FOLLOW IG @THALINDALENA
Jika seluruh wanita di dunia ini sangat mengagumi dan mengidolakan Leo Launder yang merupakan penyanyi solois ternama dunia. Tapi, bagi Danna Capela, Leo tak lebih dari seonggok sampah. Kisah masa lalu Leo yang membuat gadis bernama Danna sangat membenci pria itu.
Tapi, bagaimana jadinya kalau mereka menghabiskan malam panas bersama, hingga pada akhirnya Danna mengandung benih Leo? Apakah Danna akan membuka hatinya atau justru sebaliknya?
Simak kelanjutannya, jangan lupa subcribe agar tidak ketinggalan notif update-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergi!
Leo tidak pernah membayangkan jika momen bersama Danna dapat begitu memabukkan dan menghangatkan malamnya. Malam itu seperti mimpi yang tiada bandingnya, sebuah pengalaman panas yang tidak terlupakan. Meski terbiasa dikelilingi wanita cantik dan glamour sebagai penyanyi terkenal, Leo merasakan ada sesuatu yang berbeda saat bersama Danna—rasa yang sulit dijelaskan.
Matahari belum terbit, dan dalam keadaan setengah sadar, Leo meraba-raba tempat tidur di sebelah kirinya mencari sosok Danna. Tapi ruangan terasa sepi, hanya gema dingin yang menyapa. Ia panik, segera membalikkan badan hanya untuk mendapati bahwa Danna telah pergi meninggalkannya.
Saat ia menyibakkan selimut yang sebelumnya menutupi separuh tubuhnya, jantungnya terhenti sesaat. Mata Leo membelalak, ketika melihat bercak darah membasahi permukaan sprei putih yang terlipat di sisi tempat tidur Danna. Kejadian semalam bergema dalam pikirannya, membingungkan dan menghantui setiap detik yang berlalu.
"Darah? Ini... jangan-jangan ini adalah darah..." Leo tergagap, tangannya gemetar saat menyentuh noda merah tersebut. Kepalanya terasa pusing tiba-tiba, pikirannya mundur ke kejadian semalam.
Ia mengingat jelas saat akan memasuki Danna, gadis itu terlihat sangat menderita, menjerit kesakitan, memohon belas kasihan. Dia mencoba mengingat dengan jelas, namun bayangan Danna yang murni, yang tak bersalah, hanya memperburuk keadaan.
"Oh, Tuhan, apakah aku...?" suaranya bergetar, kesadaran penuh penyesalan mulai menyeruak. Leo merasakan bobot yang mengerikan dari perbuatannya— dia telah merenggut hal paling berharga dari Danna. Sambil menatap noda darah itu, Leo merasa seakan-akan menjadi pria bejat dan paling berdosa di muka bumi ini. Seluruh tubuhnya bergetar mengingat betapa jahatnya tindakan yang telah dilakukannya. Dia di hantam rasa bersalah yang begitu besar.
.
,
Sementara itu. Danna telah bersiap pergi. Lio dan Lara akan mengantarkannya ke Bandara.
Pasangan itu tidak tahu kalau Danna baru pulang ke rumah menjelang pagi. Danna sangat pintar menyusup ke dalam rumah hingga tidak ada satu pun orang yang tahu jika dirinya tadi malam tidak pulang.
“Kalian tidak perlu mengantarkan aku,” ucap Danna kepada pasangan suami istri itu.
“Danna, kami sudah menganggapmu keluarga, jadi kau tidak boleh berkata seperti itu!” Lara menjawab denga raut kesal.
“Baiklah, Nyonya, maafkan aku,” ucap Danna tersenyum tipis, sambil berjalan mendahului seraya menarik kopernya. Ia menggigit bibir ketika merasakan pangkal pahanya sangat sakit luar biasa. Tapi, ia mencoba bersikap biasa saja agar tidak menimbulkan kecurigaan.
“Kau baik-baik saja, Danna?” tanya Lara, saat melihat cara berjalan gadis itu tampak berbeda.
“Ah, iya, tadi aku hampir terkilir di kamar mandi.” Danna memberikan masuk akal yang langsung di terima oleh pasangan tersebut.
“Ini pasport dan visamu.” Lio menyerahkan dua dokumen tersebut kepada Danna.
“Aku tidak tahu harus bilang apa lagi. Ucapan terima kasih aku rasa tidak akan cukup untuk membalas semua kebaikan kalian,” kata Danna sangat terharu dengan semua kebaikan pasangan itu.
“Melihatmu bahagia sudah cukup bagi kami, Danna. Ayo, kita berangkat sekarang,” ajak Lara seraya menggandeng tangan Danna masuk ke mobil yang sudah menunggu di halaman rumah.
“Meksiko adalah negara impianmu bukan?” tanya Lara lalu diangguki oleh Danna. “Maka dari itu aku meminta Lio untuk membelikanmu perkebunan anggur di sana,” lanjut Lara, tersenyum lembut pada Danna.
“Ughh!! Aku bahagia sekali, dan aku sangat beruntung karena kalian sudah mewujudkan cita-citaku. Sekali lagi terima kasih, Tuan dan Nyonya Eugino.” Danna berkata sangat tulus, ceria dan penuh kehangatan.
Mobil yang mereka naiki telah melaju meninggalkan area rumah menuju Bandara.
Beberapa menit kemudian, super car milik Leo berhenti di depan pintu gerbang rumah mewah keluarga Eugino.
“Anda tidak boleh masuk, Tuan!!!” seorang bodyguard menahan Leo di depan gerbang.
“Aku ingin bertemu dengan Danna!” tegas Leo, menatap tajam pria tersebut.
“Danna sudah tidak lagi bekerja di rumah ini! Jadi silahkan pergi dari sini!” usir bodyguard tersebut sambil mendorong Leo dengan kasar.