Celsi harus menjalankan misi yang mengharuskannya berhadapan dengan pria berhati iblis—gelap seperti malam dan dingin bak es. Namun, semakin jauh langkahnya, ia terseret dalam pusaran dilema antara sang protagonis yang menarik perhatian dan sang antagonis yang selalu bermain cantik dalam kepalsuan. Terjebak dalam permainan yang berbahaya, Celsi mulai kehilangan kendali atas pilihannya, dan kenyataan semakin buram di tengah kebohongan dan hasrat tersembunyi
#rekomendasi viral
#kamu adalah milikku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwika Suci Tifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
perjanjian berakhir
Celsi menunggu Zikra di luar pintu masuk. Senyumnya mengembang saat melihat mobil Zikra memasuki pekarangan mansion.
Zikra turun dari mobilnya dengan senyum manis, berjalan menuju Celsi.
"Widih, setelannya cakep banget!" puji Celsi, menatap pakaian Zikra dari atas sampai bawah.
"Harus dong," jawab Zikra dengan bangga.
"Yaudah, ayo masuk."
Celsi memberi jalan pada Zikra, dan mereka berjalan santai menuju mansion.
"Lo udah makan belum? Kalau belum, gue pesenin makanan," tawar Celsi sambil tersenyum menatap Zikra.
"Udah sih, tapi sedikit lapar. Kalau gitu, kita makan bersama gimana?" tanya Zikra sambil melirik Celsi.
"Okelah, makanan ringan aja gimana?" tanya Celsi kembali.
"Idenya bagus."
Setelah itu, Celsi dan Zikra menuju meja makan. Sebelumnya, Celsi meminta bibi untuk membuatkan makanan ringan.
Di sisi lain, Mutia yang ingin pergi belanja terhenti langkahnya saat melihat Celsi dan seorang lelaki di ruang makan yang terlihat akrab.
"Kena lo," gumam Mutia sambil diam-diam memotret kebersamaan Celsi dan lelaki itu. Setelah itu, ia mengirim foto tersebut kepada Xaviar.
Xaviar mendapat kabar bahwa Celsi bersama lelaki lain dan mengeratkan rahangnya. Ditambah, notifikasi dari Mutia menunjukkan bahwa lelaki yang bersama Celsi adalah orang yang sangat dibencinya.
Dengan segera, Xaviar kembali ke mansion dengan aura yang dingin dan tidak bersahabat. Para pekerja yang berpapasan ketakutan, bahkan tubuh mereka bergetar dan tak sanggup berdiri, membuat mereka terjatuh.
Xaviar melangkahkan kakinya menuju meja makan dan menendang meja tersebut. Piring-piring berisi lauk pauk berserakan di lantai, bahkan meja itu terbelah menjadi dua.
Celsi ternganga menyaksikan adegan yang hanya bisa dilihat di film, kini ia menyaksikannya sendiri.
Xaviar menarik Celsi dan memeluk pinggangnya dengan posesif. "Lo berani menginjakkan kaki di kandang harimau," sindir Xaviar dengan tatapan mengintimidasi Zikra.
"Oow, gue suka tantangan, asal lo tahu," jawab Zikra dengan senyum manis, menantang Xaviar.
Celsi masih celingak-celinguk, tidak mengerti apa yang terjadi. "Mereka saling kenal?" tanyanya dalam hati.
"Ok, gue akan mengabulkan permintaan lo," kata Xaviar dengan senyum miring, mengisyaratkan pada bawahannya untuk menyerang.
Celsi yang menyadari situasi berbahaya untuk Zikra langsung berseru, "Apa-apaan lo sih? Ini tamu gue!" Celsi berlari menghampiri Zikra dan menggandeng tangannya.
"Kesini, Celsi," perintah Xaviar, menatap Celsi dengan tajam. Melihat Celsi menggandeng tangan Zikra, musuhnya, membuatnya semakin marah.
"Untuk apa? Sana urus aja kekasih lo," jawab Celsi dengan berani.
Xaviar berjalan mendekati Celsi, menarik lengan kanan Celsi, sementara lengan kiri Celsi dipegang Zikra. Xaviar dan Zikra saling menatap tajam.
Tanpa aba-aba, Xaviar memukul dagu Zikra hingga lelaki itu tersungkur saking kerasnya.
"Zikra..." teriak Celsi, ingin menghampiri Zikra tetapi dicegah oleh Xaviar yang menarik lengannya.
Xaviar memeluk Celsi sehingga ia tidak bisa melihat Zikra.
"Aduh, apa yang terjadi ini?" teriak Mutia melihat keadaan kacau di ruang makan. Ia segera menghampiri Xaviar.
"Sayang, apa yang terjadi?" tanya Mutia, ingin memegang lengan Xaviar, tetapi Xaviar malah menendang perut Mutia, membuatnya terjatuh ke lantai sambil memegangi perutnya.
"Ah... sayang, hiks..." rintih Mutia, tetapi Xaviar tidak menghiraukannya.
"Oh, apa ini rencana lo juga merebut semua milik gue? Ternyata lo masih tidak puas merebut apa yang gue punya selama ini," sindir Xaviar dengan senyum miringnya.
"Sayangnya, itu tujuan gue," jawab Zikra, menatap Xaviar dengan sinis.
"Oh ya, gue lupa. Lo kan suka barang bekas," kata Xaviar sambil terkekeh kecil.
Zikra mendekati Xaviar dan menatapnya dengan tajam. "Tujuan gue menghancurkan hidup lo," bisiknya tepat di telinga Xaviar, yang hanya bisa didengar oleh Xaviar sendiri meskipun Celsi berada di pelukannya.
"Dan wanita ini sepertinya pusat kehancuran lo," bisik Zikra lagi, sambil menatap Celsi yang berada di pelukan Xaviar.
Karena sejak ada wanita ini, Xaviar tidak lagi menyerang atau mencari masalah untuk menguasai dunia. Ia hanya memberantas para pengkhianat dan mengembangkan perusahaannya. Hal ini membuat rencana Zikra berakhir sia-sia.
Zikra harus memikirkan rencana baru untuk menghancurkan Xaviar, dan tentu saja, ia akan memanfaatkan wanita ini sebagai senjata, karena wanita ini adalah kelemahan terbesar Xaviar.
Zikra bertekad membuat Xaviar merasakan kehancuran yang lebih parah daripada yang pernah ia alami.
Tidak ada kematian untuk seorang Xaviar, hanya ada penyiksaan, kehancuran hati, dan penyesalan. Jika belum berhasil membuat Xaviar merasakan semua itu, Zikra akan mengejar Xaviar ke mana pun ia pergi.
"Sebelum itu, lo yang akan hancur. Bahkan sampai tubuh lo hancur, berhati-hatilah..." ucap Xaviar di hadapan Zikra dengan senyum miring yang terpatri di wajahnya.
"Oow, gue takut..." Zikra mengeluarkan ekspresi ketakutan, tetapi kemudian terkekeh geli dengan aksinya.
"Gue tunggu," jawab Zikra dengan tatapan menanti.
"Celsi, sepertinya gue tidak diterima di rumah ini," ucap Zikra dengan lesu, meskipun bibirnya tersenyum miring kepada Xaviar.
Celsi melepaskan pelukannya dan menghadap Zikra. "Jangan pikirkan orang ini. Lo tamu gue, bukan dia," ucap Celsi, melirik Xaviar dengan sinis.
"Ini rumah gue, asal lo tahu," bisik Xaviar tepat di telinga Celsi.
"Oh ya, gue kan cuma numpang di sini. Aslinya, gue gelandangan," batin Celsi tersadar.
Celsi menepuk bahu Zikra dengan tatapan bersalah. "Zikra, maafkan gue sebesar-besarnya karena telah membuat lo seperti ini. Gue sadar, gue cuma numpang, jadi gue nggak punya hak untuk mempertahankan lo di sini. Maafkan sekali lagi."
Celsi menyatukan tangannya dan membungkukkan badannya, merasa bersalah. Rencananya sepertinya tidak berjalan lancar.
Zikra menggelengkan kepalanya, melihat kepolosan dan kebodohan Celsi. "Lo kan istri, berarti lo punya hak atas rumah ini."
"Oh ya, gue lupa tentang fakta itu," ucap Celsi, menepuk dahinya.
"Betul apa yang dikatakan Zikra. Apa hak lo mengusir tamu gue? Ngaca deh, lihat tuh kekasih lo yang lo bawa. Padahal jelas-jelas gue istri lo. Kalau lo muak sama gue atau bosan, boleh kok lo ceraikan gue," ucap Celsi dengan lantang.
Namun, entah mengapa, saat menyebut kata "cerai," hati Celsi terasa sakit, bahkan ia takut jika itu benar-benar terjadi.
"Ih, apa yang terjadi sama gue sih? Masa gue suka sama batu ini?" batin Celsi, menatap Xaviar dengan pandangan menilai.
"Ayo kita pergi aja, atau enggak, kita nginep di rumah lo. Soalnya, sepertinya gue cuma hama di rumah ini. Jadinya, lebih baik gue keluar aja dari rumah ini," ucap Celsi, berjalan menuju Zikra.
"Berani, HM..."
Xaviar mengepalkan tangannya, lalu menarik paksa Celsi menjauh dari Zikra.
"Zikra, tolong gue!" teriak Celsi, melambaikan tangannya sambil menatap Zikra, yang sepertinya dicegah oleh para bawahan Xaviar.
"Xaviar, anjing! Awas, urus sana pacar lo yang sejak tadi duduk diam seperti hantu ngesot!" ucap Celsi, melirik Mutia yang sejak tadi menonton pertengkaran mereka.
"Sabar, punya tuan goblok gini."
"Salah atasan yang memilih perempuan yang berhati baik ini. Bahkan kejadian kemarin, perempuan ini lupa sehingga tidak ada dendam ataupun kekesalan dalam diri perempuan ini. Apa karena ini, perempuan ini dipilih untuk merubah takdir Xaviar ?" Ucap System menatap drama yang terjadi.
Dengan diam - diam Xaviar memerintahkan bawahannya untuk menyerang Zikra.
Zikra yang mendapatkan serangan tiba - tiba saat setelah kepergian Celsi pun kewalahan melawan karena sungguh banyak orang yang menyerangnya. Bahkan Zikra mendapatkan beberapa luka lebam diwajahnya.
Dengan akalnya Zikra bisa menghindar serangan itu dan pergi dari Mansion Xaviar setelah memasang cip yang diberikannya diam - diam.
Zikra memakai cara pengecut menghindar dari para bawahan Xaviar setelah itu berlari sekuat tenaga menuju mobilnya lalu menyalakan mobilnya bahkan dengan tega Zikra menabrak orang - orang yang menghalanginya. Setelah berhasil keluar dari Mansion itu Zikra membanting setir mobilnya.
" Sepertinya kali ini gue yang menang " gumam Zikra dengan senyum penuh makna.
Setelah itu kembali melaju mobilnya dengan tenang menuju mansion nya.
Di dalam ruangan yang gelap bahkan sampai tidak bisa melihat siapa saja orang yang berada di sana hanya saja ada layar kecil yang bercahaya yang hanya bisa di lihat di dalam ruangan itu.
" Atasan apa ini tidak menentang aturan ? perjanjian yang anda buat hanya sampai pemeran utama laki-lakinya memiliki rasa pada pemeran utama wanitanya, setelah itu anda harus mengembalikan perempuan itu ke tempatnya lagi "
" Tidak... perjanjian dirubah, anak itu harus mengungkapkan perasaannya pada perempuan itu dan disaat itu baru perempuan itu bisa kembali sesuai perjanjian "
" Tapi atasan, saya tidak bisa berdiri dan mendampingi pemeran utama wanitanya lagi karena tugas saya sudah selesai. System yang dibuat hanya sampai tahap itu "
" Tenang saja, ada system lain yang akan menggantikan dan system itu akan sama persis bentuknya seperti Lo. Terimakasih telah membantu anak itu "
" Baik saya yang berterimakasih karena telah dihidupkan maka inilah akhir dari saya, selamat tinggal atasan "
Setelah kata - kata terakhir kaca-kaca dan lainnya hancur berkeping- keping.