Elara tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah dirinya sadarkan diri. Tubuhnya yang terasa remuk dengan pakaian yang sudah berceceran di lantai.
"Apa yang terjadi padaku?"
Elara ingin sekali menyangkal apa yang terjadi pada dirinya, tapi keadaannya yang sudah menjelaskan semua apa yang tengah dia alami meskipun tidak tahu siapa yang tega melakukanya. Malam itu dunia Elara hancur saat kesuciannya di rampas oleh orang yang tidak dia tahu sama sekali.
Setelah lama dalama kesulitan bersama buah hatinya, tiba-tiba seseorang yang tidak dia kenal datang dan membuat kehidupannya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keputusan Alber
Noah tidak lama berada di rumah orang tuanya, ia tahu Berlin pasti tidak akan suka dengan Elara, tapi itu sama sekali tidak dipedulikan Noah.
Kali ini Noah bersama Oscar untuk kembali kerumah sakit putranya dirawat, Noah duduk dibelakang bersama Elara, sedangkan Oscar duduk dibalik kemudi.
Elara sejak tadi hanya diam saja, wanita itu memiliki menyandarkan kepalanya di bahu Noah dan tangannya sejak tadi digenggam dengan Noah.
"Oscar bagaimana rumah yang aku minta," Tanya Noah pada Oscar yang fokus menyetir.
"Sudah deal tuan, anda bisa langsung menempati setelah tuan muda keluar dari rumah sakit," jawaban Oscar membuat Noah tersenyum puas.
Tangannya Noah yang menganggur mengusap kepala Elara lembut karena sepertinya wanitanya ini terlihat mengantuk.
"Bagus, aku akan tinggal di sana bersama anak dan istriku, kau pastikan keamanannya dengan baik." Titah Noah.
"Baik tuan,"
*
*
Di rumah sepeninggalan Noah, Berlin sejak tadi tidak berhenti bicara yang bukan-bukan tentang wanita yang Noah bawa sebagai istrinya, Berlin tidak bisa menyembunyikan ketidaksukaannya pada Elara, wanita itu dengan terang-terangan menunjukkannya pada Alber.
"Aku yakin jika publik tahu dari mana asal wanita yang Noah nikahi, pasti mereka akan menggunjing kelurga Jhonson yang menjijikan!" Berlin terus saja mengeluarkan hinaan untuk Elara, wanita itu tidak peduli jika suaranya begitu menggema dan di dengar para pelayan yang bekerja.
"Kau harus melakukan sesuatu Alber, aku tidak mau keluarga Jhonson malu memiliki menantu miskin yang tidak jelas asal usulnya!"
"Berlin!!"
Wanita itu langsung mengatupkan bibirnya rapat saat suara Alber menggema di seluruh ruangan dengan tatapan tajamnya.
Tenggorokan Berlin terasa tercekat tidak bisa mengeluarkan suara lagi, seolah suara lantangnya tadi hilang ditelan bumi.
Tanpa bicara lagi Alber langsung menghubungi seseorang yang membuat mata Berlin melebar seperti ingin lepas.
"Kau tidak pernah bercermin dengan dirimu sendiri, seharunya aku sudah lama melakuka ini." Setelah mengatakan itu dad Alber langung pergi meninggalkan Berlin yang berteriak memanggilnya namun tidak bisa menjangkau suaminya dengan kakinya yang terasa lemas.
Berlin menjatuhkan tubuhnya kelantai sambil menangis. Hingga beberapa saat kemudian dua orang pria masuk dan membawanya pergi dari kediaman Alber.
Cukup sudah selama ini kesabaran Alber diuji dengan Berlin yang egois dan mementingkan dirinya sendiri, inilah Berlin yang melupakan niat baik Alber, ternyata wanita itu tidak pernah berubah, selalu suka merendahkan orang lain.
*
*
Elara membuka matanya saat merasakan tubuhnya seperti melayang, dan ternyata Noah baru saja mengendongnya untuk keluar dari mobil.
"Turunkan aku," Suara Elara membuat Noah menunduk dan ternyata Elara sudah membuka matanya.
"Tidak apa, kau tidak begitu berat." Jawab Noah tidak mempedulikan ucapan Elara.
"Tuan, tapi ini-"
Cup
"Ternyata kau suka sekali aku cium, tidak masalah mau seberapa banyak kau memanggilku seperti itu, karena itu sangat manis." Noah tersenyum smirk membuat Elara menundukkan wajahnya bersembunyi didada bidang Noah karena merasa malu.
Bukan hanya malu karena di cium, tapi kini mereka sedang berada dirumah sakit dan banyak orang yang melihatnya, Noah benar-benar membuatnya malu sampai tidak berani menunjukan wajahnya sangking malunya.
Melihat Elara yang menyembunyikan wajahnya membuat Noah tersenyum menyeringai.
Elara begitu manis saat malu-malu seperti ini, rasanya Noah ingin melemparkan Elara ke atas rajang dan mengungkung tubuh Elara dibawahnya. Tapi mengingat Elara yang baru saja melahirkan membuat Noah harus bersabar untuk bercinta kembali dengan wanita yang kini sudah menjadi istrinya.
Sampainya diruangan khusus bayi, Noah menurunkan Elara dari gendonganya, tapi tangan pria itu tetap saja merangkul pinggang Elara posesif.
Elara menyentuh kaca seolah sedang menyentuh bayinya, kedua matanya berkaca-kaca melihat bayinya yang masih terbaring di dalam tabung inkubator.
"Dia akan cepat sehat, setelah itu kita akan tinggal bersama untuk merawatnya." Bisik Noah disamping telinga Elara, Noah berdiri dibelakang Elara dan memeluk wanita itu dari belakang.
Elara hanya bisa berdoa untuk kesehatan bayinya, dirinya bertahan hanya demi bayinya, dan sekarang bayinya yang harus bertahan untuk bersamanya.
"Ibu menunggumu sayang," Lirih Elara dengan air mata yang mengalir.
