Gadis yang tengah patah hati karena kekasihnya kedapatan tengah bermesraan di dalam kamar dengan adik tiri itu memilih pergi ke sebuah pulau untuk menenangkan hatinya. Ia merasa begitu hancur setelah kematian sang ibu, karena ayahnya menikah lagi. Dan hal tergilanya, adik tirinya tidur dengan kekasihnya sendiri. Dalam kekalutan, ia memilih pergi ke sebuah club malam untuk melampiaskan kemarahannya. Namun kondisinya yang tengah mabuk membuat ia tak sadar dan merayu seorang pria hingga malam itu menjadi malam terburuk dalam hidupnya. Ia kehilangan mahkota yang telah ia jaga selama ini. Hidupnya bahkan semakin hancur setelah pria yang telah merenggut kesuciannya itu datang dan terus mengusik kehidupnnya. Sampai pada akhirnya ia positif hamil dan mencoba mengakhiri kehidupannya yang begitu rumit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nickname_12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Balasan Untuk Jenny
Jenny tergelatak tak berdaya dengan kaki dan kepala yang di perban, serta sebelah tangan terdapat jarum infus. Leon memandang jengah ke arah Jenny yang tengah menangis merengek pada sang kakek. Jenny juga melirik pada Leon yang ikut datang ke rumah sakit.
"Lain kali kamu hati hati, kakek tidak ingin melihatmu celaka lagi, dan kamu!!” Tunjuk sang kakek pada Leon. "Jaga sepupumu dengan baik.”
"Dia saja yang bodoh, tau jika mengemudi dalam kondisi mabuk itu bahaya, tapi masih saja mengemudi.” Balas Leon sambil sibuk memainkan game di ponsel nya.
"Jangan katai cucu kesayanganku bodoh atau kamu takan ku beri warisan.”
"Jangan terlalu pilih kasih, karena cucu kesayangan kakek bahkan tak berguna sama sekali.”
"Kakek...lihat lah Leon, dia begitu jahat menghinaku hiks.” Jenny merengek pada kakeknya membuat Leon tersenyum smirk.
"Cup cup cup kamu tenang lah, aku akan menghukum nya setelah kamu sembuh.” Leon sendiri tersenyum smirk ke arah Jenny yang manja, ia kemudian berniat untuk menghadiahi Jenny gempuran bogem mentah setelah kakeknya pergi, ayah Jenny sendiri telah pulang ke rumah nya, lantaran kakek Jenny mengomeli nya sebagai orangtua yang lalai dan bodoh tidak tahu kemana putri nya itu pergi.
"Kakek, bisakah kau minta padanya agar menjaga dan menemaniku selama aku di rumah sakit.” Mohon Jenny pada kakek nya.
"Tentu saja, tanpa lo minta gue akan di sini, menemani lo.” Terang Leon sambil tersenyum manis. Membuat Jenny bahagia.
"Nah jika seperti ini kan kamu terlihat cerdas Leon.” Balas sang kakek.
"sebenarnya Leon lebih suka terlihat bodoh, dibanding pura pura baik kek.” Balas Leon membuat kakek nya begitu geram.
"Thank you Leon, lo mesti tanggung jawab atas ini semua bukan.” Ucap Jenny.
"Heh stupid girl, lo yang berbuat tapi memaksa orang lain bertanggung jawab.”
"Sudahlah terima saja perintah nya, sekarang biarkan kakek pergi dan kamu tetap di sini.”
"Apa kakek tidak ingin diantar.”
"Tidak, aku bisa meminta supir ku untuk menjemput.”
"Baguslah, setidaknya tidak menyusahkan Leon.” Balas Leon seketika mendapat ketukan tongkat sang kakek di kepala nya.
"Aw..” ucap Jenny yang melihat kepala Leon diketuk dengan tongkat sang kakek, sedang Leon sendiri memegangi kepalanya yang terasa sakit, sambil mengumpati dalam hati sang kakek.
"Kakek pulang dulu, kamu berhati hati lah, dan cepatlah membaik agar cepat kembali kerumah.” Ucap sang kakek pada Jenny.
"Tentu kek.” Balas Jenny dengan tersenyum manja, kemudian sang kakek pun pergi meninggalkan kedua cucu nya. Leon bangkit dan mencoba melihat kakek nya, dan kursi roda kakek nya pun telah di dorong oleh asisten nya jauh menuju pintu keluar, leon kemudian tersenyum smirk ke arah Jenny yang tengah memijat pipi nya yang terasa ngilu akibat benturan.
"Baiklah sekarang hanya tinggal kita berdua.” Ucap Leon seraya mendekat ke arah Jenny, Jenny sendiri tak menaruh curiga pada leon, lantaran ia sudah hafal jika sepupu nya itu memiliki seribu akal bulus untuk mengerjai nya.
"Kaki gue beneran sakit, jadi please lo jangan mulai leon.” Ucap Jenny pada leon.
"Wow, gue bahkan tidak melakukan apapun pada lo Jenny.”
"Tapi gue tau isi kepala lo tolol.”
"Oh ya...kalau begitu keluarkan isi kepala lo, gue mau lihat, apa didalam nya terdapat otak.” Ketus Leon yang begitu kesal pada sepupu nya itu, bagaimana bisa Jenny yang sadar tengah mabuk, dengan sengaja membawa mobil nya sendiri.
"Lo hanya begitu khawatir dengan gue Leon, dan lo gak mau gue kenapa napa bukan.”
"Ow...tentu Jenny, tentu gue khawatir dengan lo.” Balas Leon seraya mendekat kan tubuh nya pada Jenny. Jenny memandang lekat pada wajah Leon, membuat Leon begitu muak dengan tatapannya.
"Leon lo tahu gue tengah sakit.”
"Yang sakit hanya kaki dan otak lo sedang yang lain tidak.” balas Leon seraya mendekat.
"Leon please jangan ganggu gue.”
"No...gue gak ganggu lo Jenny, gue cuma ingin memastikan kalau tulang lo baik baik saja.” Balas Leon seraya menggerakan tangannya membelai paha Jenny, membuat Jenny terperanjat kaget saat tangan Leon dengan sengaja membelai pahanya dengan begitu lembut, seketika tangan Jenny bergerak mencegah, namun Leon dengan cepat mencengkram tangan Jenny.
"Nurut, atau gue bakal tekan keras kaki lo Jen.” ancam Leon pada sepupunya, tanpa perduli pada kondisi kaki Jenny yang tengah di gips.
"Leon please jangan.” Mohon Jenny saat tangan Leon semakin nakal bergerak menyusuri bagian sensitifnya.
"Ini yang lo mau bukan." Jawab Leon dengan seringai jahatnya. Tak dipungkiri Jenny teramat menyukai setiap sentuhan yang dilakukan oleh sepupunya itu, namun ia sadar betapa kakinya begitu sakit. Apalagi jika sampai ia nanti akan mencapai puncaknya.
"Leon please hentikan." Ucap Jenny dengan nafas memburu dan dada naik turun mencoba melepaskan diri.
"Nikmati bodoh, lo suka permainan yang satu ini bukan?.” Ucap Leon sambil mencengkram sebelah tangan Jenny, sedang sebelah tangan lain Jenny terdapat jarum infus dan ngilu saat digerakkan. Satu tangan leon kini menyusup masuk kedalam pakaian Jenny.
"Leon, please jangan ah…” mohon Jenny yang mulai terangsang, kakinya semakin terasa sakit karena ia mulai menahan sesuatu yang nikmat.
"Lepas bodoh, please jangan... kaki gue sak.. aaah..” ucap nya sambil terus meritih dan menggigit bibir.
Leon sendiri sengaja melakukannya, agar kaki Jenny nantinya kram dan ia akan kesakitan setelah mencapai puncak.
"Ah Leon please sakit, Leon... fuck you leon.”
"Nikmat bukan.” Ucap Leon pada sepupunya sambil terus melancarkan aksi jemarinya.
"Leon gue gak kuat Leon aaaaarrrggghhhttt …” tubuh Jenny bergetar.
"Aduh!!" Teriakan Jenny pecah, membaur antara nikmat dan sakit yang menusuk hingga ke tulang-tulang kakinya yang dibalut gips. Air mata perih mengalir deras, menemani rasa ngilu yang memuncak saat birahi dan rasa sakit berkelahi dalam tubuhnya. "Leon, kaki gue sakit Leon!" suaranya bergetar hebat, mencoba menahan tangis. Namun, Leon hanya mendengus dingin, melangkah tenang menuju wastafel untuk mencuci tangannya. Setelah itu, ia merebahkan diri di sofa, sengaja memalingkan wajah dari Jenny. Rasa puas menyelubungi hatinya, berhasil memberi pelajaran pada Jenny yang selalu manja dan merepotkan. Kesakitan yang dialami Jenny semakin menjadi-jadi. Kakinya bukan hanya sakit, tetapi juga mulai kram. Sementara itu, Leon terlelap dengan tenangnya di sofa, tak peduli akan derita yang sedang Jenny alami. Jenny menatap Leon yang tidur pulas dengan pandangan yang membara, rasa sakit dan geram bercampur menjadi satu. .
"Leon lo bangsat!! Lo sengaja bikin gue semakin sakit hiks.” Dalam jeritan kesakitan, Jenny menekan bel bantuan dengan susah payah. Sesaat kemudian, seorang perawat memasuki ruangannya, namun menolak permintaan Jenny akan obat pereda nyeri. "Maaf, nona, dokter telah memutuskan untuk tidak memberikan lebih banyak obat kepada Anda, terutama setelah kejadian mabuk Anda, dan mengingat operasi kaki Anda sebentar lagi." Jenny merasakan frustasi dan sakit yang membara, melampiaskannya dengan mengutuk Leon yang pura-pura tidur pulas di sampingnya. Leon, dengan mata tertutup, tersenyum simpul di dalam hatinya. Melihat Jenny yang biasanya manja kini merintih dalam kesakitan adalah balasan yang sempurna menurutnya. "Ini hadiah yang setimpal, anak manja," gumamnya, senang melihat Jenny berjuang melawan rasa sakitnya sendirian.
nanti pusing sendiri loe milih yg mana
blm nanti rebutan sama Oliver