Nasib malang dialami oleh gadis muda bernama Viona Rosalina. Karena terlilit hutang yang lumayan besar, Viona dijadikan jaminan hutang oleh orang tuanya. Dia terpaksa merelakan dirinya untuk menikah dengan Dirgantara, seorang pengusaha muda yang terkenal sombong dan juga kejam.
Mampukah Viona menjalani hari-harinya berdampingan dengan pria kejam nan sombong yang selalu menindasnya?
Atau mungkin Viona memilih untuk pergi dan mencari kebahagiaannya sendiri?
Nantikan kisahnya hanya ada di Noveltoon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ika Dw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4. Pria Jorok
"Kakak, ayo kutunjukkan kamar Bang Dirga padamu. Tentunya kau sudah lelah bukan?"
Begitu baiknya adik Dirgantara menyambutnya, sedangkan Dirga sendiri tak menghargainya sebagai istri. Jika saja pria itu menghargainya, tidak mungkin juga dia ditinggalkan setelah selesai melakukan ijab qobul.
"Sania, kenapa rumah ini begitu sepi? Di mana penghuninya? Maksudnya orang tua kamu?" tanya Viona.
Setibanya Ia di rumah suaminya tidak mendapati satupun keluarga dari suaminya terkecuali adik perempuannya.
Bahkan saat ijab qobul di rumahnya ia juga tidak mendapati keluarga Dirgantara datang dan mengucapkan selamat padanya.
"Kakak aku hanya tinggal bersama Bang Dirga saja, mama sama papa sudah meninggal karena kecelakaan pesawat. Kami sudah menjadi yatim piatu Kak."
Sania berkaca-kaca menjelaskan pada Viona mengenai kepergian orang tuanya yang tragis.
Semenjak orang tuanya pergi untuk selamanya, Sania memutuskan untuk mengurung diri di dalam rumah. Dia tidak ingin mendengar pertanyaan-pertanyaan yang buruk mengenai orang tuanya. Dia masih belum sepenuhnya bisa menerima kepergian kedua orang tuanya.
"Ya ampun ..., kakak ikut prihatin ya? Kamu yang sabar Sania, di sini ada kakak yang akan menemani kamu. Kamu jangan merasa sendirian, kalau kamu butuh teman curhat atau butuh sesuatu kamu bisa minta sama kakak. Kita akan menjadi saudara sekaligus menjadi sahabat."
Sania langsung menghambur dan memeluk Viona. Dia menangis sesenggukan. Setelah kehilangan kedua orang tuanya kini dia mendapatkan saudara ipar yang baik dan pengertian.
Viona juga merasakan hal yang sama. Sejak kecil dia sudah ditinggalkan oleh ibunya dan masih belum puas bermanja-manja dengan ibunya, sayangnya ibunya bukan pergi karena meninggal, tapi pergi bersama pria lain dan meninggalkannya tanpa rasa iba.
"Terima kasih banyak Kak. Kakak baik banget sama aku. Bang Dirga tidak salah memilih Kakak sebagai istrinya. Selama ini bang Dirga selalu jutek sama perempuan. Bahkan aku berpikir kalau bang Dirga tidak serius dengan pernikahannya."
Bukan hanya dirinya saja yang merasa bahwa Dirga sombong tapi adik perempuannya juga bilang kalau Dirga terlalu jutek sama perempuan.
Bisa jadi Dirga juga tak begitu mempedulikan adiknya yang membutuhkan perhatian.
"Ini kamarnya Bang Dirga, ayo silahkan masuk kak."
Sania membukakan salah satu pintu kamar yang ada di rumahnya.
Sebuah kamar berukuran besar yang sudah seperti kapal pecah karena jarang ditempati. Dirga melarang siapapun masuk dan membersihkan kamarnya, dia tak pernah percaya pada siapapun, kecuali adiknya saja."
"Ini seriusan kamarnya Abang kamu, Nia?" tanya Viona terkejut.
Viona hampir tak percaya melihat kamar dari laki-laki yang sudah menikahinya.
Pria kaya dan juga tampan namun sangatlah jorok. Kamarnya sangat berantakan tidak karuan. Barang-barang Dirga, baju kotor apapun yang ada di dalam kamar itu sangatlah berantakan seperti kamar yang tidak pernah terawat.
Sania menyengir kuda, dengan mengangguk. Ia dibuat malu sendiri melihat kejorokan kakak laki-lakinya.
"Maaf ya kak, kakak nggak bisa langsung istirahat. Tapi kalau kakak nggak nyaman, kakak istirahat aja dulu di kamar tamu, biar aku yang bersihin. Soalnya bibi nggak berani bersihin kamar ini, bang Dirga melarang siapapun memasuki kamarnya."
Viona hanya terbengong dan membatin. Apa mungkin semua pria sama joroknya seperti Dirga. Sebagai pengantin baru harusnya ia mendapatkan fasilitas yang mewah, tapi disuguhkan dengan barang-barang kotor yang berserakan. Tak mungkin saja ia akan berdiam diri melihat kamar suaminya yang berantakan? Toh ia juga akan ikut menempatinya.
"Enggak usah, Nia. Biar aku aja yang bersihin. Kamu istirahat saja di luar. Aku mau ganti baju dulu dan segera membersihkannya. Tapi nggak masalah kan, kalau aku membersihkan ruangan ini? Apakah abangmu akan marah juga?"
Viona serba salah. Di situ ia datang sebagai orang baru. Walaupun statusnya sudah menjadi istri Dirga, tapi tetap saja ia takut Dirga akan marah jika ia lancang membersihkan kamarnya yang begitu kotor, namun ia juga merasa sangat risih tinggal di tempat pengap dengan bau yang cukup menyengat.
"Kakak nggak papa kalau mau bersihin, biar aku bantu. Maaf ya kak, kakak datang tapi disuguhi pemandangan yang tak mengenakkan."
Viona mengulas senyuman tipis dan geleng-geleng kepala. Ia membuka pintu kamar mandi, dan melihat juga isi didalamnya.
Nampak berantakan. Bahkan sabun mandi sudah terendam di dalam bak mandi.
"Ya Tuhan ..., benar-benar sangat jorok! Aku pikir dia pria yang suka kebersihan. Kalau gini aku tak yakin dia memakai pakaian bersih. Pasti pakaian yang dikenakannya tadi bau keringat. Ih, amit-amit!"
Dengan menggerutu, Viona keluar dari dalam kamar mandi menuju kamar. Dia ingin menggantikan pakaiannya sebelum melanjutkan aktivitas baru di rumah suaminya.
"Kakak, aku ambilkan kain pel dulu ya? Kakak bisa ganti baju dulu."
Sania langsung bergegas keluar untuk mengambil kain pel di teras belakang.
Sedangkan Viona langsung membuka koper dan menggantikan pakaiannya.
Viona memulai kegiatannya dengan membuka gorden dan juga jendela, dengan begitu udara akan masuk dan mengurangi bau yang kurang enak.
Viona juga mengambil pakaian dan juga barang yang berserakan kemudian merapikannya. Sprei, semua yang ada di ruangan itu diganti, dan ia langsung menyingkirkannya dengan memasukkan ke mesin cuci.
"Bagaimana dia bisa tidur dengan nyenyak? Untung saja tak ada ular yang nyempil di bawah bantal. Huh, amit-amit!"
Viona menggerutu sembari bersih-bersih. Setelah tertata rapi dia berniat untuk mencuci semua barang-barang yang kotor dan meminta iparnya untuk mengepel lantainya.
"Nia, kamu tolong pel lantainya ya? Kakak mau nyuci dulu. Nanti setelah selesai, kamu bisa langsung istirahat."
Sania mengangguk. "Baik kak."
Sania langsung mengepel lantainya, sedangkan Viona langsung mencuci kolor milik suaminya yang mungkin sudah seminggu tertumpuk di atas sofa.
Setelah selesai dengan pekerjaannya, Sania keluar dari kamar Dirgantara, meninggalkan Viona yang masih sibuk mencuci di kamar mandi.
Tidak sengaja gadis itu berpapasan dengan Dirgantara yang baru pulang dari kantor hendak melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya.
"Abang! Abang sudah pulang?" tanya Sania.
"Humm."
Hanya deheman yang menjadi jawabannya. Benar-benar sangat menyebalkan. Walaupun tampan, siapa juga yang mau berdekatan dengan pria jutek dan dingin seperti dia.
"Abang nggak ingin bertemu dengan kak Viona? Dia lagi ada di kamar, sedang bersih-bersih."
Dengan cepat Dirgantara menoleh pada Sania dengan memberikan tatapan datar tak berekspresi. "Memangnya penting?!"
Dengan arogannya pria itu langsung masuk ke ruang kerjanya meninggalkan Sania yang terbengong di luar pintu.
Sungguh tak berperasaan. Menikahi anak orang tapi tidak memiliki rasa kepedulian.
"Kenapa Abang begitu? Seharusnya dia senang dengan pernikahannya? Apa ada yang salah dengan kak Viona?"
Halo pembaca setia Novel, terimakasih sudah setia menemani hari-hari author dalam menciptakan karya-karya baru 💞 support terus karya author biar makin gercep bikin ceritanya hehe ...
Jangan lupa setelah baca tinggalkan jejak vote, like dan komen ya?? Buat penyemangat author 🥰🥰 matur nuhun 🙏🙏😊