Terjebak Hasrat Kakak Ipar

Rihanna tersentak kaget begitu saja untuk beberapa waktu, seketika dia membuka bola matanya dengan cepat, rasa pusing dikepala nya tiba-tiba mendominasi.

Seketika dia sadar jika mereka telah tiba di perusahaan Cooper group company.

Perempuan itu jelas mengerut kan kening nya saat dia tahu jika laki-laki pemaksa itu sudah tidak ada lagi dihadapan nya.

Kemana?.

Dia jelas bertanya-tanya didalam hati nya.

Secara perlahan perempuan itu melepas kan safety belt milik nya, kemudian mencoba untuk turun dari mobil tersebut.

Begitu dia turun, tahu-tahu seseorang menundukkan kepalanya kea arah diri nya.

"Anda sudah bangun, Miss?"

Seorang laki-laki bicara kemudian mempersilahkan Rihanna mengikuti langkah nya.

Perempuan itu jelas terkejut saat seseorang tahu-tahu muncul di hadapan nya.

Dia mencoba untuk mengingat-ingat wajah tidak asing tersebut.

Ah itu asisten dan sekretaris pribadi Cooper.

Laki-laki yang menjemput nya si Bandara tempo hari sebelum pernikahan kakak nya.

"Dimana Cooper?"

Kali ini Dia cukup malas memanggil laki-laki itu kakak ipar, bagi nya laki-laki itu tidak pantas di panggil kakak, dia lebih pantas memanggil nya laki-laki bajingan.

Rasa marah, kesal dan jijik nya pada laki-laki itu kini bercampur aduk menjadi satu, membuat dia benar-benar tidak menyukai Cooper.

"Tuan sudah berada didalam kantor nya"

Mendengar jawaban laki-laki tersebut jelas membuat Rihanna mengerut kan keningnya.

Kenapa laki-laki itu tidak membangunkan dirinya?!..

Seolah-olah tahu apa yang difikirkan perempuan di samping nya, Arlan berkata.

"Tuan bilang Anda mungkin masih lelah karena urusan pernikahan kemarin, jadi beliau berkata biarkan anda meneruskan untuk beristirahat sejenak"

Ucap laki-laki itu tiba-tiba.

"Ya?"

Lagi Rihanna mengerutkan keningnya.

"Di ruangan tuan ada ruang khusus Istirahat juga, anda bisa melanjutkan istirahat disana"

Lanjut laki-laki itu lagi.

Alih-alih peduli dan paham dengan maksud ucapan laki-laki itu, Rihanna lebih memilih diam dan mengikuti langkah laki-laki tersebut.

Dia baru tahu perusahaan Cooper sebesar ini, bola mata Rihanna terus menatap ke sekeliling nya.

Beberapa orang terlihat menundukkan kepala mereka kearah Rihanna, beberapa lainnya menampilkan senyuman terbaik mereka.

Perempuan itu membalas sapaan orang-orang tersebut sambil terus bergerak mengikuti langkah laki-laki yang ada dihadapan nya itu.

"Apakah kakak ku sering kemari sebelumnya?"

Tanya Rihanna tiba-tiba ketika mereka telah masuk ke dalam kaca elevator menuju ke lantai 27 di atas sana.

"Maksud nya, Miss?"

Arlan bertanya Sambil menoleh kearah Rihanna, ekspresi laki-laki itu sedikit aneh.

"Kakak ku, Elia. Apa dia sering kemari sebelum acara pernikahan kemarin?"

Lanjut Rihanna lagi.

"Saya rasa tidak, hubungan tuan dan Miss Elia tidak di bilang baik-baik saja"

Mendapatkan jawaban seperti itu seketika Rihanna mengerut kan keningnya.

"Maksud nya?"

Tanya Rihanna sedikit bingung.

"Apa tuan belum bilang sebelumnya?"

Tanya laki-laki itu kemudian.

Rihanna jelas menggelengkan kepalanya secara perlahan, masih tidak paham dengan ucapan laki-laki tersebut.

"Mungkin nona Elia menyukai tuan Cooper, tapi tidak dengan tuan sendiri"

Sejenak Rihanna terlihat diam, dia menatap wajah laki-laki dihadapan nya itu untuk beberapa waktu.

"Pernikahan itu hanya sebuah ikatan kerja sama, jangan terlalu difikirkan, orang-orang sering melakukan nya"

Mendengar ucapan Arlan sejenak Rihanna mengerut kan keningnya.

"Apa anda tidak menyadari nya Miss?"

Tahu-tahu laki-laki itu berbalik menatap dirinya.

"Kepulangan Anda sengaja direncanakan oleh seseorang untuk sebuah rencana"

Tringgggg

Setelah berkata begitu tiba-tiba pintu elevator kaca tersebut terbuka secara perlahan.

Rihanna sejenak tercekat, dia membulatkan bola matanya untuk beberapa waktu.

"Apa?"

Perempuan itu bertanya dengan suara tercekat, dia sedikit tidak paham dengan maksud ucapan dari laki-laki tersebut.

Rihanna mencoba menahan gerakan Arlan, tapi tahu-tahu Cooper sudah berada tepat di hadapan mereka.

"Kau sudah datang?"