Saat istri tidak ingin memiliki bayi, saat itulah kekecewaan suami datang, ditambah lagi istrinya selingkuh dengan sahabatnya sendiri, sampai akhirnya mereka bercerai, dan pria itu menjadi sosok yang dingin dan tidak mau lagi menyapa orang didekatnya.
Reyner itulah namanya, namun semenjak bertemu dengan perempuan bernama Syava hidupnya lebih berwarna, namun Reyner todak mau mengakui hal itu.
Apa yang terjadi selanjutnya pada mereka?
saksikan kisahnya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aghie Yasnaullina Musthofia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 4 DOMPET
Syava Sampai di panti sore hari, Syava sudah tinggal di panti asuhan sejak usia 10 tahun, menghadapi kerasnya kehidupan dan bebatuan yang terjal, namu ia tidak pernah mengeluh dalam hal apapun, dan itu berhasil membuat semua teman-temannya kagum.
"Kau sudah pulang Sya...? "
Sapa Ibu panti yang lembut dan penyayang dialah Bu Santi, dan Syava sangat menyayangi ibu asuhnya itu.
"Iya bu,, Syava sudah pulang, baru aja"
Jawab Syava sembari duduk di kursi kayu depan panti.
"Bagaimana pekerjaanmu hari ini nak...?"
Syava terdiam, tak lama ia menjawab,
"Syava tidak diterima diperusahaan itu bu,,".
Syava tidak sedih tapi ia takut jika ibu asuhnya kecewa padanya, karena kini usia Syava lah yang sudah matang untuk bisa bekerja, dan harapannya adalah Syava karena panti asuhan yang mereka tempati tidak pernah tersentuh oleh para donatur.
Dan sementara anak panti yang lain masih sekolah, jadi belum ada yang diperbolehkan untuk bekerja, terkadang mereka bekerja sama menjual kue yang di buat oleh Syava untuk mengganjal perut mereka.
"Tidak apa-apa nak,,, yang sabar ya,,, itu berarti belum rejeki", Ujar bu Santi memberi semangat.
"Maaf ya bu,,,"
"Kenapa kau minta maaf?, kau sudah berusaha dan berjuang untuk kebutuhan panti asuhan ini, ibu akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu dan adik-adikmu di panti ini".
Syava tersenyum, dan memeluk ibu asuhnya.
.
Smentara di perjalanan pulang Reyner dan Jai.
"Apa aku begitu terlihat tua Jai? "
Sebenarnya Reyner gengsi untuk menanyakan itu.
Jai masih terdiam, ia takut salah bicara.
"Apa bapak memikirkan kata-kata perempuan tadi? "
"Sebenarnya aku tidak peduli, tapi apa mereka berdua sekongkol, sama-sama memintaku menerima mereka bekerja di RN grup? "
"Ah sepertinya itu murni dari ikatan hati mereka pak,,, dan saya lihat Syava perempuan yang baik dan tidak gila jabatan, dia pasrah menerima semuanya, sepertinya dia gadis yang cerdas, berani dan aktif dalam komunikasi"
"Yah, dia juga berani sekali mengomentariku", desah nafas Reyner terdengar.
Jai masih menatap bosnya lewat spion depan.
" Apa bapak ingin mencobanya? "
"Mencoba apa? ", tanya Reyner heran.
"Untuk sedikit tersenyum seperti dulu pak,, dan selalu ramah pada setiap orang".
"Entahlah Jai, sejak kejadian itu aku malas melihat orang yang terlihat manis didepanku, tapi tiba-tiba menusukku dari belakang".
" tapi tidak semua orang seperti itu kan pak,,,? "
"Kau membela perempuan itu? "
Tanya Reyner tidak terima.
"Sebenarnya saya tidak membela siapapun pak,, tapi, saya kasihan pak saat bapak menolak dia untuk bekerja diperusahaan bapak, saat mendengar jika dia yatim piatu saya teringat kalau saya juga yatim piatu pak,,, pasti ia berat menjalani kehidupannya, tapi karena dia banyak tersenyum dan selalu ramah pada setiap orang dia tidak terlihat seperti orang yang sedang menanggung beban".
Reyner memghela nafasnya, ia mencerna kalimat Jai, ia juga berfikir bahwa hidupnya masih beruntung, memiliki orang tua yang lengkap dan tinggal runah yang mewah, hanya karena dihianati dia sudah seperti mayat yang kaku, sementara Syava di tidak memiliki keluarga dan tinggal di panti asuhan, tapi masih mampu menampilkan senyum yang begitu manis, dan membuat semua yang memandangnya merasa bahagia.
.
Sampai di rumah Reyner.
" Jai, hubungi Syavira Harsya untuk mulai bekerja besok! ", perintah Reyner tiba-tiba, yang membuat Jai terkejut, tapi tidak dia tampakkan, seketika ia tersenyum.
" Baik pak"
Jai bernafas lega, dia bahagia dengan tuannya yang mau mendengar kata-katanya.
Reyner nampak memasuki rumahnya, dan Jai pun kembali ke apartemennya.
Jai sudah lama bekerja dengan Reyner, lebih tepatnya ia selalu bersama-sama dengan Reyner sejak umurnya masih 16 tahun, ia dikuliahkan oleh Bima bersama dengan Rey di Jerman.
Bima yang saat itu kecelakaan, ia di tabarak pengendara motor, dan diselamatkan oleh bocah 16 tahun yaitu Jai, karena jasa Jai, dan tahu jika Jai yatim piatu, Bima pun akhirnya membiayai pendidikan Jai hingga tamat kuliah, dan kini menjadi asisten pribadi Reyner.
*
*
*
Sementara di panti asuhan.
Dret.... Dret... Dret...
"Hallo, selamat malam? Apa benar ini dengan Nona Syavira Harsya?"
"Iya benar, saya Syavira Harsya, ada apa ya? Ini dengan siapa? "
"saya Jai asisten pak Reyner, saya ingin menyampaikan bahwa anda di terima diperusahaan RN grup, dan besok anda diminta untuk mulai bekerja"
"Apa!!! Teriak Syava terdengar jelas, Jai sedikit menjauhkan benda pipih itu dari telinganya.
"Benarkah pak Jai? Anda serius? Apa pak Reyner sudah tidak marah lagi?"
"Ya, pak Reyner juga yang menyuruh saya menghubungi anda".
" wahhhh baiklah pak Jai, terimakasih banyak ya pak,,, "
Entah mengapa pikiran licik Jai muncul di otaknya untuk mendekatkan Syava dan Reyner.
"Jangan berterimakasih pada saya Nona... berterimakasihlah pada pak Reyner, karena dia masih berbaik hati tidak mempermasalahkan kejadian tadi? "
"Ah baik pak saya akan mengucapkan terimakasih pada pak Reyner besok"
"Ya tentu, besok anda harus menemuinya"
Akhirnya mereka mengakhiri panggilan.
"Oh my god... Aku benar-benar hoki hari ini". Syava bahagia mendengar kabar baik itu.
*
*
*
Keesokan paginya, Syava sudah bercermin memperbaiki penampilannya, rok span selutut dipadukan dengan atasan berwarna biru, dan rambutnya ia biarkan panjang terurai, tak lupa ia menambahkan aksesoris kecil di samping rambut dekat telinganya.
"Akhirnya,,, aku bisa bekerja diperusahaan itu, aku bisa sedikit membantu kebutuhan panti", batinya, dan ia sedikit merindukan kedua orang tua nya. Ia tak ingin larut ia kembali tersenyum.
Syava masih ingat, ketika ia dititipkan pada bu Santi, waktu itu ia berusia 10 tahun, Syava tidak tau apa yang membuat orang tuanya tidak kembali menjemputnya lagi, padahal dia sangat dan sangat merindukan kedua orang tua nya, namun, 2 tahun berlalu, bu Santi mengabarkan bahwa orang tua nya meninggal kecelakaan, dan hanya menitipkan surat yang isi surat itu hanya bertuliskan "Tersenyumlah sayang,, walau tanpa Papa dan Mama".
Dan pada saat itulah Syava menangis sejadi-jadinya, ia tidak tau apa yang terjadi pada orang tua nya, dimana sekarang mereka berada, bahkan jika mereka meninggal dimana makam kedua orangtua Syava.
Bertahun-tahun Syava mulai terbiasa tanpa kedua orang tuanya, ia selalu mengingat surat dari orang tuanya setiap saat.
Syava akan sedih jika sendirian, namun ia akan ceria didepan banyak orang.
Skip
"Ibu Syava pamit dulu ya...? ", Syava keluar rumah yang sudah melihat bu Santi di teras.
Bu Santi yang heran melihat Syava sudah berpakaian rapi.
"Mau kemana nak?, apa mau nyari lamaran kerja lagi,,,?".
Syava menghampiri dan tersenyum pada ibu asuhnya.
" tidak bu,,, tapi Syava diterima kerja di perusahaan yang kemarin bu, dan tadi malam pihak kantor menghubungi Syava untuk mulai bekerja".
"Alhamdulillaah,, ibu senang mendengar nya.. "
"Iya bu Syava juga gak nyangka akan diterima diperusahaan itu, padahal kemaren Syava udah ngerusakin mobil bos di perusahaan itu."
Syava membulatkan mata dan membungkam mulutnya yang selalu saja tidak ada remnya, dia tidak ingin ibu asuhnya itu khawatir.
"Apa? kamu merusak mobil bos dikantor itu?"
Syava mengangguk lemah dan mencebikkan bibir nya.
"Terus kamu gak disuruh ganti rugi kan,,, kamu sudah minta maaf dan apa kamu tidak membuat nya terluka?", cecaran pertanyaan Santi membuat Syava hanya menggelengkan kepalanya.
"Dia tidak apa-apa bu, yang lecet cuma mobil nya aja kok,, dan itu cuma sedikit". Jawab Syava sedikit manja.
" Hah syukur lah kalau begitu, ibu takut kalau orang itu menuntut kamu dan memisahkan kamu dari ibu", Santi bernafas lega dan memegangi dadanya, Santi sangat menyayangi Syava dan anak-anak panti lainnya.
Syava memeluk ibu asuhnya.
"Dia tidak melaporkanku kok bu,, dia sepertinya orang baik, hanya saja dia tidak banyak bicara dan kaku". Jelas Syava.
"Iya ibu faham, dulu ayahmu juga kaku dan sikapnya dingin, tapi hanya dengan ibu ayahmu selalu bersikap manis". Kenang Santi mengingat suaminya yang sudah tiada.
"Ibu kangen ya,, sama Ayah...? "
"Iyha,, ayahmu adalah orang yang baik sama seperti papamu". Mata Santi sedikit berkaca-kaca.
Hening
" ya sudah bu,,, ibu jangan sedih lagi ya,,, hari ini kan hari pertama Syava kerja,, masa sedih-sedihan sih", Syava mengerucutkan bibirnya.
"Ah iya, maafkan ibu, ibu terlalu baper hehe"
"Kalau begitu, Syava berangkat dulu ya bu,,,? "
Syava beranjak dari duduk nya dan menyalami ibu asuhnya.
"Hati-hati sayang,,, semoga harimu bahagia", Santi membelai lembut rambut Syava, dan di jawab Syava dengan anggukan senyuman.
*
*
*
Karena semangatnya Syava hari ini pertama masuk kerja, ia ingin segera memberi kejutan pada Leni yang pasti hari ini juga sudah mulai bekerja.
Syava menuju ruangan Leni yang ditujukan oleh resepsionis padanya. Dan Leni juga sudah memberitahu Syava jika ia ditempatkan di bagian marketing yang sama juga dengannya.
Ia dengan sedikit berlari menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri, sembari berlari ia sudah tau ruangan yang di tuju, tapi tiba-tiba,,,
" Auhhhhh", Syava menabrak badan kekar seseorang yang tiba-tiba muncul dari samping yang akan melewati nya, dan ia sampai sedikit terpental. Ia memegangi jidatnya yang terhantuk pundak seseorang yang kekar itu, siapa lagi jika bukan Reyner.
Reyner juga seketika terkejut dan menoleh pada Syava.
"Kau? "
Syava yang terkejut melihat Reyner.
"Bapak disini?"
"Ya memang mau dimana lagi?, ini kan perusahaan saya"
"Maksud saya kenapa bapak disini?"
"Pertanyaan yang b*doh".
Syava sedikit gugup dan tangannya sedikit gemetar, ia menundukkan kepalanya dan berkata,
"Maaf pak saya tadi tidak sengaja, kata pak Jai saya ditempatkan dibagian marketing dan saya akan menuju ruangan saya pak". Jelas Syava menunjuk arah ruangan tersebut.
"Hobi sekali menabrak orang", Reyner bergumam dan terdengar di telinga Syava. Syava membulatkan matanya.
" tapi pak, kan hanya satu kali ini saja saya menanbrak bapak!" Ujarnya tak terima.
"Lalu kemarin itu? ", Reyner tak mau kalah.
"Itu saya tidak menabrak pak, tapi menyerempet", jelas Syava.
"Sama saja".
"Tidak sama dong pak kalimatnya saja beda". Tambah Syava tak terima, dikatakan hobi nabrak orang, ya kali mau.
"Kenapa kau suka sekali menjawab? dasar bocah. Sana kerja! dan jangan membuat kesalahan lagi!"
Lanjut Reyner.
Reyner beranjak dari hadapan Syava. Syava memandangi punggung Reyner yang kini sudah menjauh.
"Huhh dasar pemarah! ", umpat Syava.
Syava yang juga ingin beranjak, langakahnya terhenti saat melihat dompet kecil di bawah kakinya, ia sudah menduga itu pasti punya Reyner.
Reyner yang tadi terkejut tidak menyadari jika ia menjatuhkan dompet kecilnya yang berisi kunci mobil, KTP dan STNK.
Syava mengambil dompet itu dan memasukkan pada tasnya, Syava fikir ia akan menyerahkan dompet itu nanti saat makan siang.
.
Sampai diruangan tersebut.
" Leni? "
Leni yang masih mempelajari pekerjaan apa yang akan dikerjakan di perusahaan di laptopnya itu menoleh seketika.
"Syava? "
Mereka berlarian dan saling berpelukan seperti telatabis hehe.
"Lo diterima kerja? ", Syava hanya mengangguk bahagia.
"Kok lo gk bialng sih kan kita bisa berangkat bareng...."
"Ye,, emang gue sengaja, ngasih surprise buat lo", Jawab Syava dengan sedikit tawa.
"Dasar lo,, ya udah, ayo sini duduk samping gue, jadi kalo gue gak ngerti gue bisa tanya lo seenaknya", sembari Leni mendorong lembut tubub Syava dikursi kerjanya.
Syava hanya mengikuti arahan Leni, sembari tersenyum melihat Leni yang kembali 'good mood', karena saat tau Syava tidak diterima kerja kemarin, Leni nampak sedih dan tidak berseman.
***