Hidup seorang Aellyn Kiran Cayle ( 20 ) selalu berjalan mulus tanpa hambatan. Ia selalu mendapat kasih sayang yang lebih dari keluarganya. Sejak kecil, ia sudah terbiasa hidup bergelimang harta.
Namun, kehidupan Aellyn yang sangat nikmat itu harus berakhir karena kebodohannya yang selalu mempercayai semua kata-kata dusta dari sahabat dan juga kekasihnya.
Hidup Aellyn hancur sehancur-hancurnya, apalagi saat dua manusia biadab itu mengakui perselingkuhan mereka.
Dan pada hari itu juga, dua manusia biadab yang sangat ia percayai itu benar-benar mengakhiri hidupnya dengan memisahkan jiwa dari raganya.
Semua nya terasa seperti mimpi, sampai Aellyn tiba-tiba terbangun di dalam sebuah kamar yang terasa tidak asing baginya.
Dan Aellyn lebih terkejut lagi saat ia melihat kalender yang menunjukkan bahwa ia berada di tahun 2023, 8 tahun yang lalu, saat kehancuran hidupnya di mulai.
"Ternyata tuhan cukup berbaik hati memberikanku kesempatan untuk membalaskan dendam kepada kalian."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizkook lovers, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 04
Melihat sang istri yang sangat antusias saat memilih kado untuk Leon membuat hati Re menghangat. Ia tak berhenti tersenyum, apalagi saat Aellyn meminta pendapatnya tentang beberapa barang yang sudah gadis itu pilih.
Biasanya Aellyn selalu bertindak semaunya, tidak peduli dengan pendapat dan kritikan dari orang lain terutama Re. Namun, hari ini Aellyn dengan suka rela meminta pendapat Re dan menuruti semua yang Re katakan seperti saat ini, ketika Aellyn menemukan sebuah kemeja yang menurutnya bagus tapi Re berkata yang sebaliknya.
"Leon memiliki karakter yang cold, pendiam dan juga keras. Baju dengan warna cerah mungkin akan kurang cocok untuknya."
Aellyn mengangguk pelan. Matanya bergulir melihat satu persatu pakai yang tergantung disana.
Sang nyonya muda tersenyum lebar saat matanya menangkap keberadaan sebuah jaket denim hitam yang terlihat sangat keren.
"Bagaimana dengan ini?" Ia mengambil jaket itu dan menunjukkannya pada sang suami.
Re mengangguk pelan. "Itu sangat bagus, seperti juga sangat cocok untuk Leon."
"Baiklah, aku ambil yang ini. Ayo kita bayar!" Seru Aellyn dengan senyuman lebar, menarik tangan Re untuk pergi membayar jaket tersebut.
Selesai membeli jaket, Aellyn kembali menarik Re menuju toko sepatu.
Begitu banyak sepatu dengan merek ternama terpajang disetiap dinding dan juga rak di dalam toko tersebut.
Seorang penjaga toko menyapa keduanya dengan ramah ketika mereka memasuki toko tersebut.
"Selamat siang tuan dan nyonya, selamat berbelanja."
"Apakah ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan itu setelah menjeda ucapannya beberapa saat.
"Tidak, kami akan melihat-lihat terlebih dahulu, terimakasih." Aellyn membawa Re untuk masuk lebih dalam, meninggalkan pelayan yang sejak tadi menatap suaminya dengan tatapan kagum penuh minat.
Dia suamiku!
Mata Aellyn berkeliaran kesana kemari, menelisik satu persatu sepatu yang ada disana dengan jeli hingga ia menemukan sepatu yang menurutnya akan keren jika dipakai oleh Leon, apalagi merek sepatu itu adalah merek sepatu kesukaan Leon.
"Bagus tidak?"
"Bagus."
Aellyn sangat senang, ia hendak pergi membayar sepatu itu namun suara Re menghentikan langkahnya. "Tapi apakah itu ukuran kaki Leon?"
Aellyn terdiam, ia kembali mengamati sepatu dalam genggamannya.
Sepatu itu terlihat sedikit kecil, mungkin tidak akan muat untuk kaki Leon yang besar. Tapi tak masalah, pasti toko besar itu memiliki ukuran lain di gudang.
Tapi yang menjadi masalah sekarang adalah,,,
"Berapa ukuran sepatu Leon?" Aellyn menoleh pada sang suami dengan wajah polos yang nampak kebingungan.
"Kamu tidak tau?" Aellyn menggeleng sebagai jawaban.
"Aku juga tidak tau. Bagaimana jika kita tanyakan pada Leonnya langsung?" Re sudah siap memencet tombol panggil pada handphonenya sebelum Aellyn merampas benda itu dengan kasar.
"Leon pasti akan langsung tau jika aku ingin membelikannya sepatu, tidak, aku tidak mau. Hadiah itu rahasia. Tidak akan seru jika dia tahu lebih dulu," ucap Aellyn menggebu-gebu dengan bibir yang mengerucut. Oh lucu sekali istri kecilnya, Re jadi ingin memakan Aellyn sekarang juga.
"Baiklah, kalau begitu kita telpon yang lain saja. Mungkin mommy atau Leona?" saran Re.
Lagi-lagi istri kecilnya menggeleng. Re jadi bingung. Lalu bagaimana mereka akan tau ukuran sepatu Leon kalau seperti ini terus?
"Hehehe,,,Suamiku sayang,,," Aellyn tidak tersenyum lebar ke arah Re, senyuman gadis itu terlihat aneh, sangat mencurigakan.
"Kita beli semua ukurannya saja ya?"
Re memijat pelipisnya, pening akan tingkah sang istri. Tapi bukan Re Alderaldo Cayle namanya jika tidak bucin. Re tidak mungkin menolak apapun permintaan Aellyn, termasuk yang satu ini.
Anggukan dari Re membuat Aellyn memekik senang, sangking senangnya, gadis itu sampai mencium bibir Re.
Tubuh Re membeku seketika, debaran jantungnya tak terkontrol, berdentum keras seolah siap membobol dada bidang laki-laki itu. Sedangkan pelaku yang membuat Re seperti ini malah sudah kabur, pergi menghampiri pelayan untuk melakukan transaksi jual-beli.
Selesai dari toko sepatu, Aellyn kembali membawa Re untuk berkeliling mall.
Re yang kedua tangannya sudah penuh oleh barang belanjaan sang istri pun hanya bisa menurut tanpa ada niatan untuk mengeluh sedikitpun. Re tidak masalah, yang terpenting ia bisa menghabiskan waktu berdua dengan Aellyn.
Yeah, cinta memang buta, cinta memang tuli dan cinta membuat manusia mati rasa.
Langkah Aellyn tiba-tiba terhenti kala netra legamnya menangkap keberadaan dua manusia yang paling ia kenal tengah bercanda gurau dengan satu cup ice cream ditangan yang lebih muda.
Kedua tangan Aellyn terkepal kuat, ia marah, ia kecewa karena orang-orang yang membuat hidupnya menderita dimasalalu malah bersenang-senang didepan matanya.
Manusia-manusia tidak tahu diri, aku akan membalas semua yang kalian lakukan padaku dimasalalu.
"Sayang,,," Suara berat Re menyadarkan Aellyn dari lamunannya.
"Kamu melamun?" Re menatap cemas pada sang istri.
Aellyn menggeleng pelan. "Aku hanya tiba-tiba merasa lapar, bagaimana kalau kita pergi ke restoran sushi dan memesan banyak makanan? Bukankah berbelanja itu melelahkan?"
Re mengangguk menanggapi ucapan sang istri. Aellyn benar, berbelanja memang sangat melelahkan, ia saja sudah merasa lapar sekarang, padahal tadi ia sudah makan banyak.
•
Aellyn sangat senang hari ini, karena selain membeli kado untuk Leon, ia juga membeli banyak baju baru untuk dirinya sendiri dan satu stel pakaian kantor untuk Re.
Kepulangan Re dan Aellyn langsung disambut oleh seluruh pelayan rumah yang sudah berdiri berjajar disepanjang koridor yang menghubungkan pintu utama dengan ruang tengah.
Aellyn memeluk lengan Re, sedangkan dibelakang mereka ada sekitar 4 orang bodyguard dengan pakai serba hitam membawa barang belanjaan Aellyn.
"Selamat datang kembali dirumah, tuan dan nyonya. Makan malam sudah siap, kami akan menghidangkannya segera," Sambut bibi Ahn setelah keduanya sampai diujung koridor.
"Kami baru saja dari restoran sushi, jadi kami masih kenyang."
Bibi Ahn mengangguk pelan atas ucapan Re. "Saya akan menyimpan makanannya didalam kulkas, jika tuan dan nyonya merasa lapar ditengah malam, tinggal panaskan saja sebentar."
Anggukan pelan Re berikan sebagai respon sebelum pergi menuju kamar utama karena Aellyn yang terus saja merengek, sepertinya gadis itu kelelahan setelah menguras habis uang dari salah satu kartu hitam milik Re.
"Huhuhu,,,kakiku lelah sekali."
Re tersenyum tipis mendengar rengekan Aellyn, apalagi saat gadis itu menyandarkan kepalanya di lengan kekar Re lalu mendongak dengan mata anak anj-ing yang menggemaskan.
"Mau digendong?"
Oh lihatlah bagaimana lucunya rambut Aellyn yang bergerak naik turun ketika si empunya mengangguk.
Andai saja Aellyn sudah siap untuk melakukan itu, mungkin sekarang Re sudah menerkamnya, di lorong menuju kamar utama. Toh tidak akan ada yang melihat mereka karena hanya orang-orang tertentulah yang boleh berkeliaran di lantai paling atas, tempat kamar utama berada.
•Bersambung•