Belenggu Cinta Tuan Muda Sombong
"Maaf Tuan, ruko anda mengalami kebakaran. Barang-barangnya sudah ludes terbakar."
Seorang karyawan mendatangi Arnav di kediamannya dan mengabarkan berita buruk padanya.
Seketika Arnav lemas, mendengar kabar yang tak mengenakkan. Hancur sudah harapannya ingin kembali membangun usaha kain yang pernah bangkrut akibat dibodohi oleh istrinya.
"Apa! Kebakaran? Bagaimana bisa? Siapa yang sudah tega membakarnya?"
Dengan dadanya yang bergemuruh panas, Arnav berusaha bangkit.
Hatinya terkoyak sedih, belum bisa mengembalikan pinjaman pada rekan bisnisnya, kini sudah ditambah lagi musibah rukonya terbakar.
"Untuk saat ini masih belum diketahui Apa penyebabnya, Tuan. Petugas masih melakukan pemeriksaan dan Tuan diharap untuk datang ke sana."
Arnav geleng-geleng kepala. Ia tak yakin dengan penjelasan karyawannya.
Bagaimana mungkin ruko yang belum satu bulan dibuka sudah terbakar. Sedangkan barang-barang baru datang dan itu semua hasil dari pinjaman.
"Tidak! Ini tidak mungkin. Kamu pasti berbohong kan?"
Dengan tatapannya yang meredup, Arnav mencoba untuk yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Apa yang dikatakan oleh karyawannya itu salah.
"Tidak Tuan, saya tidak berbohong Anda bisa menyaksikannya sendiri."
Seketika dadanya terasa sesak dengan tubuhnya gemetaran hebat.
Ditinggal oleh istrinya berselingkuh dengan laki-laki lain, dia harus membesarkan anak-anaknya seorang diri.
Dengan segala cara Arnav pertahankan untuk membahagiakan anak-anaknya, namun musibah datang tak mengenal waktu. Usaha yang baru dirintisnya kembali tumbang dengan meninggalkan puing-puing kehancuran.
"Tuan ..., Tuan tidak apa-apa kan?"
Karyawan itu langsung menangkap Arnav yang hampir tumbang. Dia memapahnya untuk didudukkan di sofa.
"Tolong antarkan aku ke ruko. Aku ingin melihat sendiri kondisinya."
"Tapi Tuan ..., kondisi Tuan ..?"
Pria itu mengkhawatirkan kondisi Arnav saat ini, begitu lemah dan tak berdaya.
Ia tak yakin Arnav bisa tegar setelah melihat rukonya yang terbakar dan menyisakan puing-puing bangunan.
"LEKAS ANTARKAN AKU KE SANA!"
"Baik Tuan."
Pria itu keluar dengan memapah Arnav menuju mobilnya yang terparkir di halaman rumah.
***
Setibanya di ruko, Arnav melihat sendiri banyak sekali orang-orang yang berkerumun melihat ruko yang sudah tidak berbentuk lagi. Bukan hanya rukonya Arnav saja yang terbakar, tapi api sudah merembet ke ruko lain dan tentunya sangatlah merugikan, dan Arnav lah yang harus bertanggung jawab.
'Ya Tuhan ..., ujian apalagi ini? Kenapa kau mengujiku tiada henti. Apakah aku sudah tak layak untuk menempati duniamu?'
Melihat bangunan luluh lantak, membuat arnav tak berdaya. Seakan-akan ia gagal menjadi seorang ayah yang bisa membahagiakan anaknya.
Ketiga anaknya masih berstatus sebagai pelajar, mereka butuh biaya besar dan dia ..., dia tidak bisa lagi membiayai dan mencukupi kebutuhan anaknya, bahkan untuk hutang-hutangnya sendiri dia tidak mampu untuk membayar.
'Maafkan Papa nak, Papa gagal menjadi orang tua yang baik dan tidak bisa membahagiakan kalian,' gumamnya dalam hati.
Beberapa orang datang menemui Arnav dengan tampangnya penuh amarah.
Orang-orang yang rukonya terbakar langsung meminta pertanggungjawaban Arnav seketika itu.
"Bagaimana ini Pak Arnav! Lihatlah usaha kami hancur lebur gara-gara kebakaran di rukonya Pak Arnav. Pokoknya kami tidak mau tahu! Pak Arnav harus bertanggung jawab!"
Arnav benar-benar bingung dikerubuni oleh banyak orang yang meminta pertanggungjawaban padanya.
Bahkan untuk saat ini ia tidak memegang uang sama sekali, atau bisa jadi uangnya sangatlah menipis.
"Sabar ya Pak, saya akan usahakan, namanya juga musibah," jawab Arnav.
"Sabar! Sabar! Musibah terjadi karena keteledoranmu. Seharusnya anda itu stand by di sini. Jangan kelayapan saja, jadi di saat ada konsleting listrik atau hal-hal yang tidak diinginkan, anda ada di tempat. Pokoknya kamu tidak mau tahu sekarang juga Kami minta pertanggungjawaban anda! Kami kasih waktu 24 jam mulai dari sekarang, cepat urus semua kerugian yang kami terima. Karena kebakaran ini kami kehilangan pekerjaan kami, Pak Arnav! Dan itu gara-gara kecerobohan anda!"
Mendapatkan tekanan dari orang-orang di sekelilingnya membuat denyut jantung Arnav berdetak begitu kencang.
Tubuhnya seketika lemas dan gemetaran. Bagaimana ia bisa mengurus semua kerugian yang dialaminya dalam waktu 24 jam? Seorang miliarder pun pasti tak akan sanggup menyiapkan banyak dana dalam waktu yang singkat.
Di saat masalah belum terselesaikan, datanglah kembali seseorang dari dalam mobil mewah dengan dua bodyguardnya.
Dirgantara, anak dari seorang pengusaha garmen datang untuk melihat suasana di rukonya Arnav.
Almarhum orang tuanya memberikan pinjaman banyak modal pada Arnav untuk kembali memulai bisnisnya, karena melihat kebakaran itu, Dirgantara tak yakin Arnav bisa mengembalikan uang orang tuanya, namun dia tak ingin dirugikan, mau tak mau, uang itu harus dikembalikan, atau apapun juga akan dilakukannya.
"Bagaimana kejadian ini bisa terjadi Tuan Arnav?"
Dirgantara melangkahkan kakinya mendekati Arnav dikawal oleh bodyguardnya.
Tatapannya begitu dingin namun terhalang oleh kacamata hitam.
"Tuan Dirgantara, saya tidak tau kenapa musibah ini terjadi. Saya baru datang setelah mendapatkan kabar dari karyawan saya," jawab Arnav.
Arnav berharap Dirgantara tak seperti pemilik ruko lainnya yang memintanya untuk segera bertanggungjawab.
Dirgantara anak orang kaya, tentunya ia masih punya banyak harta dan tidak mengandalkan uang orang tuanya yang dipinjam untuk modal usahanya.
"Kalau sudah seperti ini, apa yang bisa anda lakukan untuk membayar hutang anda pada orang tua saya. Saya datang kemari sengaja ingin meminta anda untuk membayarnya, tapi melihat kondisi anda yang seperti ini, apa yang bisa anda lakukan?"
Bagai teriris pisau yang tajam, satu persatu orang meminta pertanggungjawabannya, dan tak sepeser uang pun dipegangnya.
"Tuan Dirgantara, saya mohon pengertiannya, saya janji akan membayar hutang-hutang saya pada anda, tapi beri waktu saya untuk mendapatkan uang."
Dirgantara tersenyum smirk. Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh Arnav untuk mendapatkan uang? Sedangkan usahanya saja sudah ludes terbakar. Hanya tinggal sisa puing-puing bangunan yang sudah tak tertata rapi. Kobaran api saja masih belum sepenuhnya padam.
"Tuan Arnav, anda sadar dengan apa yang anda katakan barusan? Memangnya anda yakin bisa mendapatkan uang setelah usaha anda hancur? Lihatlah, ruko anda sudah terbakar habis, dapat uang dari mana anda untuk membayar hutang-hutang anda pada almarhum Ayah saya. Saya tidak mau tau Tuan Arnav, anda harus segera membayar hutang anda pada saya. Dulu Ayah saya sudah berbaik hati memberikan pinjaman pada anda, sekarang giliran anda yang harus berbaik hati untuk mengembalikan hutang-hutang anda. Saya kasih waktu sampai besok, jika anda tidak bisa membayarnya, maka anda tau sendiri apa yang akan saya lakukan!"
Kepala Arnav berdenyut denyut seakan mau pecah. Ia tak lagi punya tempat untuk mengadu. Istri tak punya, apalagi keluarga, dia tak mungkin membangunkan orang tuanya yang sudah mati untuk meminta bantuan.
"Tuan Dirgantara, saya mohon belas asih anda. Untuk saat ini saya masih belum punya uang. Saya janji akan membayarnya, tapi~~
"Saya tunggu sampai besok. Jika besok anda belum bisa mengembalikan uang saya, maka anak perempuan anda harus menjadi jaminannya!"
Dengan arogannya Dirgantara membalikkan badannya melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Arnav dengan sejuta kepedihan.
Halo brother, sister, ini novel baru author yang siap mengajak senam jantung. Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak vote, like dan komen ya??💃😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Ika Dw
oke siap 🤗terimakasih banyak udah mampir kak🙏🥰
2024-07-27
2
Aerik_chan
ceritanya seru kak...2 iklan mendarat dengan sempurna...yuka saling dukung kak
2024-07-27
1