Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
"Ada apa ini?" Tanya Hana saat masuk ke dalam rumahnya dan melihat ada beberapa pria yang kini berstelah jas hitam.
"Hana, mereka ingin membawamu." Kata Widia dan langsung menghampiri Hana. "Hana, apa yang kau lakukan sehingga pria ini mencarimu? Kau tidak sedang ikut perdagangan ilegal kan?" Bisik Widia.
"Hutts diam," Balas Hana.
"Nona Hana, hari ini adalah batas terakhir anda, dan hari ini juga nona harus ikut dengan kami." Kata salah satu pria yang tak lain adalah orang suruhan dari Elang.
"Lepaskan!" Teriak Hana saat kedua tangannya sudah di pegang kuat oleh dua pria.
"Lepaskan Hana!" Teriak Widia dan langsung memukul kedua pria itu dengan cara bergantian, namun! Usaha Widia sia-sia, karena tenaganya tidak mampu menyaingi pria tersebut.
"Lepaskan!" Bentak Hana dan menggigit salah satu tangan pria itu sehingga membuat satu genggaman terlepas kini tinggal satu pria lagi, dan dengan kekuatan penuh Hana menginjak kaki pria itu dengan sekuat tenaga, hingga Hana pun berhasil lepas.
"Jangan macam-macam, jika kaliam berani menggangguku maka aku akan.." Ancam Hana
Namun beberapa pria itu tidak takut sama sekali dengan ancaman yang Hana berikan, mereka terus saja melangkah mendekat ke arah Hana dan juga arah Widia, hingga, byuuurrrrrr.......
Tubuh beberapa pria itupun langsung basah seketika. Sontak Hana dan juga Widia langsung menoleh.
"Kak Kana." Ucap mereka serentak.
"Keluar kalian dari rumahku! Jika tidak, maka kalian akan aku laporkan ke kantor polisi." Ancam Kana, dan ini pertama kali Kana berbicara banyak setelah kejadian hari itu.
Sontak Kana tersenyum sambil menitihkan air mata, ia tidak menyangkah jika sang kakak, dalam keadaan seperti ini masih saja mau menolong dirinya.
"Keluar!" Usir Kana sambil menaikkan satu tangannya, di mana tangan itu, Kana memegang sebuah pisau yang di arahkan kepada pria -pria yang berada di dalam rumahnya.
"Bagaimana ini?" Kata salah satu pria bertanya pada temannya. Dan mereka pun menganggukkan kepala, dan keluar dari rumah itu.
Setelah para pria itu keluar, Kana langsung menjatuhkan pisaunya ke lantai, dan langsung memeluk tubuh Hana.
•••••••••
"Apa? Kaliam gagal?" Tanya Elang dengan sangat marahnya.
"Iya tuan."
Bukhhh, bukkhh, bukkhhh. Elang memukul membab*i buta karena sangat marah terhadap kinerja para anggotanya yang sangat lalai dengan perihal tugas yang begitu muda.
"Tuan, cukup." Ucap Roy sambil menarik tubuh tuannya, karena bila di biarkan maka hanya akan tinggal nama pria yang di pukul itu.
"Lepaskan aku Roy" sentak Elang, namun Roy masih dapat menahannya.
"Biarkan saya yang melakukan tugas ini tuan. Saya janji akan membawa nona Hana malam ini juga."
"Baik." Kata Elang sambil melonggarkan dasinya.
"Bagaimanapun caranya kau harus membawa wanita itu Roy." Perintah Elang.
"Baik tuan."
"Ingat! Aku tidak ingin mainanku bisa lepas begitu saja."
"Tentu tuan."
Malam harinya Hana berjalan di sekitaran taman rumah sakit, menghirup udara merasakan sedikit ketenangan, karena ayahnya kunjung membaik begitupun dengan kakaknya yang juga sudah mulai kembali berbicara. Yah, setidaknya Hana bisa bersyukur dengan keadaan nya sekarang yang sudah kembali menjadi lebih baik. Namun langkah Hana terhenti kala Hana menyadari jika ada yang mengikuti langkahnya dari arah belakangnya.
Dan saat Hana berhenti, langkah itu pun berhenti. Lalu Hana kembali melangkah, dan langkah itupun kembali terdengar. Kemudian Hana berhenti dan membalikkan tubunya melihat ke arag belakang.
"Tuan Roy" Ucap Hana saat melihat sosok pria yang berada di hadapannya ada Roy, "apa yang tuan lakukan disini?" Tanya Hana.
Dengan wajah datar Roy langsung membuka lembaran kertas yang berisi surat perjanjian Hana dan juga Elang.
"Bukankah sudah tiba waktunya?" Tanya Roy tanpa basa basi.
"Tapi..."
"Coba pikirkan? Mana yang nona pilih, menikah dengan tuan Elang? Atau mendekam di penjara?"
Hana terdiam.
"Jika anda menikah, anda masih bisa melihat ayah dan juga kakak anda. Tapi jika anda masuk penjara kemungkinam besar keluarga anda dalam masalah, karena sudah tidak memiliki tulang punggu."
"Pikirkan lah baik-baik. Jangan sampai karena ke egoisanmu membawa ayah dan kakakmu dalam masalah." Kata Roy kembali, memberikan masukan pada Hana. Bukan sekedar masukan, namun memberikan sugesti agar Hana mau menerima tawaran tuannya, agar Roy pun bisa aman dari amukan Elang.
"Tuan Roy, kau tahu sendiri bukan, jika aku tidak mungkin menikah dengan pria gila itu. Apalagi jika sampai tinggal bersamanya."
"Hanya setahun. Setelah itu anda bisa bebas hidup dimana pun dan kemanapun dan dengan siapa pun" ucap Roy.