HERNANDES : The Final Story (S2)

...𖣁 ࣪࣪ἨΛⱣⱣὙ ᖇ𝚬Λ𝐃𝐥ṆԌ 𖣁...

"Hallo Zira, "

"Kakek Gohar? Iya ada apa?"

"Nak. Zafer dan rekan-rekannya berhasil membebaskan Abu Dhabi, " mendengar itu Zira berteriak bahagia sambil memeluk Elma. Namun tidak dengan Eshma yang sama sekali tidak menyukainya.

"Tapi kakek. Bagaimana dengan keadaan Rayla, "

"Tenanglah. Rayla baik-baik saja, "

"Kapan mereka akan kembali kakek?" Sahut Emla.

"Mereka akan kembali 2 hari lagi. Tapi mereka ke Dubai hanya untuk mengantarkan Rayla. Setelah itu mereka melanjutkan misi ke kota Oman, "

"Kira-kira apa yang mereka butuhkan untuk ke kota Oman kakek? Biar kami bertiga menyiapkannya, "

"Mereka tidak membutuhkan apa-apa. Mereka hanya membutuhkan Eshma, " mendengar itu Eshma terkejut.

"Tidak. Aku tidak mau-"

"Ah kakek tidak perlu khawatir. Kami akan menyerahkan Eshma saat mereka datang, "

"Kakek kami matikan dulu ya. Dadah, " Zira langsung mematikan panggilan itu. Kini Zira dan Emla sama-sama menatap Eshma dengan sangat tajam.

"Kalian ingin aku ikut bersama Zafer untuk menentang ayahku sendiri, seperti Rayla yang menentang ayahnya begitu? Tidak akan pernah, "

"Kenapa kau sangat keras kepala Eshma. Ini demi kebaikan-"

"Kebaikan apa Emla? Ibu kita sudah tiada. Dan sekarang kau juga ingin ayah kita tiada begitu?"

"Jaga ucapan mu Eshma. Aku yakin ibuku masih hidup, "

"Pft. Emla. Ayahmu, ayah Rayla, ayah ku. Ayah kita bertiga itu sama, tidak ada yang beda. Jika ayah ku dan ayah Rayla bisa membunuh istri mereka sendiri, bagaimana mungkin ayah mu tidak mel-"

Plaak!...

Emla yang kesal memberikan tamparan yang cukup keras.

"Emla. Kau-"

"Ya Zira. Mulut nya tidak berhenti bicara mengenai ibuku. Aku tidak suka. Dan tamparan itu sebagai peringatan untuk tidak terus membicarakan ibuku, " ucap Emla yang kemudian pergi meninggalkan Zira dan juga Eshma. Eshma yang kesal karena Emla menampar dirinya juga ikut pergi dari arah berlawanan.

"Yak. Bagus. Kalian meninggalkan aku sendirian, " gumam Zira yang bingung harus menghampiri Emla atau Eshma. Sementara Emla pergi ke tempat yang sangat sepi untuk menenangkan dirinya. Di sini dia kembali teringat kejadian pada saat usianya 5 tahun.

Pada saat itu Fikron pulang membawa wanita lain. Ibu Emla tidak terima melihat suaminya bermain perempuan lain apalagi sampai membawanya pulang ke rumah. Fikron yang kesal menampar ibunya hingga tak sadarkan diri. Emla yang menyaksikan itu menangis dan langsung menghampiri ibunya yang di biarkan pingsan begitu saja. Hari demi hari di lalu ibu Emla dengan penyiksaan, bahkan di jadikan layaknya babu. Desmon kakaknya saat itu sangat tidak peduli dan lebih memihak ayahnya ketimbang ibunya. Pada suatu hari, Emla tidak sengaja mendengar pembicaraan Fikron, Jeff, Ghani, Carlos, dan juga Desmon.

"Fikron apa maksud mu? Aku tidak akan melakukan itu. Eshma putri ku masih membutuhkan seorang ibu, "

"Carlos. Kau pikir Desmon dan Emla juga tidak membutuhkan ibu? Mereka juga membutuhkan ibu. Aku membaca ramalan mengenai takdir kita. Dan di sana tertulis bahwa ajal yang akan menjemput kita nanti adalah keturunan kita sendiri, "

"Kau bercanda Fikron. Anak-anak kalian kan semuanya wanita. Mana mungkin mereka bisa menghabisi kalian yang tentu jauh lebih kuat, "

"Hei Ghani. Aku tidak menyebut anak-anak itu. Yang aku takutkan adalah jika salah satu dari kalian kebablasan dan mempunyai anak lagi?" Mendengar itu mereka semua terdiam dan sedikit merasa khawatir. Mereka kemudian sepakat untuk membunuh istri mereka masing-masing. Emla berlari dan meminta ibunya untuk segera lari dari rumah sebelum ayahnya menangkapnya. Ibunya pun menurut dan kabur melalu pintu belakang. Sayangnya aksi melarikan diri itu ketahuan. Ibunya di kejar bahkan sampai di tembaki berkali-kali. Untungnya ibu Emla masih selamat walau lengannya sedikit tertembak. Ibu Emla tak punya pilihan lain selain menjatuhkan diri di sebuah jurang yang cukup tinggi. Semenjak kejadian itu, Fikron sudah menganggap istrinya itu tiada. Namun tidak dengan Emla yang masih meyakini bahwa ibunya itu masih hidup sampai sekarang.

...· . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . · 𐙚· . . ·𐙚 · . . ·...

2 hari sudah berlalu. Jay dan rekan-rekannya sudah kembali ke Dubai. Veyna juga ikut pulang ke Dubai sekalian mengobati rasa rindunya pada kota tempat tinggalnya. Veyna bertemu dengan Gohar dan menundukkan rasa hormatnya dengan memeluk Gohar. Bagi Veyna, Gohar sudah seperti ayahnya sendiri. Veyna kemudian meminta izin pada Gohar untuk masuk ke kediaman Hernandes berziarah ke makam kembarannya Leyna.

"Kak Veyna, "

"Iya Jay?"

"Terima kasih, "

"Terima kasih untuk apa?"

"Kau sudah mau menepati janjimu untuk terus menemaniku kak, "

"Kepergian kak Leyna masih menyimpan luka yang sangat dalam di hatiku. Tapi kehadiran mu perlahan mengobati rasa luka itu kak, "

"Aku bangga menjadi adik kalian, "

"Dan kakak juga bangga padamu. Sejauh apa pun cobaan yang kita hadapi. Kau masih mampu bertahan, "

"Kakak benar. Setelah kak Leyna pergi, ayah menghilang, dan ibu juga pergi. Kini hanya tersisa kau dan aku kak, " Veyna menepuk bahu Jay dan merangkulnya pergi setelah cukup lama berziarah ke makam Leyna.

Malam harinya mereka berkumpul di rumah Gohar. Zafer dan ketiga rekannya belum di perbolehkan pulang sebelum misi mereka selesai. Malam itu Emla menghubungi Zafer dan memberitahukan bahwa Eshma kabur dari asrama mereka. Mendengar itu Jay dan Zafer bergegas pergi untuk mencari Eshma.

"Hallo Zira, "

"Iya kak Jay?"

"Kau bisa melacak keberadaan Eshma, "

"Bisa. Dia di asrama, "

"Zira. Dengarkan dulu baru menjawab, "

"Emla menelfon dan mengatakan kalau Eshma sudah melarikan diri, "

"Apa?"

"Jadi kakak minta tolong kamu lacak keberadaan Eshma. Setelah itu kirim ke ponsel kakak, "

"Baik kak, " panggilan pun di akhiri. Zira yang sedang rebahan terpaksa harus bangun karena mendapatkan tugas dadakan dari Jay. Setelah mendapatkan keberadaan Eshma, Zira langsung memberikan lokasi tersebut pada Jay. Sementara Eshma terus berlari sampai menemukan kantor polisi.

"Pak. Pak. Aku mau melapor, " ucap Eshma yang sudah datang di kantor polisi.

"Eshma. Ada apa nak?"

"Pak. Kak Jay dan teman-temannya hendak membawa ku kabur ke kota Oman. Aku tidak mau, dan mereka memaksa ku, " mendengar laporan dari Eshma. Polisi-polisi itu tertawa, dan tanpa Eshma sadari. Zafer dan Jay sudah lebih dulu berada di kantor polisi.

"Eshma. Kami tidak ingin jahat kepadamu. Ikuti saja rencana kami. Ini semua demi kamu dan negara ini, "

"TIDAK. Aku tidak akan ikut bersama kalian, " melihat Eshma yang begitu keras kepala membuat Jay terpaksa membiusnya. Eshma pun tak sadarkan diri, dan mereka berdua langsung membawa Eshma pulang. Bukan ke asrama, melainkan ikut bersama mereka sebagai tahanan.