NovelToon NovelToon
Fantasi Liar Gadis Introvert

Fantasi Liar Gadis Introvert

Status: sedang berlangsung
Genre:Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: 🌹Ossy😘

Aluna gadis lugu yang penuh dengan cobaan hidup. Sebenarnya dia gadis yang baik. Namun sejak dia dikhianati kekasih dan sahabatnya dia berubah menjadi gadis pendiam yang penuh dengan misteri. Banyak hal aneh dia alami. Dia sering berhalusinasi. Namun siapa sangka orang-orang yang datang dalam halusinasinya adalah orang-orang dari dunia lain. Apakah Aluna akan bahagia dengan kejadian tersebut. Atau malah semakin terpuruk. Ikuti kisahnya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 4

Aku akan terus melangkah meskipun badai selalu datang menghadang. Ku akan menerjang.

🔥🔥🔥

" Dimana aku...." Aluna menggeliat membuka matanya dan melihat ke sekeliling. Terlihat bingung. Karena berada di tempat yang asing. Berada di sebuah kamar mewah. Namun tidak mengenali tempat tersebut.

Aluna bangkit dari tidurnya. Kepalanya masih terasa pusing. Dia duduk sejenak untuk sekedar menetralkan rasa sakit di kepalanya.

" Ini dimana dan rumah siapa. Kenapa aku bisa disini. ..." Gumam Aluna yang masih belum memahami situasi, dan terlihat kebingungan. Sambil memijit kepalanya yang berdenyut, berusaha bangkit dari duduknya. Namun tubuhnya terhuyung. Aluna duduk kembali. Tidak ingin memaksakan diri , daripada nanti malah jatuh lagi.

" Bukankah tadi ada di pantai ya. Kenapa sekarang berada di sebuah kamar. Rumah siapa ini. Siapa yang telah menolong. "

Aluna memperhatikan dengan seksama rumah tersebut. Rumah yang terlihat begitu mewah. Dengan segala perabotan yang pasti berharga mahal.

Terdengar langkah kaki mendekat dan tak lama pintu terbuka. Seorang lelaki masuk ke dalam ruangan. Dia melangkah tergesa ke arah Aluna. Aluna hanya diam terpaku.

" Kamu sudah bangun mine. Alhamdulillah... Saya periksa dulu ya mine.. .." Lelaki itu memeriksa Aluna. "Apa yang kamu rasakan sekarang. Apa masih sakit kepalanya ..."

Kening Aluna berkerut karena terkejut. Bagaimana mungkin orang tersebut tahu kalau kepalanya sakit.

Dia menyentuh kening . Memeriksa denyut nadinya dan juga seluruh tubuh Aluna. Sedangkan aluna hanya diam. Tidak menolak sama sekali. walaupun tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

" Alhamdulillah semua terlihat normal... Apa ada yang terasa sakit? Apa mau minum. Atau kamu lapar..?" Tanya nya beruntun. Terlihat rasa khawatir pada raut mukanya.

Aluna masih diam. Belum sepenuhnya memahami situasi. Memandang penuh selidik pada lelaki di depannya.

" Kamu... Kamu siapa...?" Tanya Aluna terbata, Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya baru bisa mengeluarkan suara.

" Hahaha kamu tidak ingat saya... Kamu tidak mengenali saya.. Ini saya mine...?" Lelaki itu terkekeh. Dia senang melihat Aluna yang kebingungan.

Aluna hanya diam membisu. Terlihat semakin bingung. Apalagi panggilan laki-laki itu padanya. Aluna yakin tidak mengenalnya. Namun panggilan itu terdengar sangat romantis, seolah lelaki itu sangat menyayanginya. Aluna yakin semua pasti hanya mimpi. Karena di dunia nyata hal itu mustahil dia dapatkan.

" Kamu tidak percaya ..? Tidak percaya kalau ini saya..? Kamu ingat kan mine.. saya Davian..." lelaki itu berkata sambil tersenyum.

" Tidak mungkin... tidak mungkin.." Aluna menggelengkan kepala. Dia yakin ini tidak nyata. Ini hanya ilusi. Aluna memejamkan mata. Dia pukul kepalanya berkali-kali, dengan meringis karena menahan sakit.

" Mine.. Jangan lakukan itu. Ya sudah kalau kamu lupa. Tapi kenapa tidak mungkin mine. Di dunia ini semua hal bisa terjadi bukan .." Davian memegang tangan Aluna, tidak ingin Aluna menyakiti diri sendiri. Davian merengkuh tubuh Aluna ke dalam pelukannya.

" Kamu siapa. Kamu tidak mungkin hadir begitu saja. Kamu pasti tidak nyata. .." Ucap Aluna lemah. Kepalanya terasa semakin sakit.

" Kata siapa. Buktinya saya ada disini. Tubuh saya bisa di sentuh bukan. Bagaimana itu tidak nyata. Dan saya akan datang untuk menyembuhkan kesakitan yang kamu rasakan. .." Davian semakin erat memeluk Aluna.

" Jangan mendekat. Kamu siapa...?!" Aluna berontak berusaha melepaskan pelukan Davian. Aluna berteriak. Dia tidak percaya dengan penglihatannya. Dan tidak percaya dengan pengakuan lelaki itu. Ada rasa takut dalam hatinya.

" Mine,... Ini saya. Kamu menolak . Saya, tetap akan selalu datang disaat tubuh kamu merasa sakit..." Ucap Davian dengan tatapan penuh cinta.

Aluna menatap tak berdaya sosok di depannya. Dia pegang kepalanya yang kembali berdenyut. Tidak tahu harus berkata apa. Tidak percaya namun juga tidak bisa menyangkal.

" Mine... mine kamu kenapa. Apa kepala kamu sakit lagi. Saya periksa.." Davian memegang kepala Aluna. Memberi pijatan pelan, berharap bisa mengurangi rasa sakit yang dirasakan Aluna.

Aluna menikmati pijatan itu. Dalam hati hanya berharap semua adalah nyata. Tidak hanya impian dan khayalan semata, seperti yang terjadi sebelumnya.

" Bagaimana mine, apa sudah berkurang sakitnya..." Davian menghentikan pijitannya saat melihat Aluna sudah tenang.

" Mine kamu tidur. Syukurlah kalau bisa beristirahat. Jangan sakit lagi. Saya sedih. Jangan seperti itu lagi ya.." Davian terlihat sedih melihat keadaan Aluna. Davian mengusap kepala Aluna dengan penuh kelembutan. Setetes air mata jatuh dan mengenai pipi Aluna.

Aluna membuka mata saat merasakan sesuatu yang basah mengenai pipinya. Tertegun sejenak, menatap Davian yang mengeluarkan air mata. Berharap bukan air mata buaya.

" Kenapa pak dokter menangis...?" Aluna bertanya dengan suara pelan.

 " Tidak ada apa-apa mine. Ingat, kamu harus jaga kesehatan ya. Jangan sakit lagi. Saya tidak mau kamu begini. Karena saya tidak selalu bisa datang menemani kamu..." Davian menggeleng. Dia segera mengusap matanya. Salah satu tangannya masih mengusap kepala Aluna dengan penuh kelembutan.

Aluna terlena dengan apa yang dilakukan Davian. Merasa ada yang menyayanginya. Rasa bahagia bersemayam di hatinya. Matanya kembali terpejam. Dia tidak punya keberanian untuk memandang Davian. Hatinya berdebar kencang. Antara takut dan senang.

Aluna menikmati pijatan itu. Terasa nyaman. Rasa sakit di kepalanya berkurang. Hanya berharap bisa merasakan perhatian seperti ini seterusnya. Lama kelamaan Aluna terlelap. Nafasnya terdengar teratur. Merasa tenang dan nyaman berada di samping sang dokter. Walaupun keyakinan hatinya selalu bilang kalau semua itu hanya ilusi. Hanya mimpi dalam tidurnya.

Entah berapa lama Aluna tertidur dengan satu tangan dalam genggaman Davian. Begitu nyaman dan menenangkan buat seorang Aluna yang hidup sendirian.

Beberapa saat kemudian dia terbangun. Matanya terbuka. Angin terasa menyentuh kulitnya. Dingin yang terasa ditubuhnya. Melihat ke sekeliling. Dia langsung duduk. Di depannya terlihat hamparan pasir dan juga lautan lepas.

Tak terlihat seorang pun di sana. Tak ada Davian. Tak ada kasur empuk. Tak ada rumah mewah. Hanya pasir dan air. Suara deburan ombak terdengar memecah kesunyian.

" Aaaaahhhh... " Aluna mendesah pasrah. Duduk memeluk lutut, Untuk mengurangi rasa dingin yang menerpa tubuhnya.

" Mimpi memang indah. Tak bolehkah saya terus tertidur...." Gumamnya pelan, seperti takut ada yang mendengar. Keinginan yang kadang tak masuk akal sering berkelebat di kepalanya.

" Tuhan .. maafkan hamba-Mu yang selalu penuh dengan khayalan ini. Sungguh hamba tidak ingin seperti ini.. ." Aluna menangis tanpa suara. Aluna menenggelamkan kepalanya diantara kedua lututnya. Bahunya terlihat bergetar.

" Eh .. Ada orang di sini. Kamu siapa ? Kenapa di pantai malam-malam begini. Sendirian pula. Apa tidak takut..?"

Aluna terkejut mendengar suara yang tiba-tiba terdengar di dekatnya. Seorang laki-laki setengah baya membawa senter menyoroti wajahnya.

" Kamu manusia atau dedemit penunggu pantai.." Ucap orang itu lagi.

Aluna mendelik. Dia mundur beberapa langkah. Menatap orang tersebut dengan perasaan tidak suka dan juga takut.

" Jangan takut. Saya penduduk sekitar pantai ini. Saya tadi melihat cahaya dari sini. Makanya saya mendekat."

"Abah... Ada apa disana..?" dari kejauhan terlihat satu orang lagi berjalan mendekat sambil membawa senter. Terlihat lebih muda dari yang pertama. Mungkin putranya yang menyusul.

" Ada dedemit cantik di sini... Cepatlah kemari jang. Sepertinya dia terluka..."

Aluna semakin kesal dibilang dedemit. Padahal dia manusia normal. Kaki masih menapak. Walaupun memang terlihat berantakan.

" Mana dedemitnya Abah..." Ujang telah sampai di dekatnya. " Dedemitnya cantik Bah.." Ujang tersenyum saat melihat Aluna yang semakin mundur.

"Kamu kenapa ada disini.." Ujang memandang Aluna yang terlihat ketakutan. "Tidak usah takut. Kami bukan orang jahat. Kita penduduk di dekat pantai ini. Disini memang sering terjadi kejadian aneh. Kita sudah terbiasa." sambung Ujang.

Aluna menatap dua lelaki di depannya bergantian. Memastikan keduanya bukan orang jahat. Tetap saja rasa takut ada dalam hatinya.

" Sudah malam, kenapa masih di sini. Sendirian pula. Apakah tidak takut di pantai ini sendirian..." Abah bertanya.

" Saya... saya . saya tadi pingsan..." Jawab Aluna terbata. Dia masih takut. Bagaimana tidak dia seorang diri. Dan di depannya berdiri dua orang lelaki yang berbadan tegap. Bagaimana jika mereka akan berbuat jahat, pasti tidak akan bisa melawan.

" Bangunlah nak. Jangan takut. Sebaiknya kamu segera pulang. Rumah kamu dimana. Sepertinya orang jauh." ucap Abah. Dia terlihat mengamati penampilan Aluna.

" Rumah saya di.."

"Hari sudah malam. Sudah tidak ada angkutan umum Abah. Bagaimana dia pulang.." Belum selesai Aluna menjawab, Ujang sudah menyela ucapan nya. Sepertinya tidak rela kalau Aluna pergi.

" Iya juga. Kalau begitu kamu menginap saja di rumah saya..."

Aluna terlihat bingung. Dia tidak tahu harus bagaimana. Pulang atau menginap. Sama-sama penuh resiko.

Aluna kembali melihat ke sekeliling. Mencari keberadaan tasnya. Tentu saja tidak ingin kehilangan satu-satunya benda berharga miliknya. Setelah mencari , akhirnya dia menemukan benda tersebut tidak jauh dari tempatnya berada.

" Alhamdulillah . Tas ini tidak hilang.." Aluna segera mengambil tasnya

"Alhamdulillah barang kamu masih utuh. Untung tidak ada garong yang lewat malam ini. Kalau tidak, saya tidak tahu nasib kamu. Ayo sekarang kita kembali ke rumah. Hari semakin malam. Di sini dingin.."

Aluna mengobrak-abrik isi tasnya. Dia sangat berharap ponselnya tidak hilang. Hanya benda tersebut harapan satu-satunya. Dan dia bisa bernafas lega, ketiak tangannya menyentuh sebuah benda berbentuk persegi panjang dan pipih.

" Alhamdulillah.. semua masih lengkap..." Aluna mencoba membuka ponsel tersebut. Dan dia sangat bersyukur benda itu masih menyala.

" Ayo neng kita harus segera pergi dari sini. Masih bisa berjalan bukan.. Atau mau saya gendong.." Tanya Ujang sambil mengerling pada Aluna. Ujang tertawa melihat Aluna yang mendelik.

" Kamu jangan bercanda Jang. Nanti dia takut..." Abah hanya tersenyum kecil.

Aluna bangkit dari duduknya. Melihat penampilannya yang terlihat berantakan. Aluna mengibaskan tangannya untuk membersihkan pasir-pasir yang menempel di tubuhnya. Memperbaiki jilbabnya. Dan mencuci muka dengan air minum kemasan yang dia temukan dalam tasnya.

Dia memakai sepatunya. Kembali melihat ke sekeliling dan mulai melangkah. Namun kemudian berhenti lagi.

" Kenapa berhenti. Apa masih ragu dengan kami...." tanya Abah.

Akhirnya Aluna melangkah lagi mengikuti Ujang yang berjalan di sampingnya. Aluna pasrah. Namun dia tetap waspada. Dia tidak kenal kedua orang tersebut. Tapi juga tidak mungkin berada ditepi pantai yang sepi sendirian. Apalagi hari sudah malam.

Tak lama berjalan, mereka telah sampai di sebuah rumah. Tidak begitu besar namun terlihat bersih dan rapi.

" Masuk nak, ini rumah kami. Hanya rumah sederhana. Lumayan buat istirahat malam ini. Besok pagi baru nanti Ujang bisa mengantar kamu pulang..." ucap Abah sambil membuka pintu.

" Abah sudah datang...." Ucap seorang perempuan setengah baya yang muncul dari dalam.

"Iya nyai. Nyai apa sudah disiapkan kamarnya. Ada makanan tidak. Kasian dia terlihat lemas..."

" Sudah siap semua, Bah. Nak masuklah. Bersihkan dirimu. Ini ada daster lusuh bisa dipakai untuk sementara. Baju kamu terlihat kotor .."

Aluna memandang canggung pada keluarga tersebut. Dia tidak menyangka akan mendapatkan kebaikan di tempat yang asing buat dirinya.

" Abah, nyai.. Terima kasih.." Ucap Aluna.

" Sekarang bersihkan tubuhmu terlebih dahulu. Lalu makan, sudah saya siapkan menu seadanya. Kamar mandinya di sana..." Nyai menunjukkan letak kamar mandi pada Aluna.

Aluna melangkah menuju kamar mandi yang ditunjukkan pemilik rumah. Tubuhnya terasa lengket. Apalagi terkena air laut. Dia memang harus membersihkan diri dan segera istirahat.

" Makan dulu neng, walaupun sedikit. Saya yakin kamu lapar. Kamu juga butuh tenaga untuk menghadapi kenyataan yang ada... " Ucap Ujang saat melihat Aluna sudah berganti pakaian. Walaupun daster yang dipake lusuh, Aluna tetap terlihat cantik.

" Ujang.. jangan kamu gangguin dia.." Nyai menepuk pundak Ujang dengan keras.

" Aduh sakit nyai.. Ujang tidak menggoda. Bukannya benar apa yang Ujang katakan.." Ujang mengusap pundaknya yang terasa pedas.

" Makan seadanya ya neng. Hanya ada teh panas sama singkong saja...." Ucap Abah.

Aluna tersenyum. Kemudian berjalan menuju kursi yang ada. "Ini sudah cukup. Terima kasih banyak kalian telah menolong saya.."

Aluna meminum minuman yang telah di suguhkan. Terasa hangat ditubuhnya yang memang kedinginan. Rasa laparnya berkurang, setelah makan sepotong singkong rebus yang masih mengepulkan asap. Nikmat sekali karena di suguhkan dengan keikhlasan.

"Istirahat saja di sini, besok biar diantar Ujang ..." Abah beranjak dari duduknya.

" Nyai malam ini biar kita tidur di sini. Neng ini tidur bersamamu di kamar.." Abah mengambil tikar dan membentangkan di ruangan tersebut. Bersiap untuk beristirahat.

" Tapi apa saya tidak merepotkan.." Tanya Aluna yang masih terlihat sungkan.

" Tidak usah sungkan. Sudah malam, masuklah ke kamar. Tidur bersama nyai.." Abah sudah merebahkan tubuhnya. Abah terlihat lelah.

Mau tidak mau Aluna mengikuti nyai. Tidur di tempat tidur bersama nyai. Aluna merasa yakin kalau tempat tersebut aman.

Bersambung

Apalagi yang akan Aluna alami di depan sana....

Terima kasih

Lopeeee ❤️❤️❤️

1
RAIN
untung tidak ngompol 🤣
RAIN
Azlan keren jd penyelamat Aluna
RAIN
Arga ,mah seenaknya nyuruh .. mentang2 bos
RAIN
kenapa Arga kesal ya jgn2 dia suka sama Aluna
RAIN
nyata ya , kirain mimpi kaya biasanya
RAIN
iya mau enaknya saja
RAIN
benar2 membuang waktu
RAIN
siplah
Fitri Yani
ku tnggu up-nya thor
🍊🥀Forget Me 🥀
bos selalu begitu
🍊🥀Forget Me 🥀
terima saja Aluna , bisa membuat Alisha kepanasan
🍊🥀Forget Me 🥀
bisa saja Azlan mengerjai Arga
🍊🥀Forget Me 🥀
memang nya apa yang diinginkan Azlan
🍊🥀Forget Me 🥀
rasanya hampa bukan
JL Pro
masih ingat pada makanan
🥀Ossy🔥: kan mubazir kalo ga dimakan
total 1 replies
JL Pro
Azlan bisa saja menggoda arga
🥀Ossy🔥: iya 🤣🤣🤣
total 1 replies
JL Pro
ada yang disembunyikan
🥀Ossy🔥: betul bang
total 1 replies
JL Pro
jangan takut nona, Arga baik
JL Pro
hemm
🥀Ossy🔥: hem juga 🤭
total 1 replies
🆆🆄🅻🅰🅽ιиɑ͜͡✦🍂🍁
Ngapain Sibuk Sih..🙄🙄
🥀Ossy🔥: sok sibuk 🤣🤣
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!