NovelToon NovelToon
Ratu Dan Pria Tak Terlihat

Ratu Dan Pria Tak Terlihat

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:734
Nilai: 5
Nama Author: khayalancha

Dari semenjak lahir Syailendra dipaksa untuk "tak terlihat", dirumah, disekolah dan juga di lingkungan sekitarnya. Namun ternyata seorang perempuan bernama Ratu memperhatikan dan dengan jelas dan tertarik padanya. Perempuan cantik dan baik yang memberikan kepercayaan diri untuknya.

Sedangkan Ratu, Ia sosok perempuan sempurna. Ratu terkenal tak mau berkomitmen dan berpacaran, Ia seorang pemain ulung. Hidup Ratu berubah saat Ia dan Syailendra satu team mewakili olimpiade kimia dari sekolahnya. Mereka tak pernah sekelas, dan Ratu bahkan baru mengenalnya. Tapi sosoknya yang misterius merubahnya, Ratu merasakan sesuatu yang berbeda dengan pria itu, membuatnya merasa hangat dan tak mau lepas darinya.

Namun dunia tak mendukung mereka dan mereka harus berpisah, mereka lalu bertemu sepuluh tahun kemudian. Apakah kisah kasih mereka akan tersambung kembali? Atau malah akan semakin asing?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon khayalancha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16 - Hadiah Kejutan

Ratu mencari bus untuk bisa pergi ke Cileunca Land bersama Syailendra. Dari dulu Ratu selalu ke sana sendirian memandangi hamparan danau yang memanjakan mata. Namun tidak ada yang bisa Ratu percaya untuk diajak ke sana. Termasuk semua gebetannya. Entah kenapa malah bersama Syailendra Ratu ingin mengunjungi tempat-tempat yang belum pernah ia kunjungi. Apalagi dalam rangka merayakan kemenangan mereka. Anggaplah ini langkah awal mereka menuju tingkat provinsi.

"Padahal kamu itu pintar, kenapa nggak dari dulu ikut olimpiade?"

Ratu membuka pembicaraan setelah lama mereka berdiam-diaman di dalam bus. Dapat ia lihat setelahnya perubahan ekspresi Syailendra. Lelaki itu tampak diam dan gugup. Membuat Ratu semakin penasaran mencari informasi tentang cowok ini. Sebenarnya siapa, sih, Syailendra? Kenapa kehadirannya begitu misterius di sekolah itu? Ratu bagai menemukan berlian di dalam goa. Selama ini siapalah yang kenal dengan Syailendra?

"Aku ... aku nggak mau ikut. Aku nggak suka suatu kegiatan yang membuat namaku disorot." Untuk pertama kali Syailendra menceritakan dirinya pada orang lain.

Dan ceritanya itu berhasil membuat Ratu tertegun.

"Kenapa gitu? Justru menurut aku kamu bisa jadi most wanted di sekolah kita. Kamu pinter, ganteng, sikapnya juga baik. Bahkan untuk jadi ketua OSIS pun mungkin kamu bisa," kata Ratu.

Syailendra menggeleng. "Aku nggak suka organisasi. Nggak suka hal-hal yang melibatkan banyak manusia."

Satu fakta yang baru Ratu ketahui hari ini. Apakah... cowok ini introvert? Kalau begitu Ratu akan sangat menyesal bertingkah aktif di depan Syailendra selama ini. Dan untungnya tempat main mereka kali ini bukanlah ke pusat keramaian, melainkan menikmati pemandangan alam.

"Maaf, aku nggak tau..."

Syailendra mengulur senyum. Ia puk-puk puncak kepala Ratu lembut. "Gapapa. Aku sadar hidup nggak bisa selamanya begitu. Adakalanya aku harus membaur dengan banyak orang. Nggak boleh menutup diri. Dan itu aku sadari saat kenal sama kamu."

Ratu tersenyum hangat. Kata-kata Syailendra mampu membuatnya merasa memiliki pengaruh besar dalam hidup cowok itu. Meski tak sepenuhnya teka-teki tentang Syailendra ini terjawab di benaknya.

"Orang tua kamu pasti bangga, ya, punya anak kayak kamu. Aku yang teman kamu aja sebangga ini...."

Ucapan itu sukses membuat Syailendra murung. Ia tampak tak suka segala pembahasan tentang keluarganya. Ya. Syailendra memang begitu. Benci urusan pribadinya diusik, sebenci sang ayah kepadanya tanpa ia tahu apa sebabnya.

Alhasil, untuk mengalihkan pembicaraan, Syailendra keluarkan earphone dari saku celananya, kemudian mencolokkannya ke ponsel. Ia pasang sebelahnya, dan sebelah lagi ia letakkan di telinga Ratu. Lagu Jepang Masaki Suda dengan judul Niji pun mengalun di pendengaran.

Ratu mengernyitkan dahi. Belum pernah mendengar lagu tersebut. "Ini lagu apa?"

Syailendra menunjuk ke luar jendela, tepat ke arah pelangi yang tampak menyapa mereka dari atas awan.

"Judul lagu ini Niji. Artinya pelangi. Maknanya bagus banget. Tentang seseorang yang kesepian dan akhirnya menemukan kehangatan dari orang terdekatnya. Hidup orang itu jadi berwarna seperti pelangi. Padahal sebelum itu hidupnya kelam," jelas Syailendra dengan sorot serius.

Mata Ratu berbinar mendengarnya. Kepalanya merebah di bahu Syailendra, dan mereka pun memandangi pelangi bersama-sama.

"Kayak kamu yang akhirnya menemukan aku?"

Syailendra tersenyum malu. "Iya."

"Ih senangnya! Ahahaha. Aku juga bahagia ketemu kamu."

Syailendra menggenggam jemari Ratu. Rasanya benar-benar hangat dan nyaman. Ratu pun enggan melepas genggaman Syailendra. Tangan mungilnya sangat pas berada dalam genggaman lelaki yang jari-jarinya tirus dan panjang itu.

"Kamu ... jangan pernah pergi ya?" pintanya penuh permohonan.

Ratu menjawab yakin. "Pasti. Aku bakal di sisi kamu terus. Bersedia di samping kamu di semua momen hidup kamu. Kita rayain hari penting kamu bareng-bareng."

Ucapan itulah yang membuat Syailendra makin bersemangat belajar lebih giat untuk memenangkan pertandingan. Semua semata demi mengungkapkan perasaannya pada Ratu. Ini akan Syailendra lakukan jika nanti mereka meraih tiga besar.

Tunggu sedikit lagi, Ratu.

Hamparan danau luas yang dikelilingi bukit itu menjadi objek tatap mereka saat ini. Suasananya sangat sejuk. Kabut dingin menghiasi cakrawala, semakin menambah nuansa dingin yang membesarkan pori-pori kulit. Beruntung mereka berdua mengenakan jaket. Jadi tidak terlalu kedinginan.

Tampaknya usaha Ratu mengajak Syailendra ngedate bisa dikatakan berhasil karena Syailendra menyukai tempat ini. Ah, alam memang cocok untuk manusia penyuka sunyi seperti dirinya. Karena di alam lah Syailendra bisa bebas mengekspresikan diri tanpa takut disorot ini itu.

"Suka?" tanya Ratu. Tangannya masih mengamit lengan Syailendra. Mereka amat mesra layaknya remaja yang bercinta di ujung senja.

"Iya, suka. Kamu dari mana dapat informasi ada tempat seindah ini?" tanya Syailendra takjub.

Ratu melongo mendengarnya. "Lho, emangnya kamu nggak pernah ke sini?"

"Enggak," geleng Syailendra. Boro-boro ke sini. Keluar rumah pun ia dibatasi. Diingatkan untuk jangan mencolok, jangan berada di keramaian.

"Jadi baru pertama kali kamu ke—astaga. Serius?!"

"Iya, serius."

"Dengar tempat ini tapi pernah kan?"

"Belum juga."

Ratu speechless. Ternyata masih ada orang Bandung yang belum tahu ada tempat sebagus Cileunca. Ia pikir semua orang di Bandung ini –walau mungkin belum pernah pergi ke sini—pernah mendengar nama tempat wisata satu itu.

"Ya ampun. Aku ... aku nggak nyangka. Berarti ini termasuk keberuntungan, dong, ya, karena kamu ke sini pertama kalinya bareng aku?"

Syailendra tersenyum. Ia rangkul bahu perempuan itu dan tatap wajahnya yang amat cantik. "Iya. Keberuntungan sejak bertemu kamu," lanjutnya.

Sejenak mereka bertatapan. Angin sepoy-sepoy menerbangkan rambut keduanya. Makin lama bertatapan, wajah mereka memanas dan memerah dengan sendirinya. Pada akhirnya mereka sama-sama tertawa karena tidak tahan saling tatap.

"Aku pegel berdiri terus. Duduk yuk?"

Lantas Ratu ajak Syailendra mencari spot tempat duduk yang agak menepi dari semua orang. Mereka duduk di rerumputan tanpa tikar yang jaraknya dekat dengan pinggir danau.

"Kok ke tepi banget, sih?" Syailendra curiga.

Ratu menjawab sedikit kikuk. "Hm ... itu... kamu kan bilang nggak suka keramaian. Makanya aku ajak sedikit mojok."

Syailendra percaya-percaya saja. "Makasih, Ratu."

Hening mengambil alih suasana. Sejujurnya Ratu malah tidak sabar ingin memberikan 'hadiah' pada Syailendra. Namun tetap saja ia harus mencari momen yang tepat. Karena hadiah ini bukanlah sembarang hadiah.

Ia awali dengan mengobrol hal random sambil mengeratkan pegangan tangan untuk menciptakan kehangatan tubuh masing-masing. Segala hal yang tidak terlalu penting mereka ceritakan. Semuanya mengalir begitu saja saking akrabnya mereka.

"Syai...."

Seusai Syailendra bicara, Ratu langsung menyetop temannya itu agar Syailendra tidak membahas hal lain. Kini fokus Syailendra hanya tertuju padanya saja. Cowok itu menoleh untuk menantikan apa yang ingin Ratu sampaikan.

"Iya?"

"Aku ... aku mau kasih hadiah kamu."

Ratu menekukkan wajahnya malu-malu.

"Oh ya? Mana?"

Wajah Ratu terangkat. Ia tatap mata Syailendra, lantas turun menatap bibir lelaki itu. Sebelah tangannya terulur mengusap pipi Syailendra. Hal tersebut membuat Syailendra semakin bingung.

"Hm?"

"Ini hadiah dari aku, spesial ungkapan terima kasih karena udah bantuin aku belajar selama ini. Aku ngasih ini khusus buat kamu aja."

Tanpa menunggu lebih lama, Ratu maju mempertemukan bibirnya dengan bibir Syailendra untuk pertama kalinya.

Di sela pagutan itu Ratu berujar—

"Ini ciuman pertama aku. Aku kasih ke kamu karena kamu pantas dapatinnya...."

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!