NovelToon NovelToon
Zea, You're Mine

Zea, You're Mine

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Anak Yatim Piatu / Chicklit
Popularitas:681.8k
Nilai: 5
Nama Author: dianning

Sering menjadi korban bullying di sekolah karena penampilannya yang cupu, gadis berusia 18 tahun bernama Zea Sadiya menjadi sosok pendiam dan lebih banyak menghabiskan masa-masa di sekolah dengan menjadi gadis kuper dan kutu buku.

Tak cukup penderitaan di sekolah yang sama sekali tidak mempunyai teman karena penampilannya yang cupu, bahkan hal yang sama dialami di rumah karena hidup dengan ibu tiri serta kakak tirinya yang selalu membuatnya seperti pembantu.

Hidupnya semakin hancur saat sang ayah meninggal dan ibu tirinya menjualnya pada pria tua kaya raya untuk menebus hutang.

Akankah Zea Sadiya akan menemukan kebahagiaan di usianya yang terbilang sangat belia? Apakah ia akan membalas dendam pada orang-orang yang pernah membuatnya menderita?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianning, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencoba peruntungan

Udara sejuk menerpa wajah seorang gadis yang tengah terbaring tidak sadarkan diri di kamarnya. Ia mengerjapkan mata beberapa kali saat teringat mimpi buruk yang baru saja dialaminya.

'Huh, sungguh mimpi yang menyeramkan,' gumamnya meletakkan punggung tangan di dahi.

Namun, sayup-sayup terdengar suara gaduh dari ruang tamu. "Apa yang terjadi? Apa semua itu bukan mimpi?" imbuhnya gemetaran.

Zea beranjak dari pembaringan dan berlari menuju sumber suara. Sekali lagi ia melihat pemandangan yang serupa. Seolah-olah seperti Dejavu, di hadapannya tampak sosok sang ayah yang telah terbujur kaku dengan kulit yang memucat, tanda tidak ada lagi darah di tubuhnya.

"Pa ... papa!" lirih Zea dengan suara yang hampir tidak kedengaran.

Zea menutup mulut dengan kedua tangan dan air matanya pun luruh bersama tubuhnya yang jatuh ke lantai. Kakinya seolah-olah kehilangan tenaga untuk menopang tubuhnya.

Semua mata kini tertuju kepada Zea. Semua orang tahu bagaimana kedekatan gadis itu dengan ayahnya. Mereka hidup berdua dan saling bergantung satu sama lain dalam waktu yang cukup lama.

Dengan mengumpulkan sisa-sisa tenaga, Zea berjalan mendekat ke arah tubuh tidak bernyawa tak jauh dari hadapannya. Seolah ingin memastikan, bahwa pikiran buruknya tidak benar-benar terjadi.

Namun, pertahanannya seketika runtuh dengan lemas karena kehilangan tenaga dan tidak mampu menopang beban berat tubuhnya saat ini.

Lalu ia duduk di bersimpuh di hadapan tubuh sang ayah yang telah membujur kaku.

"Papa! Enggak, Pa! Papa nggak boleh ninggalin Zea. Bagaimana Zea bisa hidup tanpa Papa!" jerit Zea dengan suara yang menyayat hati serta sibuk mengguncang tubuh ayahnya.

Siapapun yang melihatnya, tentu akan turut menitikkan air mata saat melihat nasib Zea yang malang.

Seolah-olah tidak cukup dengan kepergian ibu kandungnya, kini ayahnya pun turut meninggalkannya.

"Sudah, kamu ikhlaskan papa, Sayang. Biar Papa tenang di sana," ucap Reni memberi nasihat kepada Zea. Tangannya merangkul bahu gadis itu, lalu membawanya ke dalam pelukan.

"Pa ... Papa bilang tunggu aku di rumah dan akan memberi kejutan. Apa ini kejutan yang Papa maksud?" Lagi-lagi Zea meraung sedih.

Jika ia tahu kejutan seperti itu yang dimaksud ayahnya, tentu tidak akan pernah menantikannya.

Harusnya hari ini menjadi hari yang menyenangkan karena merupakan hari terakhir ujian. Namun, justru berubah menjadi hari terburuk di hidupnya. Gadis itu sangat sedih, ia belum melakukan apa pun untuk sang ayah, bahkan belum menjadi anak berbakti dan membahagiakannya.

Ah, andai saja Zea tahu bahwa waktu ayahnya sesingkat itu, tentu ia akan mengukir lebih banyak kenangan kebersamaan dengannya.

"Bawa Zea juga, Pa. Zea nggak bisa hidup tanpa Papa."

Setelah mengucapkan hal itu, Zea lagi-lagi kehilangan kesadarannya.

Tentu saja gadis belia itu sangat terpukul akan kepergian ayahnya hingga mengguncang jiwanya.

Beberapa jam kemudian, saat kesadarannya telah kembali, Zea tidak lantas meninggalkan kamarnya seperti tadi. Kini ia menumpahkan air matanya di bantal, teringat senyuman terakhir sang ayah saat mengantarnya ke sekolah pagi tadi.

Lalu, apakah perasaanya yang gelisah sejak pagi merupakan pertanda akan musibah ini?

Zea tahu betul bahwa ia harus merelakan kepergian ayahnya agar tenang di alam sana. Akan tetapi, sungguh itu merupakan hal terberat yang pernah dirasakannya.

'Kenapa Engkau tidak mengambilku saja, Tuhan. Sungguh, ini semua terlalu berat buatku. Bagaimana aku bisa hidup tanpa papa? Bagaimana aku bisa hidup dengan ibu dan kakak tiriku nanti? Ambil saja aku, Tuhan. Aku ikhlas. Tidak ada hal lain lagi yang kuinginkan,' keluh Zea kepada Tuhan.

Zea merasa seolah-olah semesta dan waktu berkonspirasi untuk membawanya ke titik terendah hidupnya. Jauh di lubuk hatinya, ia berharap ayahnya ditempatkan di tempat terbaik-Nya.

Hari itu Zea kehilangan kesadaran dan menangis berulang kali karena berada pada titik terendah di sepanjang hidupnya.

****

Satu bulan telah berlalu sejak kepergian Abraham, tetapi Zea masih teramat sangat dirundung duka. Kesedihan karena kehilangan sosok sang ayah menguasai jiwanya.

"Heh, bangun! Sampai kapan lo mau seperti ini, hah?" teriak Aurora saat lagi-lagi mendapati Zea meringkuk di sudut kamar memegangi kedua kakinya yang terlipat dengan tatapan kosong.

Zea hanya mengalihkan pandangannya sesaat menatap Aurora, lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.

Aurora mengentakkan kaki kesal menghampiri gadis yang menurutnya hanya mencari-cari alasan untuk bermalas-malasan dengan mengatasnamakan kepergian sang ayah.

"Mending lo liat pengumuman kelulusan dan liat lo lulus apa enggak. Pokoknya gue enggak mau tahu, kalau gue udah mandi, makanan udah siap. Ngerti!" ucapnya sembari mencengkram kedua pipi Zea.

Sementara Zea yang sama sekali tidak mengeluarkan sepatah kata pun, masih tidak menjawab, tetapi justru menepis cengkraman Aurora.

Lalu, beranjak pergi menuju dapur. Tentu saja untuk mengerjakan pekerjaan rumah yang seolah-olah tidak ada habisnya.

Semuanya tetap berjalan seperti biasa, hanya ia yang tetap berada di tempatnya. Meski kesedihannya belum terhapus, nyatanya waktu tetap berjalan dan tidak menunggunya.

Setelah memasak makanan dan mengaturnya di meja makan, Zea bersiap menuju sekolah dengan menyimpan sejuta kesedihan saat masih belum bisa melupakan kesedihannya saat kehilangan sosok sang ayah yang teramat sangat disayangi.

Melihat hasil pengumuman di sekolah, Zea masih mendapat nilai tertinggi. Ia lulus dengan sangat membanggakan. Sayangnya, orang-orang yang dicintainya tidak dapat menyaksikan semua itu.

"Pa, aku dapat nilai bagus lagi. Papa, lihat dari atas sana, 'kan?" Zea berbisik menatap hamparan langit luas di atasnya.

Mendongakkan pandangan merasakan semilir angin yang seolah-olah membelai wajahnya memberi semangat.

Air matanya baru saja akan kembali menetes saat seseorang mencengkram lehernya.

"Kenapa lo bisa lulus dengan nilai tertinggi, sedangkan gue di urutan terakhir di kelas, hah? Ayo jawab!" Gadis berseragam abu-abu itu menatap dengan tajam. Kilatan kemarahan jelas tampak di bola matanya.

Zea terkekeh mendengarnya. Semakin lama, tawanya semakin keras. Kini ia persis seperti orang yang kehilangan kewarasan hingga membuat gadis yang tadi mencengkramnya pergi karena takut.

"Iish ... dasar gila!"

Bahkan, setelah gadis itu pergi, Zea tetap saja terbahak-bahak seorang diri.

Setelah puas tertawa, Zea mengusap lembut kedua sudut matanya. Pertanyaan lucu dari gadis yang selalu menindasnya membuat perutnya sakit karena tertawa.

Tentu saja ia mendapatkan nilai itu karena belajar dengan giat. Bahkan sebagian besar hidupnya dihabiskan dengan belajar. Bukankah aneh jika dia tidak pandai?

Setelah puas tertawa, Zea berjanji pada dirinya dan kedua orangtuanya untuk kembali bangkit. Ya, ia bisa melupakan kesedihannya dengan belajar.

Terlebih Zea telah menyerahkan berkas pendaftaran untuk beasiswa full di sebuah universitas ternama di kota sebelah, jadi ia tidak perlu mengkhawatirkan biaya kuliah hingga lulus.

Gadis itu bisa hidup damai setelah jauh dari rumah. Rumah yang menyisakan banyak kenangan indah, tetapi juga kenangan pahit di saat bersamaan. Satu-satunya yang menyita pikirannya, yaitu cara mencari pekerjaan untuk menopang hidupnya nanti.

Hari telah beranjak sore saat Zea tiba di rumah. Tadi ia sengaja mampir ke toko buku untuk menjernihkan pikiran.

"Heh, dari mana saja kamu? Cepat cuci piringnya dan siapkan makan malam!" hardik Reni saat Zea baru saja memasuki rumah.

Sementara itu, ia berjalan ke dapur dan meletakkan tasnya di meja, lalu mulai mengerjakan perintah ibu tirinya.

Reni menatap sinis memerhatikan gadis itu, lalu sekilas kemudian beranjak menuju ruang keluarga. Menonton berita tentang gosip para artis tanah air.

Tidak lama kemudian, Aurora datang dan bergabung dengan ibunya.

Saat di meja makan, Zea bermaksud mengemukakan rencananya untuk kuliah di kota lain.

"Bu, aku mau bicara sesuatu," ucap Zea dengan penuh keraguan pada nada suaranya.

Tentu saja ia merasa sangat khawatir serta khawatir jika sang ibu tiri tidak mengizinkannya keluar dari rumah untuk kuliah.

Seketika pandangan Reni dan Aurora seolah-olah akan mengulitinya. "Aku mau kuliah di universitas negeri yang berada di Bandung. Boleh, 'kan, Bu?"

Sontak saja dua wanita yang tak lain adalah ibu dan anak itu sama-sama membulatkan kedua mata.

"Lo gila? Uang kuliah gue aja udah mahal. Belum lagi buat kebutuhan gue. Lo tau enggak, sih, kalau tabungan kita itu makin menipis? Enggak usah banyak gaya, deh! Udah syukur di sekolahin sampai SMA, pakai acara minta izin kuliah segala!" hardik Aurora mendorong dahi Zea dengan telunjuknya.

"Ta-tapi aku dapat beasiswa full, Kak. Jadi aku enggak perlu bayar sepeser pun sampai lulus." Zea berusaha memberi alasan agar mendapatkan persetujuan.

Namun, Reni segera mengangkat tangannya ke udara sebagai tanda untuk berhenti.

"Sudah, stop! Kamu nggak boleh kuliah untuk sekarang. Kuliahmu memang gratis, tapi bagaimana dengan biaya sehari-hari? Uang dari mana? Tabunganku bahkan sudah hampir habis. Belum lagi, bulan ini mama belum ke salon dan shopping," ujar Reni dengan memijat pelipisnya.

Aurora tampak mengangguk mengiyakan perkataan ibunya.

"Karena sudah lulus, harusnya kamu kerja, dong. Kakakmu, kan sebentar lagi lulus, jadi setelah itu ia akan membantumu mencari uang," tukas Reni dengan santai.

Wajah Aurora berubah menjadi kesal. Ia meletakkan sendoknya ke piring yang ada di hadapannya.

"Maksud Mama apa? Kok, aku juga ikutan kerja, sih?" protes Aurora tidak terima.

Namun, dengan segera ia menjadi tenang saat ibunya menendang pelan memberi kode. Ah, rupanya semua itu hanya bualan agar Zea mau bekerja dan lupa tentang keinginannya untuk kuliah.

Sementara itu, Zea yang sebenarnya sudah bisa menebak jawaban dari ibu tirinya, kini merasa sangat malas untuk berkomentar apapun, sehingga ia memilih meninggalkan dua orang yang sama sekali tidak pernah menganggapnya sebagai manusia.

'Dasar bodoh! Seharusnya kau tahu bahwa mereka pasti akan mengatakan hal ini padamu, tapi tetap saja mencoba peruntungan,' keluh Zea di dalam hati saat memasuki ruangan kamar dan langsung menghempaskan tubuhnya di atas ranjang sederhana miliknya.

To be continued...

1
Rea Ana
B
Maizuki Bintang
bgs
azalina stafar
lanjut..
ardiana dili
lanjut
Sophia Aya
lanjut thor
ardiana dili
lanjut
Sophia Aya
lanjut thor, akhirnya Aaron sama zea bersama
ardiana dili
lanjut
Umie Irbie
erick,. gimana erick thoooor😭😭😭😀
Umie Irbie
erick gimana thoooo😫😒😭 ini posisi tidak nyaman untuk erick
Dianning(Ig dianning9): Nggak, Kak. Nanti tetap berteman, nggak ada permusuhan. Damai itu indah, Kak 🤭🥰
Umie Irbie: owwwhh,. gituu,. sad ending erick nya 😭😭😭😭😭 tapi erick jangan jauhin zea yaaaaa thoooor ,. aku tuuuu sediiiih 😫😫😫😫😭😭
total 3 replies
Sophia Aya
semoga cepet sembuh kakek Chandra
ardiana dili
lanjut
Lilik Mudrikah
kenapa kesan di bab ini khayra begitu munafik ya
ardiana dili
lanjut
Sophia Aya
terima Aaron dan menikah lah dengarnya zea ada de2 kenzie udah nunggu papahnya
Sophia Aya
lanjut thor
ardiana dili
lanjut
Umie Irbie
ayank erick gimana 😭😭😭😭
Umie Irbie
aaahhh,. so sweeet,. kayak kapten yang yang pemadam kebakaran 😍😍😍😍😍😍😍 aku lagi kegila2 sama film dracin 🤣🤣🤣🤣🤣
ardiana dili
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!