Kecelakaan sang kakak membuat dirinya tidak punya pilihan lain selain menikahi calon kakak iparnya sendiri.Pernikahan tanpa cinta yang dia jalani ternyata harus melatih kesabarannya.Dan itulah yang harus dia lakukan.Ali bin Abi Thalib pernah berkata:"Yakinlah,ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani,yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Azalea itulah namanya,wanita berkerudung panjang dengan kecantikan luar biasa yang dia sembunyikan dari balik cadarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 12 : Berbuka puasa
Brawijaya Hospital.
Lima jam sudah Adam berada di dalam kamar operasi,ini termasuk salah satu yang paling lama,biasanya dia akan selesai setelah tiga sampai empat jam.Operasi kali ini tidaklah sesulit yang selalu dia tangani,hanya mungkin dia butuh konsentrasi penuh.Masalah pagi tadi masih menjadi beban hingga terbawa masuk ke dalam pekerjaannya.harusnya dia memilah,tapi otaknya tidak mampu melakukan hal itu.
"Anda baik baik saja dok?"Dokter Andi,residen bedah thorax kardiovaskular tahun terakhir melihat kondisi dokter Adam yang tidak prima seperti biasa.
"Maaf aku kurang fokus."Adam mengakui jika hari ini,dia tidak bekerja secara maksimal.
"Aku istirahat sepuluh menit,kamu bisa melanjutkan nya kan?"
"Iya dok."
"Aku percayakan pasien ini padamu."
Adam memberikan tempatnya pada dokter Andi,kemudian memilih keluar dari kamar operasi untuk menenangkan diri.
"Aku jadi heran,bagaimana bisa seorang ibu kandung bisa berbuat sejahat itu pada anaknya sendiri,dan kenapa juga mama Irene harus membedakan perlakuannya pada Lily dan Azalea?Mungkinkah itu salah satu sebab, keluarga Arisandy mengirim Azalea ke pesantren?" Adam masih tidak habis pikir dengan sikap mama Irene,pasalnya,mama Aisyah selalu membagi kasih sayangnya secara adil untuknya dan Aqila.
"Apa yang harus aku lakukan padamu Aza?" Adam terus berfikir hingga sepuluh menit itu berlalu tanpa ada jalan keluar.
"Adam fokus,fokus...nanti kita pikirkan masalah ini lagi." Gumam Adam dalam hati sambil menepuk kedua pipinya agar bisa tersadar dan kembali pada kenyataan bahwa beberapa meter darinya,sebuah lampu sedang menyala menandakan ada seseorang yang membutuhkan bantuannya di dalam sana.
Operasi berjalan lancar,kewarasan Adam kembali begitu masuk ke dalam kamar operasi,nasib baik,hari ini dia di dampingi oleh residen senior yang tidak lagi harus di ajar ini dan itu.
"Sepertinya dokter lagi banyak pikiran."Ujar dokter Andi saat mereka berjalan bersama keluar dari ruang operasi.
Adam hanya tersenyum,bingung harus menjawab apa,karena tak di pungkiri jika memang dia sedang banyak pikiran.
"Membina rumah tangga itu seperti makan permen dok,kadang berasa manis,asin,gurih,pokoknya campur aduk lah.Ini bukan menggurui ya dok,tapi itulah yang saya rasakan selama lebih dari lima tahun menikah."Dokter Andi memberikan nasehat berdasarkan pengalamannya.Dokter Andi beranggapan jika dokter pembimbingnya itu mengalami masalah rumah tangga.
"Terima kasih nasihatnya dokter Andi."
"Sama sama dok."
Mereka berpisah di depan ruangan Adam,Adam butuh istirahat sekitar satu jam untuk bisa kembali melakukan operasi keduanya.
"Apa yang dia lakukan saat ini?"Gumam Adam.Tubuh lelahnya bersandar di kursi kerja yang selalu menemani kesehariannya.
Lima menit berlalu,bukannya terpejam,Adam justru terus memikirkan Azalea.Tanpa menunggu lagi,Adam bangkit lalu berjalan ke arah kamar perawatan Lily.
Adam masuk setelah lebih dulu mengucapkan salam.
Seperti biasa,Adam langsung menghampiri tempat tidur Lily,mengecek keadaan wanita cantik itu.
Setelah selesai,netranya mulai menjelajah ke sekeliling kamar,namun sepanjang matanya memindai,tak di jumpai seseorang yang dia cari.Hanya mama Irene yang terlihat baru saja keluar dari kamar mandi.
"Nak Adam?Sudah lama?"
"Lumayan ma."
Adam melihat jam di dinding kamar,jam satu siang.
"Mungkin dia di masjid." Batin Adam.
Mama Irene yang berceloteh di sebelahnya tidak terlalu di gubris oleh Adam.Matanya hanya fokus ke satu arah,pintu depan.
"Kenapa dia lama sekali?" Adam gelisah,sudah hampir setengah jam yang lalu dia menunggu,namun Azalea tak kunjung datang.
Dalam kegelisahannya,ponsel mama Irene berdering.
"Kamu sudah menemukannya?"kesal mama Irene,namun segera tersadar kala melihat jika bukan hanya dia yang ada di dalam ruangan itu.
"Iya,mama menyimpannya di kamar kakak mu.Kamu cari baik baik."Kali ini,mama Irene berusaha mengontrol nada bicaranya agar terdengar natural,tidak memaki seperti yang biasa dia lakukan saat berbicara dengan Azalea.
"Siapa ma?"Tanya Adam penasaran.
"Lea.Mama menyuruhnya pulang,kemarin mama buru buru ke rumah sakit,hingga barang yang mama mau bawa ketinggalan."
"Dia naik apa?"
"Tadi mama suruh dia naik ojek online agar lebih cepat."
Adam kembali gusar.Matahari sedang terik teriknya,dan Lea keluar menggunakan ojek online,sebenarnya itu hal yang biasa,hanya saja Azalea sedang puasa.
"Aku pamit ma,masih ada operasi yang harus Adam lakukan."Adam keluar,raut wajahnya berubah.
"Mama Irene sungguh sangat keterlaluan,kenapa barangnya tidak di kirim lewat jasa pengiriman saja sih?"Adam mendengus.
Adam terus berjalan sambil menggerutu.
"Kenapa aku jadi kesal?"Gumamnya dengan ekspresi bingung.
Beruntung seorang perawat dari kamar operasi datang menghampiri dan membuat kekesalannya sedikit menguap.
"Dok,pasien sudah siap."
"Ayo."
***
"Kenapa lama sekali?"Kesal mama Irene.
Azalea belum duduk dan mama Irene sudah mencecarnya.
"Lea shalat dulu tadi."
"Kamu itu...."
"Mama mau keluar sebentar,jaga Lily sampai mama kembali."
Ternyata,barang yang di maksud mama Irene adalah sepasang pakaian yang akan dia gunakan untuk berkumpul dengan teman teman sosialitanya.
***
Ini adalah hari yang sangat melelahkan untuk Adam,menyelesaikan dua operasi yang mampu menguras energi sekaligus pikirannya.
Jam setengah enam,Adam sudah membersihkan diri,dia yakin kalau Azalea pasti sudah kembali.
Dengan langkah tergesa,Adam melangkahkan kakinya ke ruang perawatan di mana Lily berada.Dan benar saja,wanita yang di cari sedari siang itu sedang tertidur di samping tempat tidur sang kakak dengan tangan yang menggenggam erat tangan Lily.
Kamar sepi,tak tampak mama Irene yang hampir setiap saat berada di kamar tesebut.
Adam memilih duduk di kursi,mengambil ponsel dan mengirim pesan pada seseorang.Dia tidak berniat membangunkan Azalea yang tertidur sangat lelap.Hingga suara adzan terdengar dari ponselnya barulah Azalea terbangun.
"Astagfirullah,aku ketiduran."Ujarnya kemudian menghampiri meja dan mengambil air minum di sana.
Setelah berbuka puasa seadanya,Azalea berniat ke kamar mandi untuk mengambil wudhu dan menunaikan shalat,dia masih tidak sadar kalau ada Adam yang duduk di kursi memperhatikan semua gerak geriknya.
Azalea mulai membuka pengikat cadarnya,belum sempat terlepas,pintu di ketuk dari luar.
Kembali ia mengeratkan pengikatnya dan melangkah ke arah pintu.
"Assalamualaikum."Sapa gadis cantik masih lengkap dengan seragam abu abunya.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh."
"Qila?"Azalea terkejut dengan kedatangan adik iparnya.
Senyum Aqila mengembang begitu melihat Azalea yang membuka pintu untuknya.
"Sama siapa kamu?"Tanya Azalea.
"Sama sopir mbak,mas Adam mana?"Tanya Aqila.
"Mas Adam?"Kening Azalea berkerut.
"Iya."
"Dia tidak ada di sini."
"Masa sih."Aqila mengambil ponselnya dan kembali melihat pesan yang di kirim kakaknya,jangan sampai memang dia yang salah liat.
"Bener kok mbak,Setengah jam yang lalu,mas Adam mengirim chat dan meminta Qila untuk ke sini."Aqila memperlihatkan chat yang di kirim Adam pada Azalea.
"Iya juga,tapi aku tidak melihatnya."
Suara air dari dalam kamar mandi menguatkan dugaan Azalea kalau Adam memang berada di kamar tersebut.
"Itu mas Adam."Tunjuk Qila begitu melihat Adam keluar dari kamar mandi.
"Aku ke mesjid dulu."Ucap Adam singkat.
Azalea yang masih terkejut membiarkan perkataan Adam menguap di udara tanpa balasan.
"Kapan dia datang?" Batin Azalea.
Azalea kembali tersadar dari lamunan saat Aqila meminta ijin untuk menggunakan kamar mandi.
Azalea dan Aqila shalat berjamaah.
Adam kembali dari mesjid sesaat setelah Azalea dan Aqila selesai menunaikan ibadahnya.
"Mas keluar dulu,kamu jaga Lily sebentar."
"Iya mas."Aqila kini mencari posisi duduk yang strategis,di mana dia bisa bermain ponsel sambil menjaga Lily.
"Ayo."Ajak Adam.
"Aku?"Tunjuk Azalea pada dirinya sendiri karena merasa jika ajakan itu di tujukan untuknya.
"Iya."
Tidak banyak bicara ataupun bertanya,Azalea mengikuti langkah Adam.
"Kamu mau makan apa?"Tanya Adam begitu mereka sudah berada dalam mobil.
"Aku belum lapar mas,tadi juga sudah berbuka puasa."
"Aku tau kamu belum makan,kalau hanya seteguk air minum,itu tidak akan membuatmu kenyang."
Azalea tertegun.
"Jadi sebenarnya,sudah berapa lama dia berada di kamar dan aku tidak menyadarinya?" Azalea bertanya dalam hati.
...****************...