"Perkenalkan, dia yang akan menjadi suamimu dalam misi kali ini."
"Sebentar, aku tidak setuju!"
"Dan aku, tidak menerima penolakan!"
"Bersiaplah, Miss Catty. Aku tidak menoleransi kesalahan sekecil apapun."
Catherine Abellia, bergabung dengan organisasi Intel, Black Omega Agency, untuk mencari tau tentang kasus kematian ayahnya yang janggal. Berusaha mati-matian menjadi lulusan terbaik di angkatannya agar bisa bergabung dengan pasukan inti. Mencari selangkah demi selangkah. Ia mencintai pekerjaannya dan anggota timnya yang sangat gila.
Namun, ketika dia sudah lebih dekat dengan kebenaran tentang kasus Ayahnya, Catty harus bekerjasama dengan anggota Dewan Tinggi! Oh, really? Dia harus bekerjasama dengan orang yang gila kesempurnaan yang bahkan sudah lama tidak terjun lapangan? Wait, mereka bahkan harus terlibat dalam pernikahan? Ia harus menikahi pria yang memiliki kekasih? Tuhan, ini sangat buruk!
Oke, fine! Atasannya sudah gila!
Ayo, ramaikan lapak ini dengan Vote dan komen.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seraphic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Laporan
'BRAK!!'
Catty mengerjapkan mata nya beberapa kali. Postur tubuhnya tegap dengan tangan yang ditakutkan di belakang.
"LIBURAN? LIBURAN KATAMU, CAT?!" hardik seorang pria di depan wajahnya.
"Ya, Sir." Angguk gadis yang baru saja diteriaki dengan yakin tanpa mengedipkan matanya. Di belakangnya ada anggota agen yang menjadi rekan setimnya dalam tugas kemarin.
Berbeda dengan raut Catty yang tenang dan tak takut apapun, orang-orang dibelakangnya bisa dipastikan mengalami syok ringan tiap kali atasan mereka meneriaki senior gila di depan mereka ini. Siapapun anggota yang terjun lapangan bersama Catty, sudah dipastikan untuk menyiapkan mental ketika menyerahkan laporan.
Pria itu mengangguk sembari merenggut rambutnya. "Wah, aku benar-benar naik darah kali ini."
"Kau, apa kau tahu kesalahan mu?" tanya pria itu lagi. Jarinya menunjuk Catty dengan lurus, mempertanyakan kesalahan gadis di depannya.
Catty menipiskan bibirnya. Sangat sial. Sejak kemarin, dia selalu ditanyai tentang kesalahannya. Namun, dia tetap mengangguk tegas dan menjawab, "Tentu, Sir."
"Baiklah, aku ingin mendengar alasannya. Sebaiknya kau menyiapkan alasannya dengan baik sebelum laporan mu aku serahkan ke dewan tinggi." Mr.Hanz memijat pelipisnya pelan. Dia harus segera bertanya duluan sebelum perempuan di depannya ini mengoceh berbagai macam alasan untuk menghindari hukuman.
Catty tersenyum kecil. Tau dengan baik bahwa atasannya ini akan selalu menyelamatkannya jika sudah berhubungan dengan dewan tinggi. Tangannya yang dibelakang mengacungkan jempolnya pada junior-juniornya yang pasti ketar-ketir dengan teriakan orang tua di depannya.
"Bagaimana dengan pemakaian senjata, Cat? Aku sudah melihat para pria itu. Mereka tidak bisa menggunakan senjata dan hanya bisa bertarung."
"Awalnya aku hanya membalas pria yang lebih dulu menembak ku, Sir."
Mr. Hanz menarik napas lelah, "Apa kau sedang dalam ajang balas dendam, Cat?"
Yang ditanyai hanya mengendikkan bahu nya tak mau tahu. Ayolah, apakah kau akan diam seperti patung saat ada orang yang akan membunuhmu? Berpura-pura lapang dada dan membiarkannya? Hei man, dia tidak sebaik itu.
"Lalu, bagaimana empat lain nya?"
"Well, kesalahan teknis," ujar Catty dengan mata yang bahkan tak berani menatap langsung lawan bicaranya. Mengundang tawa kecil dari belakangnya.
Kali ini Mr. Hanz mengerutkan dahinya. "Jangan bercanda. Apa kau bahkan tidak bisa membedakan mereka? Kau mempermainkan ku, Cat?"
Catty menggigit bibirnya, menatap Mr.hanz dengan mata yang memelas. "Oh, ayolah, Sir."
"Sudah ku ingatkan berkali-kali, Cat. Jangan bawa perasaan pribadi mu saat bertugas." Pria itu menghembuskan napas ketika melihat Catty yang menunduk kan kepalanya.
Dia sangat paham, kenapa Catty dengan sembrono memakai senjata nya. Catty agen inti di bawah naungannya, lulusan terbaik di angkatan nya. Dia mengenal gadis ini dengan baik. Tidak akan sembarangan bertindak impulsif jika bukan karena seseorang telah menyentuh batasnya.
"Lalu, masalah menghentikan komunikasi. Kau tidak bisa bertindak sembarangan ketika kau bertugas dengan tim, Catty," peringat pria itu pada gadis yang sudah dianggap seperti anaknya sendiri.
"I know, Sir. Tapi bukankah aku—" cicit nya.
"Ya, aku tau. Kau ingin mengatakan kau menyambung nya kembali lalu mendapat kan informasi penting bukan?"
"GOTCHA!" seru Catty dengan jari yang membentuk seperti pistol dan menembak Mr. Hanz.
'Tuhan, apakah aku sudah hidup terlalu lama?' ringis Hanz dalam hatinya. Dia benar-benar kehilangan kata-kata untuk menghadapi gadis didepannya ini. "Lanjutkan," suruh nya sambil memijat dahinya lagi.
"Oh, God! Aku benar-benar kesal, Sir. Apakah gayaku terlalu murahan untuk dikira agen bayaran?" seru Catty yang akhirnya bisa meluapkan kekesalannya terhadap kejadian kemarin. Postur tubuh yang awalnya tegap dalam posisi istirahat, kini menjadi bertekuk pinggang.
"Lalu apakah dia pikir aku mau dibayar? Apa aku semudah itu?" tanyanya lagi pada orang-orang dalam ruangan dengan wajah yang sangat tersakiti.
Mr.Hanz yang melihat para junior tidak mampu menghadapi perubahan suasana di ruangannya segera menghentikan Catty. "Stop, Cat. Kau tidak perlu curhat disini. Cukup katakan poin nya saja."
Catty mengerjapkan matanya, "Ah, benar. Maafkan aku," ucapnya pada junior-juniornya yang masih saja terperangah.
"Kalian sudah boleh keluar," ujar Mr.Hanz mempersilahkan.
Catty mengangguk pada mereka, mengizinkan mereka keluar lebih dulu meninggalkan ia dan Mr.Hanz dalam ruangan. Setelah kepergian juniornya, dia dengan semangat menatap kembali atasannya. Melanjutkan kembali cerita yang merangkap laporan. Dimulai dengan tersambung nya kembali earpiece nya ketika dia berpura-pura mengurut lehernya dan mengambil pisau dari balik jaket nya untuk mengalihkan perhatian mereka.
******
"Aku tidak tahu pasti, tapi feeling ku mengatakan jika polisi yang dimaksud Wanita itu pasti Ayahku, Sir," tekan Catty pada Mr.Hanz.
Tidak banyak yang tau tentang keluarganya. Dari segelintir banyaknya manusia disekitarnya, Mr.Hanz menjadi salah satunya. Atasannya ini mengetahui alasan nya memasuki sekolah agen dan mendidik Catty menjadi yang terbaik di angkatan nya.
"Jangan terburu-buru dulu, Cat. Aku akan membantumu memastikan kembali siapa saja anggota kepolisian yang pernah berhubungan dengan mereka," ujar Mr.Hanz menenangkan anak didiknya.
Catty mengangguk pasrah.
"Keluarlah, masih banyak yang harus aku kerjakan. Kau selalu membuat ku bekerja ekstra, Gadis nakal," usir nya pada Catty.
Catty hanya tertawa kecil menimpali usiran terhadapnya. Dia segera beranjak dari kursinya dan melangkah ke pintu. Tangannya sudah hampir menarik daun pintu jika saja seruan pria itu menghentikan nya.
"Ah, Catty. Liburan mu hanya tiga hari. Aku tidak menerima bantahan. Anggap saja ini merupakan kebaikan hati ku."
"What the—?!" sungguh bola mata Catty hampir keluar dari rongganya. Tiga hari? Tiga hari katanya?
"Aku memotong dari hukuman mu, Cat! Kau boleh memperjuangkan hari libur mu jika kau mau."
"Ha.ha.ha" Catty tersenyum lebar. "Tentu saja aku tidak akan menolak, Sir. Kau memahami ku bukan?" Percayalah, hanya bibirnya saja yang tersenyum. Hatinya? Jangan tanyakan. Sangat jengkel.
Mr. Hanz mengangguk, "Sangat paham, Cat!" tekan nya lagi. Lalu tangannya mempersilahkan anak didik nya untuk keluar, "Jangan lupa tutup kembali pintunya."
Catty tersenyum lagi lalu melanjutkan langkahnya yang sempat tertahan.
'BRAK!'
Hempasan kasar pada pintu membuat pria yang di dalam ruangan memejamkan matanya dengan pasrah. Dia sangat tau jika itu bentuk kekesalan Catty yang tidak disuarakan kepadanya. Apa gadis itu pikir hanya dia yang kesal? Tentu saja orang tua ini juga. Bayangkan bagaimana dia harus terus-menerus membela gadis itu di depan para dewan. Benar-benar membuatnya mati berdiri.
Ah, sudahlah. Memangnya jika bukan orang tua ini yang membela gadis itu, siapa lagi?
******
Catty menyeruput kopi dingin nya dengan kuat. Ketara sekali jika dia sedang kesal. Atasannya benar-benar gila. Apa yang harus dia lakukan dengan libur yang hanya tiga hari?
Ddrrrrrtt Ddrrrrrtt
Janessa is calling you....
Tangannya meraih handphone nya dengan kasar dan mengusap layar nya ke icon bewarna hijau, "Hm?" sapanya pada seseorang di seberang sambungan.
"....."
"Aku di cafetaria,"
"....."
"Hm, kemarilah," ujar nya lalu menutup sambungan telepon.
******
Cuss buru follow, vote n komen di lapak ini.
Love u All,
Kak Sera<3
penataan bahasanya loh keren