Mikayla gadis cantik berusia 19 tahun ini harus menjadi Kekasih Kontrak seorang Dosen, selain menjadi Pacar kontrak ia juga harus menjadi budak ranjang Dosen nya yang bernama Theo Felix yang berumur 29 tahun. Wajah tampan nya memang memikat hati semua kaum hawa, namun sikap nya yang Arogan membuat Mikayla harus banyak bersabar demi kesembuhan Nenek nya yang sedang berada di rumah sakit. Theo selalu melampiaskan kekesalan nya kepada Mikayla, padahal semua itu di sebabkan oleh kelakuan Chealsea yang selama ini mengikatnya tanpa hubungan yang pasti. Sikap Theo yang munafik membuatnya tidak sadar wanita mana yang ia cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fitryas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Theo membaringkan tubuhnya di samping tubuh Mikayla, di peluknya wanita yang tengah tertidur itu.
Ada perasaan menyesal namun egonya juga lebih tinggi, Theo semakin mengeratkan pelukanya dan mencium pucuk kepala wanita itu.
“Ini bukan salahku.” Ucap Theo sesaat sebelum ia tertidur.
Pagi menjelang, Theo lebih dulu bangun dia berjalan ke ruang tamu. Di sana sudah ada kedua pelayanya karena semalam Theo menyuruh Ronal untuk menjemput kedua pelayanya itu untuk mengurus semua kebutuhan Mikayla.
“Kalian urus kekasih ku, jangan bangunkan dia. Tunggu sampai dia bangun.” Ucap Theo.
“Baik Tuan.” Ucap Lili dan Lala.
“Ronal, kau antar Antar mereka pulang. Biar aku pergi sendiri.” Ucap Theo.
“Baik Tuan.” Jawab Ronal.
Theo hendak bertanya namun ia urungkan niatnya itu lalu pergi begitu saja meninggalkan kamar hotel itu.
Theo yang tadinya sangat setres hanya dengan melihat adegan romantis antara Alex dan Chelsea, kini dirinya malas di buat setres dengan ulahnya sendiri.
Rasa bersalah terus mengiang-ngiang di otaknya, Theo sangat ingin merendam tubuhnya di suhu air yang sangat dingin agar semua maslaahnya hilang begitu saja.
Di kamar hotel tadi Mikayla terjatuh saat hendak berjalan menuju kamar mandi, dengan cepat Lala dan Lili masuk kedalam kamar.
Ronal tidak nerani masuk kedalam kamar, karena ia tahu apa yang terjadi tadi malam.
“Nona anda kenapa?” Ucap Lala. Mereka berdua dengan sigap membopong tubuh ramping dan kecil milik Mikayla.
“Nona baju mu kenapa beg—“ ucapanya terhenti saat ia mendapatkan cubitan kecil dari lala.
Mereka berdua mendudukan Mikayla di tepi ranjang, karena wanita itu tidak bisa menopang bobot tubuhnya.
Mikayla terisak, dia tidak bisa menjawab pertanyaan kedua orang itu. Karena tangisanya semakin pecah, dia sendiri bahkan tidak bisa menahan tangisnya itu.
“Nangislah sekuat-kuatnya sampai kamu puas, Nona.” Ucap Lala sambil memeluk Nonanya itu, kurang lebih dia tau apa yang terjadi pada wanita ini.
Sementara Lili dia lebih memilih segera mengambil air minum untuk ia berikan kepada Mikayla.
20 menit berlalu akhirnya tangisan itu pun mereda, Lala melepaskan pelukanya. Lalu mengambil segelas air yang ada di tangan Lili dan membantu Mikayla meminum air itu.
“Apa Nona sudah puas?” Tanya Lala lagi sambil mengelus rambut panjang milik Mikayla.
Mikayla mengangguk lalu memberikan gelas itu pada Lili, walau tangisanya tidak bisa mengembalikan apa yang sudah di ambil Theo. Setidaknya dia bisa lebih tenang dari sebelumnya.
“Kalau begitu ayo kita mandi, kita pulang.” Ucap Lala lagi.
Mikayla mengangguk lagi, dia pun di bawa ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, lalu ia memakai baju yang di bawa oleh pelayanya itu.
Lili berjalan kedalam kamar dan mendekati Lala yang sedang menyisir rambut Mikayla.
“La, sarapan Nona Mika sudah siap.” Ucap Lili.
“Ayo Nona, kamu harus sarapan dulu.” Ajak Lala sambil memapah wanita yang tadisnya duduk menghadap cermin.
Mikayla bingung sebenarnya dia tidak sedang sakit tapi kenapa kedua pelayanya itu terus memperlakukanya layaknya orang yang sedang sakit.
“Ayo kita makan bareng.” Ajak Mikayla saat duduk di ruang makan. Namun Lili dan Lala menggelengkan kepalanya pelan.
“Kita sudah sarapan, kita berdua akan bereskan barang-barang Nona yang ada di dalam kamar. Jadi makanlah dengan lahap.” Ucap Lala dengan senyum cerahnya.
Mikayla pun ikut menbalas senyuman itu dia hanya mengangguk kecil dan mulai memakan sarapanya.
Sementara Ronal yang sejak tadi ada di ambang pintu dia bergegas keluar kamar itu saat mendapat panggilan masuk di ponselnya.
“Bukankah itu Asisten pribadinya Tuan Theo?” Tanya Dona saat ia keluar dari kamar yang Chelsea tempati tadi malam.
“Ronal!” Panggil Chelsea namun pria itu sudah pokus dengan ponselnya lalu pergi keluar dari kamar itu dan pergi ke lorong sebelah kiri.
Dona yang melihat pintu itu akan tertutup dengan cepat ia menahan agar pintu kamar itu tidak terkunci secara otomatis.
“Di dalam pasti ada tuan Theo.” Ucap Dona saat melihat Chelsea kebongungan dengan aksi Asistenya itu.
Seketika senyuman Chelsea melebar. “Kau memang pintar Dona.” Pujinya sambil masuk kedalam Presidential Suite Room itu.
“Theo sayang…” panggil Chelsea dengan sedikit berteriak berharap Theo langsung keluar menemuinya.
Namun saat melangkah semakin dalam bukanya menemukan pria itu Chelsea malah terkejut melihat seorang wanita yang ada di meja makan sambil menatapnya bingung.
“Kamu siapa?!” Tanya Chelsea dengan nada tinggi. Namun keningnya langsung mengerut saat mengingat wajah gadis yang sudah memujinya itu.
“Kau!” Pekik Chelsea. Lagi-lagi wanita ini berkeliaran di sekitar Theo. “Jangan bilang kau kekasih Theo?” Tanya Chelsea dengan mata melototnya.
Lengan Chelsea mengepal sempurna, dia tidak mau ucapanya benar. Apalagi melihat wajah wanita di depanya ini terlihat sangat cantik walau tanpa polesan sedikitpun, sejujurnya Chelsea sudah curiga dengan wanita ini saat bertemu di Apartemen Theo.
Karena tidak mungkin ada pelayan secantik dia, sungguh Chelsea sangat enggan mengakuinya.
Mikayla pun perlahan bangun dari duduknya, dia tidak tau harus berkata apa. Namun satu yang pasti dia hanya perlu menjawab lYA karena itu sudah menjadi tugasnya.
“Iya, sayang kekasih Theo.” Jawab Mikayla akhirnya.
“Apa kau bilang! Lalu kenapa kau kemarin bilang jika kau pelayan di Apartemen nya?!” Pekiknya kesal karena merasa sudah tertipu.
“Kemarin aku—“
Plak!!!
Tiba-tiba Chelsea menampar pipi kiri Mikayla dengan sangat keras, sampai membuat ujung bibirnya sedikit terluka.
Mikayla menyentuh pipi kirinya, matanya terasa sangat perih karena menahan air matanya. Rasa sakit yang ia dapat di pipinya tidak seberapa di banding rasa skait hati yang ia rasakan saat ini.
Entah apalagi kesalahanya sampai membuat orang-orang selalu melukainya dan menindas dirinya.
“Kau! Jangan berani-berani menggoda pria ku! Bercerminlah lebih dulu sebelum memacari priaku! Kau sangat tidak pantas!” Cerocos Chelsea dengan geramnya, jika tidak mebgingat dirinya adalah aktris terkenal mungkin lenganya sudah sejak tadi menjambak kepala wanita yang sudah berani merayu Theo.
“Kau wanita miskin! Wajah mu pas-pasan! Harusnya kamu sadar diri, keluarga Theo tidak akan menerima mu dengan mudah. Aku harap kamu mundur dari sekarang.” Pekik Chelsea lagi. “Dan satu lagi, posisi sebagai nyonya Theo tetap menjadi milikku! Aku lebih pantai bersanding denganya di banding dirimu wanita miskin.”
Tangisan Mikayla pun kembali pecah, apa karena dirinya miskin semua orang jadi dengan bebasnya melukai hatinya.
“Ingat, kau harus pergi saat aku kembali ke sisi priaku. Dan satu lagi jangan pernah berpikir untuk merebutnya karena cintanya sejak dulu hanya untuk ku, kau hanya pelampiasannya saja! Ingat baik-baik ucapanku barusan!” Pekiknya dengan segera ia pergi dari tempat itu saat kedua pelayan keluar dari kamar saat mendengar teriakan seseorang di luar sana.
.
To be continued…
Baikan aku kasih bonus 1 bab hari ini🤭🤭