Bagaimana perasaan kalian jika orang yang kalian cintai, yang selalu kalian jaga malah berjodoh dengan orang lain?
Ini kisah tentang Jean Arsa Anggasta seorang calon CEO muda yang ditinggal nikah oleh kekasihnya. Ia menjadi depresi dan memutuskan untuk tidak mau menikah namun karena budaya keluarganya apabila seorang anak laki-laki sudah berumur 25 tahun maka mereka harus segera menikah. Maka mau tidak mau ia harus menikahi Ashana Daryan Fazaira sepupunya. Seorang gadis yang juga telah dibohongi oleh kekasihnya yang telah berselingkuh dengan sahabatnya.
Lalu apa yang terjadi jika pernikahan tanpa cinta ini dilakukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10
"Kenapa kamu mau ketemu sama aku?" Tanya seorang gadis berambut coklat sebahu.
"Kalau gue jawab ini keinginan orang tua kita gimana?" Jean kembali bertanya.
"Ck... Keinginan orang tua kita doang kan? Bukan keinginan kamu?" Gadis itu menunduk.
"Gimana lagi gue dituntut harus nikah, keburu tua katanya" Ucap Jean asal.
"Umur kamu baru 24 tahun Je, dan aku masih muda banget buat menikah" Kata gadis itu.
"Yaudah gue tunggu 5 tahun lagi"
"Emang kamu suka sama aku?" Tanya gadis itu.
Jean menatap gadis itu.
"Katanya cinta bisa tumbuh belakangan setelah menikah, so kita jalani aja" jawab Jean.
"Gimana kalau setelah menikah rasa cinta itu tetap gak ada?" Tanya gadis itu.
Jean tersenyum getir.
"Ya pisah" ucap Jean.
"Bagi aku pernikahan itu sekali seumur hidup" ucap gadis itu.
"Oke, kalau gitu gue bakal berusaha buat mencintai Lo"
"Kesannya kayak kamu berusaha memaksa buat mencintai aku Je. Sejak kapan perasaan bisa dipaksa? Kamu gak akan bisa membohongi perasaan kamu"
Jean kehilangan kata-kata.
"Jadi Lo maunya apa?" Tanya Jean.
"Aku mau menikah sama seseorang yang cinta sama aku dari awal hingga akhir, ga ada kata akan berusaha atau memaksa diri" kata gadis itu.
"Yaudah kalau gitu perjodohan ini dibatalin aja" Kata Jean.
"Kamu aja yang batalin kan kamu gak suka aku" ucap gadis itu.
"Kenapa pembatalan secara sepihak? Lo juga harus ngomong sama orang tua Lo"
Gadis itu menghela nafas.
"Kalau misalnya perjodohan ini tetap berlanjut, kira-kira masa depan kita akan seperti apa?" Tanya gadis itu.
"Gue gak tau" jawab Jean.
"Yaudah deh pernikahan tanpa cinta gak akan bahagia, lebih baik kita batalin aja" ucap gadis itu.
Jean hanya mengangguk.
"Sorry" ucap Jean.
"Gapapa Je"
Jean sampai dirumah, Wira langsung menghampirinya.
"Gimana?? Cantik kan? Kamu suka?" Tanya Wira.
Namun sebelum Jean menjawab telfon Wira berdering, raut wajah Wira langsung berubah.
"Oh begitu ya, Yaudahlah" Ucap Wira sambil mematikan handphone.
"Dia cantik pa, tapi aku..."
"Udah gak usah dilanjutkan lagi, pak Yoshi baru aja telfon katanya Yuna gak menolak perjodohan ini"
Jean merasa lega.
"Tapi bukan berarti kencan buta mu berakhir sampai sini, papa masih punya banyak calon yang akan papa kenalkan ke kamu"
Jean menepuk jidatnya setelah melihat banyak foto yang ada di handphone ayahnya.
"Ini bukan zamannya Siti Nurbaya lagi pah, aku bisa jadi pacar sendiri" ucap Jean.
"Yaudah kamu juga silahkan cari, Bawa kerumah ini" ucap Wira tak mau kalah.
"Oke aku bakal cari, tapi papa harus setuju sama pilihan ku"
"Kalau dia memenuhi kriteria sebagai seorang menantu papa bakal setuju" ucap Wira.
"Oke kasih aku waktu"
Jean pun pergi meninggalkan ayahnya diruang tamu.
"Gawatt gawatt!!! Gimana nih?" Jean bingung sendiri, ia berjalan mondar-mandir di kamarnya.
"Apa gue ikutan daftar di aplikasi pencari jodoh aja kali ya?"
Jean pun mendownload aplikasi pencari jodoh yang pernah di rekomendasikan oleh teman-teman kampusnya. Ia pun mengisi biodata dan tak lupa memasang foto profil.
Dalam hitungan beberapa detik sudah banyak yang meminta pertemanan, adapun yang langsung mengiriminya pesan.
Walaupun agak ragu tapi Jean harus tetap mencoba daripada harus ikut kencan buta yang dipersiapkan oleh ayahnya.
***
Jean telah menyelesaikan jadwal kuliah yang begitu padat hari ini. Ia mampir ke cafe yang biasa ia kunjungi. Ia kembali membuka aplikasi yang ia unduh kemarin. Dan sudah banyak saja pesan menumpuk hari ini, tak lama kemudian seseorang duduk dihadapannya.
" Ini akun Lo ya? " Tanya seorang gadis, yang tak lain adalah Shan.
Jean terkejut melihat nya dan segera ingin merebut handphone Shan tapi gadis itu dengan sigap menyembunyikan nya.
Gadis itu tertawa geli.
"Wahh pernikahan menuntut Lo buat cari calon istri dengan cara yang gak biasa, seorang Jean Arsa Anggasta daftar aplikasi pencari jodoh" Shan lagi-lagi tertawa meledek.
"Mulut Lo bisa diem gakk??" Jean kesal.
"Emang yang kemarin itu kenapa? Jelek? Atau Lo ditolak?"
"Cantik, tapi gue gak suka" ucap Jean.
"Dih sok cakep Lo" Shan memakan kentang goreng milik Jean.
"Jadi Lo udah dapat orang yang tepat belum di aplikasi itu?" Tanya Shan.
"Belum, ga sreg gue" jawab Jean.
"Emang selera Lo yang kaya gimana sih? Susah banget kayak nya memenuhi standar kriteria Lo"
"Kriteria gue? Lo mau tau?"
Shan mengangguk cepat dan memajukan kursinya.
"Iyah mana tau, gue bisa bantu Lo"
Jean mendekatkan wajahnya ke Shan, raut wajahnya tampak serius.
"Yang pastinya gak kayak Lo" Pria itu menepuk jidat Shan dengan telapak tangannya lalu tertawa penuh kemenangan.
"Rese banget lu setan" Shan kesal sambil memegangi dahinya.
"Tapi Shan..."
Jean menggantungkan perkataan nya dan Shan menatap nya malas.
"Tapi apa?" Tanya Shan yang masih memegang dahinya.
"Kenapa kita gak nyoba aja?"
" Nyoba apaan?" Tanya Shan.
"Menikah" jawab Jean asal.
Sontak perkataan itu membuat Shan tersedak. Jean menawarkan minumannya namun Shan menolak dan meminum air dari botol yang ia bawa.
"Lo bilang apa tadi?" Tanya Shan lagi.
"Ayo kita coba menikah"
"Kita? Menikah? Bukannya Lo bilang gue bukan tipe Lo?" Tanya Shan.
"Yah emang Lo bukan tipe gue, tapi gue ga ada bilang kalau gak akan nikahin Lo kan?" Jean tersenyum manis hingga timbul kedua lubang di pipi kiri dan kanan nya.
"Ya tapi tetap aja, calon pasangan itu harus sesuai tipe kan?"
"Memangnya kenapa kalau lo bukan tipe gue? Gue akan Nerima Lo apa adanya" jawab Jean.
"Wahh pikiran Lo emang gak bisa ditebak yah" Shan geleng-geleng kepala melihat Jean.
"Gak usah repot-repot nebak isi kepala gue, random isinya. Jadi gimana tawaran gue?"
"Je, gue udah punya pacar dan gue cinta sama dia. Gue hanya akan menikah sama dia. Jadi Lo cari aja yang lain, Raniya contohnya"
"Kenapa bawa-bawa Raniya sih?"
"Ya Lo kan tau, kalau keponakan Tante Zarina itu naksir berat sama Lo. Kenapa Lo gak bisa lihat kebelakang? Dia orang yang selalu setia nungguin Lo"
"Lo bisa bedain gak sih? Mana orang yang beneran cinta sama orang yang terlalu obsesi?"
"Memang apa bedanya?" Tanya Shan tidak mengerti.
"Lo itu bodoh makanya gak tau" Jean meledek.
Lagi-lagi Shan dibuat kesal oleh Jean.
"Kalau Lo udah putus sama pacar Lo kasih tau gue"
"Jelek banget doa Lo" kesal Shan.
"Pokoknya bilang aja"
"Buat apa gue ngasih tau Lo?"
"Biar gue yang nikahin Lo" jawab Jean dengan wajah tanpa ekspresi.
Melihat wajah tanpa ekspresi itu Shan mulai mencurigai Jean.
"Jangan bilang Lo suka sama gue?" Shan langsung menunjuk Jean dengan jari telunjuk nya.
"Lo itu GR banget sih"
"Lo bilang gue GR? Jelas-jelas Lo memohon banget sama gue buat nikah sama Lo. Lo masih waras kan?"
"Justru orang yang jatuh cinta sama Lo itu yang gak waras"
"Itu mulut belum pernah di tabok?" Shan benar-benar kesal. Ntah apa maksud perkataan Jean.
"Gue ngajak Lo nikah itu cuman pengen buat mama bahagia" ucap Jean.
"Terus gimana dengan kebahagiaan gue?" Tanya Shan.
"Gue akan ngasih Lo kebebasan, gue gak akan ngelarang Lo ngelakuin hal-hal yang Lo suka. Lo bebas, setelah menikah Lo juga boleh pacaran sama orang lain. Anggap ajalah pernikahan kita ini hanya sebatas tulisan diatas kertas"
"Sorry Je, tapi coba Lo cari orang lain. Jangan gue. Kali ini gue gak bisa bantu"
"It's ok, gue cuman ngejelasin maksud gue ngajak Lo nikah. Biar gak salah faham"
"Emang sesulit itu yah move on dari Luna?" Tanya Shan.
Pertanyaan itu membuat Jean bungkam. Bagaimana cara menjelaskan nya? Sulit sekali, setiap hari rasanya Jean selalu merasa tercekik. Bayang-bayang Luna seperti menghantui dirinya setiap saat. Bahkan rasanya memperlakukan Luna dengan kasar itu sangat menyakiti dirinya. Bagaimana gadis itu bisa dengan tega melukai perasaannya. Bahkan semakin membenci Luna rasanya semakin sakit, dadanya semakin sesak seperti tidak ada ruang kosong untuk bernafas. Munafik jika ia bilang tidak menginginkan gadis itu, namun ketika melihat senyumnya yang terbayang hanyalah imajinasi kotor tentang bagaimana gadis lugu itu menggoda Ayahnya dimalam hari. Bahkan pernah terlintas di benak Jean untuk menerima Luna saat gadis itu di malam hari datang mengetuk pintu kamarnya. Bagaimana gadis itu memanggil namanya, terasa menjijikan namun telinganya ingin terus mendengarnya.
"Sulit Shan" ucap Jean.
***