Di usianya ke 32 tahun, Bagaskara baru merasakan jatuh cita untuk pertama kalinya dengan seorang gadis yang tak sengaja di temuinya didalam kereta.
Koper yang tertukar merupakan salah satu musibah yang membuat hubungan keduanya menjadi dekat.
Dukungan penuh keluarga dan orang terdekat membuat langkah Bagaskara untuk mengapai cinta pertamanya menjadi lebih mudah.
Permasalahan demi permasalahan yang muncul akibat kecemburuan para wanita yang tak rela Bagaskara dimiliki oleh wanita lain justru membuat hubungan cintanya semakin berkembang hingga satu kebenaran mengenai sosok keluarga yang selama ini disembunyikan oleh kekasihnya menjadi ancaman.
Keluarga sang kekasih sangat membenci seorang tentara, khususnya polisi sementara fakta yang ada kakek Bagaskara adalah pensiunan jenderal dan dirinya sendiri adalah seorang polisi.
Mampukah Bagaskara bertahan dalam badai cinta yang menerpanya dan mendapatkan restu...
Rasa nano-nano dalam cinta pertama tersaji dalam cerita ini.
HAPPY READING.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julieta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LOST CONTACT
Sudah tiga hari semenjak Bagaskara lost contact dengan Audry, keberadaan gadis itu seakan hilang tertelan bumi.
Bukan hanya tak membalas pesan yang dikirimnya, Audry juga tak kembali ke apartemen miliknya setelah sebelumnya ijin untuk pergi menemui pamannya yang kebetulan berada di ibukota.
Hanya satu pesan yang Audry kirimkan tiga hari sebelumnya kepada sang adik jika dirinya sedang ada sedikit permasalahan keluarga sehingga harus ikut sang paman pulang kerumah.
Resti yang tak ingin terlalu ikut campur dalam masalah pribadi Audry pun hanya menjawab “ok. Jika ada sesuatu, jangan sungkan untuk menghubungiku kapan saja”, itulah pesan terakhir Resti sebelum ponsel Audry mulai tak aktiv.
“Permasalahan apa yang sedang dihadapinya hingga dia mematikan ponsel dan menghilang tanpa jejak seperti ini”, batin Bagaskara cemas.
Karena khawatir dan penasaran akan permasalahan yang sedang dihadapi Audry, Bagaskara pun memberanikan diri untuk datang keperusahaan tempat Audry bekerja dengan harapan dia bisa bertemu dan berbicara dengannya.
Namun sayangnya harapan Bagaskara sirna ketika resepsionis perusahaan mengatakan jika Audry sedang cuti dan dia tak mengetahui kapan Audry kembali masuk karena hanya itu informasi yang bisa dia berikan.
Bagaskara yang merasa janggal dengan menghilangnya Audry yang mendadak berusaha mencari tahu lebih lanjut dengan memanfaatkan keahlian salah satu tim IT di kepolisian untuk mencari jejak keberadaan Audry, namun sayangnya usahanya kembali gagal.
Jejak terakhir ponsel Audry berada di sebuah restoran bintang lima yang berada tak jauh dari perusahaan tempatnya bekerja.
Selanjutnya, tak ada lagi jejak yang terlacak. Bahkan cctv sepanjang jalan raya pun tak menangkap keberadaan mobil yang Audry kendarai setelah keluar dari dalam restoran.
Seakan ada yang dengan sengaja menghapus jejaknya agar tak bisa ditelusuri keberadaannya.
“Pergerakannya sangat rapi dan terencana. Tampaknya ada orang hebat dibalik gadis ini sehingga jejaknya sama sekali tak bisa terlacak”, ujar Bondan menjelaskan.
Melihat Bagaskara meraup wajahnya dengan frustasi, Bondan yang satu angkatan dengan Bagaskara dan Rafli selama berada di AKPOL pun menatapnya iba.
“Apakah dia pacarmu ?”, tanyanya hati-hati.
Bagaskara hanya menggeleng pelan “Baru target, belum jadi”, ujarnya lesu.
Berbagai macam pikiran buruk mulai melanda Bagaskara mengingat jika Audry memiliki beberapa musuh yang mengincarnya akibat dirinya.
“Bagaimana Luna, apa ada pergerakan?”, tanya Bagaskara penuh selidik.
“Sepertinya dia mengalami depresi karena aku sempat melihatnya mendatangi psikiater bersama mamanya. Sementara Rianto, tak ada pergerakan yang mencurigakan dan sedang menunggu kasusnya dipersidangkan”,Bonda tampak menjelaskan semua hal mengenai hasil pemantaunnya terhadap Rianto dan keluarganya, terutama Luna yang sangat beresiko untuk kembali membuat ulah.
“Lalu, bagaimana dengan wanita itu. Apa ada kabar terbaru ?”, Bagaskara yang enggan menyebut nama Ningsih karena sudah sangat muak juga meminta bantuan Bondan untuk memantaunya dari jauh.
“Kondisi terakhir, dia masih berada di Perancis. Tampaknya wanita itu masih sibuk dengan sugar dadynya dan menghambur-hamburkan uang yang didapatkannya disana. Itu yang bisa aku dapatkan dari jejak digital miliknya. Tapi jika masalah diluar itu aku tak bisa memantaunya karena diluar nalar ”, ujar Bondan memberi penekanan dikalimat terakhirnya, membuat Bagaskara hanya bisa menghela nafas berat mengingat kembali penuturan abah Romlan semalam.
“Sebaiknya, keluargamu tetap berada didalam apartemen Audry karena disana tempat yang paling aman bagi mereka saat ini, terutama mamimu sampai abah menemukan cara yang lebih baik untuk menangkal serangan membabi buta yang dikirimkan Ningsih kepada kalian”.
Pesan yang dikirim oleh abah Romlan kembali berputar dalam benaknya, membuat Bagaskara yang telah menemukan rumah yang rencananya akan dia tempati bersama keluarganya di ibukota mengurungkan niatnya.
Dari abah Romlan, Bagaskara tahu jika apartemen Audry memiliki pelindung yang tak kasat mata sehingga berbagai kiriman magic Ningsih tak bisa menembusnya.
Jika sebelumnya Bagaskara akan merasa bahagia karena dengan keluarganya tetap berada di apartemen Audry maka peluangnya untuk lebih dekat dengan gadis itu semakin terbuka lebar.
Namun sekarang, setelah tiga hari dia kehilangan kontak dengan Audry hatinya pun mulai merasa resah.
Perasaan tak enak hati mulai bercokol didalam kepalanya “Apakah Audry pergi karena merasa terganggu dengan keberadaan keluargaku ditempatnya. Jika seperti itu, seharusnya dia bilang kepadaku, bukan menghilang seperti ini”, batin Bagaskara penuh kecemasan.
Bondan yang melihat Bagaskara melamun hanya membiarkannya karena dia mengerti akan apa yang sedang dirasakan oleh sahabatnya itu dan memilih membiarkannya sementara dirinya kembali meneruskan beberapa pekerjaan yang semapt dia tunda dengan kedatangan Bagaskara tadi.
Bukan hanya Bagaskara saja yang merasa frustasi, Melvin juga merasakan hal yang sama ketika menyadari ponsel Audry tak aktiv selama gadis itu cuti.
Axel yang sudah tahu alasan kenapa Audry cuti pun hanya bisa menutup mulut dan memberi gadis itu waktu untuk memikirkan semuanya.
Dia sangat berharap, Audry tak jadi mengundurkan diri dan tetap memilih untuk bertahan di PT. HG meski nanti dia akan sering ijin tak masuk kerja namun itu tak mengapa asalkan Axel tak kehilangan karyawan berpotensi seperti Audry.
Bahkan Axel yang sempat mendiskusikan hal ini dengan maminya sempat terpikir untuk mengikuti saran Marina untuk menjadikan Audry pasangan hidupnya.
Meski saat ini tak ada cinta didalam hatinya selain kekaguman, namun Axel juga tak naif jika dirinya bisa dengan mudah menumbuhkan rasa tersebut jika memang Audry bersedia menerima lamarannya.
Sementara itu gadis yang saat ini membuat kacau pikiran semua orang sedang asyik menikmati makan siang bersama keluarganya.
Ya...Audry kini berada di negeri pizza dimana kedua orang tua dan keluarga besar papinya tinggal.
Meski tak ingin terjun kedunia bawah, tapi sebagai seseorang yang memiliki darah Raffelly hal tersebut tak mungkin untuk dia abaikan begitu saja.
Dan disinilah dia berada sekarang, dimansion keluarga Raffelly untuk menghadiri pengukuhannya sebagai penerus mereka yang akan menguasai wilayah Asia dan sebagian wilayah timur tengah yang sebentar lagi akan dia pegang.
Audry harus melakukan rangkaian simbolis pengukuhan dirinya sebagai Quen Oscurita (oscurita adalah nama mafia milik keluarga Raffely)
Dengan dikukuhkannya Audry malam nanti maka keberlangsungan organisasi dan perusahaan yang berada dinegara yang menjadi wilayahnya secara otomatis menjadi tanggung jawabnya.
Setelah Audry menjadi Quen Oscurita, apakah dia akan menghilangkan rasa cinta yang mulai tumbuh didalam hatinya untuk Bagaskara?
Memilih untuk jujur dan berjuang bersama atau langsung membunuh perasaan tersebut begitu saja tanpa berusaha merupakan pilihan yang cukup sulit untuk Audry saat ini.
Tapi yang jelas, penobatan dirinya sebagai Quen Oscurita tak bisa dia hindari dan sekarang dia hanya pasrah menjalani takdir yang memang sudah digariskan kepadanya meski sebelumnya sempat berusaha untuk menghindarinya.