💮Warning mengandung unsur 21+ jadi bijak dalam memilih bacaan ya💮
Di tinggalkan oleh orang yang kita cintai tentu sangat berat. Apa lagi dengan hadirnya sesosok makhluk kecil yang di sebut anak. Gerry Ardana seorang pengusaha properti harus menelan kenyataan pahit karena istrinya mendadak meninggalkan dirinya setelah melahirkan putra pertama mereka. Sang istri tak terima melahirkan bayi prematur yang di diagnosa dokter memiliki kekurangan itu. Di sisi lain bayi yang diberi nama Zafa Ardana itu memiliki alergi terhadap susu sapi. Lalu bagaimana nasib baby Zafa? ikuti kisah selengkapnya.
S2. Menceritakan tentang kehidupan percintaan Didi, Aldo dan Arsen. (S2 ini gado-gado kisahnya. Jika suka silahkan lanjut, jika tidak tinggalkan othor disini tanpa kata" yang menyakitkan)
Plagian harap menjauh, kisah ini pure dari hasil Meres otak. Jadi jangan sekali sekali mencontek
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
🌸Selamat membaca 🌸
"Dian ..!!" seru Arya terkejut, melihat Dian ada di ruangan Gerry. Terlebih gadis yang ia kenal itu dalam keadaan pingsan.
Gerry menatap curiga pada Arya, namun sekarang yang terpenting Arya harus segera memeriksa kondisi Dian.
"Apa kau akan berdiri disana terus Arya?" ketus Gerry, Arya segera tersadar dari keterkejutannya. Ia segera memeriksa kondisi Dian. Dengan berbagai pertanyaan dibenaknya.
"Bagaimana kondisinya?" Gerry langsung bertanya setelah Arya memasukkan alat²nya ke dalam tas. Sedangkan Sigit masih setia berdiri di belakang Gerry seperti patung.
"Dia hanya kelelahan dan sedikit mengalami syok. Apakah terjadi sesuatu dengannya sebelumnya?" Gerry dapat menangkap raut wajah cemas Arya, ia semakin curiga ada hubungan apa antara Dian dan Arya?
"Apa kau mengenal istriku?" pertanyaan Gerry membuat Arya semakin terkejut.
"I-is-tri..?" Arya tergagap mengulang kata istri yang dilontarkan oleh Gerry.
"Ya, Dian adalah istriku. Kami menikah beberapa bulan yang lalu." Gerry semakin yakin jika Arya memiliki perasaan khusus pada istrinya.
"Ya, aku kenal Dian. Dia mantan pegawai mami di cafe cabang Bandung. Aku sering melihatnya." Arya mendesah berat seakan ada himpitan berat dalam dadanya. Sejak pertama bertemu Dian, Arya sudah menaruh hati pada gadis itu. Namun karena kesibukannya Arya hanya sesekali menemui Dian. Tapi sudah setahun lebih Dian menghilang tanpa kabar berita. Membuat Arya sempat merasa patah hati.
Namun hari ini takdir mempertemukan mereka. Dan lagi² ia harus merasakan pahit untuk yang kedua kalinya.
Gerry menangkap sorot mata penuh penyesalan dan kesedihan di mata Arya. Entah sedalam apa pria itu menyukai istrinya. Namun bagi Gerry sekarang, Dian adalah miliknya hanya miliknya dan orang lain tidak boleh menaruh harapan lebih pada istri mungilnya itu.
Dian memegangi pelipisnya yang terasa berdenyut. Gerry menoleh melihat ada pergerakan dari istrinya itu.
"Mas, aku kenapa?" Dian bertanya dengan suara yang lemah. Wajahnya masih nampak pucat pasi.
"Kamu pingsan, apa yang dari tadi kamu lakukan. Arya bilang kamu kelelahan sayang!" Gerry mengusap puncak kepala Dian dengan lembut. Arya memejamkan mata melihat kemesraan yang Gerry tunjukkan.
Dian menoleh ke samping. Karena merasa ada sosok lain di dekatnya. Ia terjengkit kaget melihat Arya. Apalagi Arya memakai setelan jas dokter.
"Loh pak Arya..!" Dian menatap bingung sosok yang ada di depannya itu. Pria tampan itu dulunya ya dikenal Dian hanya sebagai chef di cafe tempat ia bekerja.
"Syukurlah kamu ga lupa sama aku Dian." Kata Arya, Dian tersenyum manis pada pria itu.
"Tentu saja Dian ingat pak. Kan pak Arya chef paling ganteng di cafe." Ucapan yang tanpa disadari keluar begitu saja dari mulut Dian telah memantik emosi dan kecemburuan Gerry.
Arya yang melihat wajah Gerry memerah siaga 1, semakin ingin menggoda pria beruntung itu.
"Ah masak iya, perasaan aku biasa aja Dian. Kamu berlebihan memujiku." ada semburat merah di wajah Arya dipuji seperti itu oleh Dian.
"Aku serius pak, pak Arya memang ganteng." Dian langsung terdiam, ketika tatapan matanya beradu dengan mata elang milik Gerry, pria itu sudah memasang wajah sangar nya. Dian menutup mulutnya. Kenapa bisa dia memuji Arya di hadapan suaminya sendiri. Dian benar² merutuki kebodohannya.
"Oh, jadi menurutmu Arya tampan?" Gerry masih dengan mode dingin menatap Dian yang terus merunduk. "Jawab, sayang..!!"
"Tentu saja, pak Arya memang ganteng. Tapi suamiku lebih sempurna dan tiada tandingannya." Ujar Dian dengan gugup. Dia tak tau jika ucapannya sudah meleburkan gunung es yang tadinya menjulang begitu tinggi karena rasa cemburunya.
Gerry meraih dagu Dian, ia menatap manik mata Dian dengan intens. Tanpa aba² Gerry me*lu*mat bibir Dian, wanita itu seketika membeliakkan matanya. Ah suaminya benar² membuatnya malu.
Dian mendorong dada Gerry. "Mas, ada pak Arya dan Sigit." Dian menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Jangan pedulikan mereka. Ini ruanganku, tempat pribadiku." Tegas Gerry.
Sesaat hening menyelimuti. Namun melihat situasi yang sedikit canggung Arya dengan berat hati undur diri.
"Jika sudah tidak ada lagi keluhan, aku akan pergi. Siang ini pasienku banyak. Ini resep vitamin untuk Dian, jika ada keluhan lain, kau bisa mengajaknya ke rumah sakit." Ujar Arya ia langsung meraih tasnya dan segera keluar dari ruangan Gerry. Rasanya ia sulit berbagi udara di tempat itu.
"Sigit, cepat kau tebus resep itu! Dan kembalilah setelah satu jam. Bilang pada monika, satu jam kedepan jangan ada yang berani menggangguku."
Sigit segera undur diri dari hadapan Gerry dan Dian. Dan langsung menemui Monika, sekertaris Gerry.
"Monika, bos bilang sedang tidak ingin di ganggu dalam satu jam kedepan. Jika ada tamu jadwalkan saja untuk besok. Hari ini sepertinya suasana hati bos sedang berubah ubah." Setelah menyampaikan pesan Gerry, Sigit segera beranjak untuk segera menebus resep yang diberikan oleh Arya.
"Lho, bekal yang aku bawa buat mas tadi mana?" Dian menoleh di sekitar ruangan Gerry nampaknya bekal yang ia bawa tadi tertinggal dibawah.
"Mungkin tertinggal di bawah. Mas tadi panik setengah mati lihat kamu pingsan. Jadi mas ga tau kamu bawa bekal buat mas." Gerry terus menciumi puncak kepala Dian. Ada getaran aneh yang dia rasakan saat berdekatan dengan istrinya itu. Tapi sekarang ia harus mendengar sendiri apa yang membuat Dian sampai syok seperti tadi.
"Apa kamu mengenal OG tadi?" tanya Gerry, tatapan matanya begitu lembut dan membuai.
Dian menggigit bibir bawahnya. Haruskah ia menceritakan siapa itu Veni. Tapi bagaimana jika Gerry sampai memecat Veni? Batin dia terus bergolak.
"Dia, adalah anak Burhan, pria jahat yang sudah menumbalkan ku untuk menebus hutangnya." Jawab Dian dengan suara yang bergetar.
"Apa dia juga sering berbuat tidak baik padamu?" Dian menggeleng lemah.
"Apapun yang dia pernah lakukan padaku, jangan terlalu kau pikirkan. Aku sudah melupakannya." Dian menatap wajah suaminya, ia mengelus rahang kokoh Gerry, mengusap lembut bibir pria itu. Dengan gerakan yang halus dia mengecup bibir Gerry. Pria itu merasakan hawa panas mulai menguar dari tubuhnya. Dengan gerakan cepat Gerry menahan tengkuk Dian, dan membalas ciuman yang dilancarkan Dian. Suasana yang mulanya sendu berubah menjadi panas. Gerry menekan remot pengunci otomatis pintu ruangannya.
Dian mengurai ciuman mereka, kini keduanya saling menempelkan keningnya, berusaha meraup oksigen sebanyak banyaknya. Bibir Gerry kembali melu*mat rakus bibir tipis Dian. Dengan gerakan yang halus tangan Gerry sudah menurunkan resleting dress yang Dian kenakan, dengan cumbuan² halus tangan Gerry tetap aktif me*re*mas kedua gundukan favoritnya, hingga desahan dan rintihan keluar dari bibir Dian.
"Mas, ini dikantor." ujar Dian cemas diantara geleyar nikmat yang dia rasakan.
"Kantor ini milikku sayang, aku bisa berbuat apapun yang aku mau." Bisik Gerry dengan suara parau, dengan sekali hentakan dress Dian terlepas dari tubuhnya dan menyisakan dalaman berwarna senada, yang membuat Gerry kesusahan menelan salivanya.
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
Semangat hari Senin, jangan lupa semangati othor juga buat kasih like, vote dan komen. Kasih hadiah bunga juga boleh atau segelas kopi biar othor ga ngantuk sapa tau nanti double up.
Ow ya othor ganti bunga yang kemarin bunganya udah layu.. 😊😊😊