Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 27
"Ini kan Ma Kosannya?" Tanya Rangga pada Bu Arum.
Bu Arum celingukan menatap kearah rumah kos yang sempat di huni oleh Jia dahulu.
"Maaf mencari siapa ya?" Tanya seorang wanita yang baru saja datang.
"Kami mencari Ibu kosnya ada?" Tanya Bu Arum lembut.
"Kebetulan saya sendiri." Jawab ibu itu yang memang pemilik kost tersebut.
Bu Arum tersenyum mendengar jawaban dari ibu itu.
"Em jadi gini Bu, Ibu ingat gak sama wanita yang bernama Jia. Yang emmm kemungkinan 4-5 tahunan yang lalu tinggal di sini." Tanya Bu Arum.
Pemilik kost itu seketika memasang raut wajah bingung, karena itu sudah berlalu cukup lama.
"Itu sudah cukup lama ya, saya tidak terlalu ingat. Kalau boleh tahu, dia tinggal di kamar nomor berapa waktu itu?" jawab pemilik kost.
Rangga, Bu Arum, Litta dan Mayang terdiam memikirkan pertanyaan pemilik kost itu. Mereka juga lupa dahulu Jia berada di kamar nomor berapa.
Melihat tidak ada jawaban dari semuanya, pemilik kost pun mengajak mereka untuk singgah di rumah pribadinya.
"Silahkan duduk, saya buatkan minum dulu, sekalian saya bawakan buku catatan siapa saja yang pernah tinggal di sini dan kemana dia akan pindah." Ucap pemilik kost.
Empat orang itu mengangguk seraya mendudukan diri disofa ruang tamu.
Mereka berempat melihat-lihat kondisi rumah pemilik kost tersebut.
"Rumahnya bagus ya, simpel tapi terlihat mewah." Ucap Litta yang di angguki Mayang.
"Pantaslah kan juragan kost." Jawab Bu Arum menimpali perkataan mereka.
Hampir 10 menitan mereka menunggu, akhirnya pemilik kost tersebut keluar dengan membawa minuman dan beberapa camilan serta 3 buku besar yang di duga adalah identitas penghuni kost miliknya.
"Saya gak tau nama orang yang kalian cari itu masih tercantum di sini atau di buku yang sudah suami saya buang. Kalau tidak salah ini memang buku pendataan 5-6 tahun silam. Semoga saja nama orang yang kalian cari ini ada." Ucap Bu Kos tersebut.
"Sebelum mencari datanya, apakah saya boleh bertanya sesuatu?" Tanya Bu Kos tersebut yang sebenarnya masih penasaran.
Rangga menganggukkan kepalanya setuju.
"Sebelumnya nama saya Tina, saya memang mengelola kost ini bersama suami saya. Jadi kalau boleh tau, anda mencari identitas penghuni kos di tempat saya itu bertujuan untuk apa?" Tanya Bu Tina.
Dia memikirkan apakah dia layak memberikan data yang mereka cari atau tidak.
"Em jadi begini, saya Rangga. Suami sah dari Jia, orang yang saya cari. Tetapi selama 4 tahun ini istri saya tidak pulang ke rumah. Saya sudah mencarinya kemana-kemana. Dia izin kesini untuk merantau mencari pekerjaan. Kebetulan saya juga merantau keluar negeri dan baru bisa pulang beberapa bulan yang lalu." Ucap Rangga mengada-ada cerita.
"Dari beberapa bulan yang lalu, saya sudah mencari dia kemana pun, tapi tidak kunjung menemukannya. Hingga akhirnya, salah satu temannya berkata bahwa dia pernah tinggal di sini. Saya hanya mau memastikannya saja, dan kalau memang benar, lalu istri saya sudah pindah tempat kos. Kira-kira kemana dia pindahannya? Saya merindukannya dan ingin memperbaiki hubungan keluarga kita." Jawab Rangga memasang raut wajah sedih.
Bu Tina mengangguk paham, dia percaya akan cerita Rangga. Dia juga ikut iba dan berharap istri yang di maksud Rangga memang ada dalam list penghuni kosnya itu.
"Ya sudah, kalian cari saja sendiri ya. Saya tidak tahu nama lengkapnya siapa. Kalian cari saja dibukunya satu persatu." Ucap Bu Tina seraya memberikan buku besar yang dia pegang.
Rangga, Litta, Mayang dan Bu Arum menganggukkan kepala mereka dengan perasaan senang.
Kini Rangga, Litta dan Mayang mencari nama Jia. Sedangkan Bu Arum mengawasi Zura. Dan Bu Tina, pergi pamit sebentar ingin mengecek kos-kosan lainnya.
"Aduh banyak banget sih ini." Keluh Mayang yang sedari tadi membaca nama-nama penghuni kos satu per satu.
"Kamu gak usah mengeluh gitu, Mayang. Kalau kita tau alamat Jia, kita akan langsung kesana dan melabrak Keluarga Jia. Sekalian kita buktikan apa memang benar Jia itu dari keluarga kaya atau hanya berpura-pura kaya." Ucap Bu Arum yang mendengar keluh kesah Mayang.
"Kalau dia memang orang kaya, kita akan membatalkan perceraian dia dengan Rangga. Tetapi kalau dia memang orang miskin, cukup kita ambil saja mobilnya." Lanjut Bu Arum yang di angguki oleh Mayang.
"Semoga saja Jia bisa rujuk dengan Rangga. Biar aku dan Mas Agum bisa numpang hidup dan makan dengan gratis seperti biasanya." Batin Mayang lalu pura-pura fokus mencari nama Jia.
Kini Rangga, Litta dan Mayang masih fokus mencari nama Jia yang tak kunjung ketemu.
"Ini mana sih, kok ngga ada terus." Ucap Litta kesal.
"Apa jangan-jangan Mbak Jia sebenarnya sudah merencanakan ini semua?" lanjut Litta, membuat Rangga, Mayang dan Bu Arum menoleh ke arahnya.
"Maksud kamu gimana?" Tanya Rangga pada Litta.
"Jadi gini, Mbak Jia sejak awal sudah menyembunyikan statusnya. Jadi sampai sekarang meski kita mencari beratus-ratus nama di sini pun tidak ada. Siapa tahu Mbak Jia pakai nama palsu untuk tinggal di kos ini. Jadi kita hanya membuang waktu saja mencari alamatnya di sini." Litta menjelaskan maksudnya.
Rangga, Mayang dan Bu Arum terdiam mendengar penuturan Litta. Kenapa mereka tidak terfikirkan sampai ke situ.
"Tapi tadi kata Bu Tina masih ada beberapa buku yang di buang oleh suaminya kan siapa tahu nama Jia yang ada di buku itu. Kan kita tidak tahu juga." Jawab Rangga yang di angguki oleh Bu Arum.
"Aduh Mas.. Mas, Mas itu berpendidikan loh. Lulusan perguruan tinggi bahkan pernah kerja dikantor besar kok masih saja bodoh." Jawab Litta seenaknya.
"Apa maksud mu mengatai Mas mu bodoh?" Tanya Bu Arum yang emosi kala mendengar ucapan Litta.
"Ck aku bukannya mengatai Mas Rangga bodoh." Gumam Litta yang masih dapat di dengar oleh Bu Arum, Rangga dan juga Mayang.
"Lagiankan tadi Bu Tina juga sudah bilang. Kalau buku yang kita cari ini adalah pendataan 5-6 tahun penghuni lama. Ya otomatis nama Mbak Jia pasti adalah. Lah ini kita bertiga nyari dari tadi tidak ketemu kan? Siapa tahu saja Mbak Jia ngekos di sini bareng temennya dan atas nama temannya mau kita cari sampai buku itu lepas dari sampulnya pun tidak akan ketemu." Lanjutnya sambil membolak balikan setiap kertas di buku itu.
Bu Arum, Rangga dan Mayang terdiam kala mendengar ucapan Litta. Benar siapa tahu Jia tinggal di sini bersama temannya. Tapi sialnya Rangga tidak mengetahui banyak tentang Jia.
Memang Rangga tipe cowok yang tak ingin tau lebih banyak tentang wanitanya.
"Terus kita gimana sekarang?" Tanya Mayang yang membuat mereka semakin bingung.
"Bagaimana sudah ketemu?" Tanya Bu Tina yang baru saja sampai.
Rangga menggelengkan kepalanya seraya memberikan ketiga buku yang diberikan Bu Tina tadi.
"Emm Bu, biasanya satu kamar kost bisa diisi berapa orang?" Tanya Rangga dengan nada yang di buat-buat.
"Biasanya sih untuk dua orang saja sudah sempit kamarnya Mas." Jawab Bu Tina.
"Ah mungkin istri saya waktu itu ngekosnya bareng dengan temannya. Jadi tercatat disana pakai nama teman istri saya." Ucap Rangga dengan senyuman.
Bu Tina mengangguk, memang bisa saja seperti itu.
Bu Tina menatap Rangga dengan intens, dia memang seperti pernah bertemu dengan Rangga tapi entah dimana dia lupa.
"Mas, apa sebelumnya kita pernah bertemu?" Tanya Bu Tina yang membuat Rangga menoleh.
Rangga tersenyum siapa tahu bu Tina mengingatnya.
"Mungkin saja sih Bu, soalnya waktu itu saya melangsungkan lamaran saya dengan istri saya ditempat kostnya." Jawab Rangga keceplosan.
Bu Tina mengerutkan keningnya bingung.
"Berarti bukan di kosan saya dong? Kan tadi Mas bilang kalau Mas ini baru pulang merantau, berarti belum pernah ke kosan saya?" Ucapan Bu Tina membuat Rangga bungkam.
Kini ia bingung harus menjawab apa.
*********
*********