemparkan buku yang ia pegang begitu saja, ia menarik napas panjang lalu melihat kearah Galih sepenuhnya. "Sekarang lakukan hal yang paling penting, Galih. Yaitu segera keluar dari ruanganku.." Rere kembali berbalik badan membelakangi Galih.
Galih tidak melakukan perintah Rere, ia berjalan mendekati wanita yang telah mengusik kehidupannya itu. Dari belakang Galih memeluk Rere dengan sangat erat, anehnya tidak ada pemberontakan dari Rere. Dagu Galih mendarat pada pundak Rere, ia menatap Rere dari posisi menyamping.
"Apakah selama ini kita menghabiskan malam.. tidak ada berkesan sedikitpun bagimu?" Tanya Galih dengan nada yang sangat lembut tapi terasa kali dominannya.
Terlihat Rere langsung memejamkan mata mendengar pertanyaan Galih. Seakan mencari puing-puing kebohongan untuk menghindari segala hal yang ia tidak ingin terjadi.
"Sebuah sentuhan atau menghabiskan malam seperti yang kita lakukan itu.. sangat tidak berkesan di hatiku, Galih. Karna menurutku semua itu hanya bisnis saja, aku_"
"Kau berbohong!" Galih melepaskan pelukannya, ia membawa tubuh Rere hingga saling berhadapan dengannya. Dan disaat itu pula Rere tidak menatap Galih sama sekali, malah menunduk. "Kau menikmati setiap sentuhanku, Rere. Itu berarti kau ada sedikit_"
"Galih.." Tangan Rere memegang pipi Galih, hingga pria itu tidak mampu berkata-kata lagi. "Rasa apa yang perlu dibahas saat ini selain segera menepis Saka dari kehidupanku, itu saja." Ucap Rere dengan penuh keseriusan, seolah menyadarkan Galih untuk tidak memikirkan hal lain dulu saat ini.
Terdengar helaan napas panjang dari Galih, pria itu memegang tangan Rere yang masih berada diwajahnya. Galih mengecup tangan Rere berulang-ulang kali dan disaat itu Rere merasa sangat disayangi oleh Galih.
"Maafkan aku memaksa dirimu tadi untuk memiliki rasa padaku, Hem.. jika ada sesuatu yang penting hubungi saja aku." Galih tersenyum lalu melangkah pergi meninggalkan Rere yang hanya terdiam dengan semuanya.
Rere merasa sedikit bersalah karena telah mengatakan hal-hal menyakitkan seperti tadi. "Galih.." Panggilnya sehingga Galih yang memang sudah memegang gagang pintu menjadi terhenti, berbalik badan menatap kearah Rere.
"Sore nanti ajak aku jalan-jalan, kau maukan?"
"Mau, apapun aku tetap mau melakukannya jika itu yang membuatmu bahagia." Jawab Galih cepat, ia tersenyum sangat manis sebelum melanjutkan niatnya untuk pergi.
Jawaban Galih tadi membuat Rere termenung sebentar, kepergian Galih membuat dunia Rere seakan menjadi senyap. Ruangan ini telah berubah menjadi ruangan penyiksaan bagi Rere, dimana hanya ada tuntutan sang Nenek saja yang menghimpit dadanya. Dengan penuh kesedihan Rere duduk dibangku kebanggaannya, ia melihat kearah bangku Saka.
"Kemana pria itu?"
~
Saka baru saja sampai di Perusahaan, memakai pakaian serba hitam serta kaca mata hitam sebagai penambah ketampanannya. Bukan karena Saka memang tampan melainkan itulah perasaan Saka sendiri. Saka mendongak menatap gedung yang telah merubah seratus persen nasibnya.
"Aku harus membuat Rere Anita jatuh padaku lagi, pasti semua aset Perusahaan Anita akan jatuh padaku." Gumam Saka didalam hati, ia tertawa kencang membayangkan hal-hal indah itu jika benar terjadi.
Disaat Saka memasuki Perusahaan, ia terkejut melihat sosok Galih yang duduk santai didepan ruangan Rere. Pria itu meminum segelas kopi sambil bermain ponsel, memakai pakaian biasa.
"Aku tidak tahu kalau ternyata keluarga Jegger sudah jatuh miskin," Ucap Saka yang membuat fokus Galih menjadi penuh kepada pria tidak tahu diri itu.
Kesempatan inilah yang Galih nantikan, yaitu bertemu dengan pria yang selalu saja membuat kekacauan dengan keangkuhannya. "Kau masih mengenalku?" Galih bertanya tapi tidak sama sekali menatap ke arah Saka.
Saka berdecak sebal, ia melanjutkan langkahnya menuju Galih. "Kau supir pribadi istriku bukan? maka sepatutnya kau menunduk hormat padaku sekarang!" Saka mengatakan itu dengan penuh memerintah.
Terlihat Galih tertawa kecil, ia menyilangkan kedua kakinya lalu menghabiskan sisa kopinya. Menatap Saka dengan penuh ketenangan, ia tidak akan patuh dengan perintah Saka.
"Aku tidak pernah menunduk hormat pada orang yang tidak tahu diri sepertimu, Saka. Ah maksudku, aku tidak akan menunduk hormat pada orang yang memiliki kekuasaan menumpang pada istrinya." Ucap Galih dengan penuh penekanan tapi wajah mengejeknya tidak tinggal sedikitpun.