Sebuah kejadian yang membuat seorang Anaya Putri (23tahun) harus hamil tanpa seorang suami. Naya harus merelakan kehormatannya ketika insiden tidak disengaja yang ditimbulkan karena salah alamat dan menjadi cinta satu malam bersama dengan pria asing.
Naya hidup sebatang kara, dia harus melahirkan, membesarkan dan merawat anaknya. Saat sang anak sudah besar, ternyata dia memiliki sifat yang sangat genius dan berusaha menyatukan kedua orangtuanya.
Mampukah Anaya menjalani kehidupannya?
Akankah kebahagiaan menyapanya di akhir kisah nanti? Dan siapa pria yang sudah membuat Naya menjadi berbadan dua?
YUK SIMAK KELANJUTANNYA 🥰
JANGAN LUPA SELALU MEMBERIKAN JEJAK MANIS DI SETIAP BAB NYA 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #34
Dua jam sudah Anaya berada di dalam ruang operasi, sementara Abi ketika operasi sudah selesai dan sang bayi lahir dengan selamat, dirinya keluar dengan raut wajah sedih. Ada sesuatu hal yang terjadi pada Anaya, Dokter pun meminta maaf yang sebesar-besarnya.
Kedua orang tua Abi begitupun dengan Al sudah ada di depan ruang operasi, mereka sengaja langsung datang ke rumah sakit setelah menjemput Al pulang dari sekolah. Bahkan Al belum berganti pakaian.
"Abi, ada apa? Bagaimana bayi kalian?"
Abi menatap Mama dengan mata berkaca-kaca, air mata tidak dapat di bendung lagi sehingga terjatuh di kedua pipi milik Abi.
"Alhamdulillah bayi kami selamat, Ma. Tetapi, Anaya—" Abi memeluk Mamanya.
Mama tercengang mendengar ucapan Abi, dia mengerutkan dahi dan penasaran dengan apa yang terjadi.
"Ada apa dengan Anaya?"
"Anaya, dia kritis." Abi semakin menangis.
Mama mengelus pundak Abi, dia ikut terpukul dengan perkataan yang Abi lontarkan.
"Mengapa bisa, Nak? Lalu, dimana bayi kalian?"
"Bayi kami baik-baik saja, dia sedang dibersihkan oleh Dokter. Dokter mengatakan jika Anaya terlalu banyak mengeluarkan darah hingga harus dilakukan transfusi darah." ucap Abi sambil mengurai pelukan.
Al menatap nanar ke pintu ruangan, dia paham dengan apa yang dikatakan oleh Papanya. Dirinya ingin menangis tetapi dia tidak melanjutkan karena takut semakin memperkeruh suasana. Al hanya berdoa dalam hati semoga saja Mamanya bisa segera sadar dan pulih.
Dokter keluar dengan menggendong bayi mungil berkulit seputih kapas, dia memberikan sang bayi pada Abi dan berkata akan membantu Anaya agar segera pulih.
Abi menggendong bayinya, dia tersenyum dan mengecup dahi sang bayi. Bayi mungil itu berjenis kelamin perempuan, padahal dia dan Naya sudah menyiapkan nama yang indah untuk bayi mereka tetapi Abi tidak menyangka jika hal buruk seperti ini akan terjadi kepada istrinya itu.
Mama mengelus pundak Abi sambil menatap bayi yang ada dalam gendongan Abi, wajahnya sangat mirip dengan Abimanyu hanya saja bibir bayi tersebut mirip dengan Anaya.
🌺🌺🌺🌺
Dua hari kemudian.
Belum ada tanda-tanda Anaya tersadar dari komanya, dia masih tetap setia menutup mata tanpa mendengar permintaan Abi agar dia segera bangun. Setiap hari, Abi selalu menemani Anaya bahkan dia tidak pergi ke kantor dan membebankan semua pekerjaan pada asisten pribadinya.
Saat ini Abi hanya ingin fokus merawat Anaya dengan tangannya sendiri, dia ingin dirinyalah yang dilihat Anaya ketika Naya membuka mata.
"Sayang, aku mohon bangun. Kamu betah sekali tidur seperti ini, apa kamu tidak ingin melihat putri kecil kita? Dia sangat cantik seperti dirimu, aku yakin hatinya juga selembut hatimu." Abi menggenggam jemari Anaya dengan air mata yang terus menetes.
Tidak ada pergerakan sama sekali, Dokter mengatakan agar anggota keluarga dari pasien tidak membuat sang pasien seperti tertekan, Dokter hanya menyarankan supaya mereka memberikan Anaya dorongan untuk semangat bangkit.
"Sudah dua hari aku tidak mendengar ocehanmu, rasanya sangat sepi sekali. Bahkan, aku merindukan masakanmu. Aku berjanji tidak akan mengeluhkan apapun lagi meski kamu memasakkan makanan yang tidak aku sukai, asal kamu bangun sayang. Aku benar-benar sangat merindukanmu, aku masih ingin membuatmu bahagia, Anaya. Aku mohon jangan tinggalkan aku dan anak-anak kita." tangis Abi terpecahkan.
Al pun ikut menangis dalam gendongan Omanya, mereka mengintip melewati pintu ruangan.
'Ya Allah, tolong bantu sembuhkan Mama. Al tidak ingin kehilangan Mama, Al sangat menyayangi Mama.' batin Al dengan kesedihan yang sangat dalam.
•
•
•
TBC