Anaya Devaloka (21), seorang gadis muda yang terpaksa menjadi ibu susu bayi bernama Elnan Kavindra demi melunasi hutang ayah tirinya dan membiayai pengobatan mamanya.
Richard Kavindra (29), seorang CEO muda nan tampan dan terkenal playboy. Ia menyukai gadis seksi yang bertubuh langsing. Namun, ketika ia melihat Naya, semua tipe gadis idealnya seakan tak berlaku sama sekali. Ia terjebak pada pesona ibu susu baby Elnan anaknya.
Akankah Richard mampu meluluhkan hati Naya? dan bisakah Naya tetap teguh pada hatinya tanpa tergoda oleh Richard?
Follow Ig : @yoyotaa_
Dilarang keras untuk menjadikan cerita saya jadi konten!!!!!!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yoyota, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 - Menjadi Target
"Bawa masuk ke dalam sup nya," pinta Richard.
Naya pun membawa sup itu ke dalam lalu menaruhnya di meja. Saat Naya akan keluar dari kamar tersebut, tangan Naya dicekal oleh Richard. Ia langsung teringat kejadian semalam.
"Naya," panggil Richard.
"Iya, Tuan. Bisa lepaskan tangan saya?" pinta Naya hati-hati.
Richard pun melepaskan tangan Naya lalau memegang kedua bahu Naya dan menghadapkannya ke tubuhnya. Ia kemudian menarik bajunya dan memperlihatkan bekas gigitan Naya semalam.
"Apa kau menikmati permainan kita semalam?" tanya Richard dengan senyum yang sulit diartikan.
"Mak-sudnya?" jawab Naya terbata-bata.
"Dari bekas gigitan mu, sepertinya kau sangat menikmati kegiatan kita semalam. Apa kau mau melakukannya lagi?"
"Hah?"
Naya begitu tercengang mendengar perkataan Richard. Ia malah berpikir untuk tidak melakukan hal tersebut lagi. Cukup semalam saja. Tidak ada lain kali lagi.
"Jangan berpura-pura tidak mau. Aku yakin kau pun ingin sekali tidur denganku kan?"
"Hah?"
Lagi-lagi Naya dibuat terkejut dengan kata-kata yang terlontar dari mulut Richard. Ternyata Richard yang dipikirannya adalah orang tua yang penyayang dan menghargai wanita itu salah. Richard seperti pria mesum yang begitu mudah merayu wanita.
Daripada Naya terus mendapatkan kejutan lain dari kata-kata yang keluar dari mulut Richard. Naya memilih untuk memberontak.
"Ma-af Tuan. Tapi, sepertinya Anda salah paham. Saya menggigit leher Anda untuk melindungi diri saya sendiri agar bisa terlepas dari rengkuhan tubuh Anda. Bukan karena ingin tidur dengan Anda. Saya masih punya harga diri untuk tidak tidur dengan laki-laki yang bukan suami saya. Permisi."
Sekarang bukan Naya yang terkejut melainkan Richard, ia tak pernah diperlakukan seperti ini oleh seorang wanita. Ia merasa dipermalukan oleh seorang ibu susu Elnan.
Karena Richard terdiam, Naya pun segera keluar dari kamar Richard dan turun ke lantai bawah.
Richard kesal pada Naya. Tapi di lain sisi, ia juga mulai penasaran pada Naya. Kenapa ia begitu menjunjung tinggi harga dirinya? Dari banyaknya wanita yang ia temui, hanya Naya yang tidak menggodanya.
"Wanita itu membuatku penasaran. Baiklah, kau akan jadi targetku, Naya."
Richard tersenyum menyeringai sambil menekan nomor kontak seseorang. Setelah telpon tersambung ia pun memberikan perintah.
"Selidiki Naya, ibu susu Elnan anakku. Jangan sampai ada yang terlewat sedikit pun."
"Baik bos."
Sambungan telpon pun berhenti. Richard duduk di depan meja yang di atasnya sudah ada sup ayam. Satu suapan masuk ke dalam mulutnya. Rasa sup ini berbeda sekali dari sup ayam yang biasanya ia makan. Dua suapan pun telah masuk. Hingga tanpa sadar sup ayam tersebut telah habis dan menyisakan mangkuk dan sendok nya saja.
"Siapa yang masak ya? Sup buatan Bi Sumi tidak seperti ini. Apalagi sup buatan mama pasti rasanya pait karena kebanyakan garam."
Karena terlanjur penasaran, Richard pun turun ke lantai bawah dan langsung menuju dapur sambil mengantarkan mangkuk kotor itu.
Di dapur, Bi Sumi terlihat sedang mencuci piring yang ada di wastafel.
"Bi, sup yang dibawa Naya tadi siapa yang buat?" tanya Richard.
"Oh, sup yang tadi buatan nona Naya, Tuan. Katanya ia buat di rumahnya. Tapi karena kebanyakan, jadinya dibawa kesini. Tadi saya juga mencobanya dan rasanya memang benar-benar lezat."
"Oh begitu. Makasih Bi."
"Sama-sama Tuan."
Setelah mendapatkan jawabannya, Richard kembali ke kamarnya.
"Rupanya dia pintar masak juga."
*
*
*
Sementara Naya kini berada di pinggir kolam renang menjaga Elnan sambil melihat Helen yang sedang berenang. Meskipun sudah berusia hampir 50 tahun, Helen masih terlihat awet muda. Pantas saja, Richard bisa setampan itu. Ternyata ia berasal dari gen seorang ibu yang cantik.
"Apa kau tidak ingin berenang bersamaku?" tanya Helen sambil berenang ke tepi kolam.
"Tidak Nyonya. Lagian jika saya ikut berenang. Siapa yang akan menjaga baby Elnan? Lebih baik saya melihat nyonya berenang saja."
"Lain kali kau harus ikut, dan Elnan pun begitu. Biar dia bisa beradaptasi dengan lingkungannya."
"Baik Nyonya."
Malam pun tiba, Helen berhenti berenang dan Naya pun masuk ke dalam rumah. Naya duduk di ruang keluarga dengan Elnan yang berada di gendongannya. Tiba-tiba Elnan menangis kencang. Naya pun panik, ia segera berdiri mencoba menenangkan Elnan dengan menepuk b*kong kecil Elnan. Sayangnya bayi mungil tersebut terus menangis.
Naya pun segera menggendong Elnan menuju kamarnya. Ia buru-buru menyusui Elnan dan Elnan melahapnya dengan cepat.
"Uh, jangan kencang-kencang sayang. Tidak akan ada yang mencuri susu milik Elnan kok," ucap Naya sambil menahan rasa sakit akibat gigitan Elnan di p*ting susunya.
Saking takutnya Elnan akan menangis lebih kencang lagi, Naya lupa tidak menutup pintu kamar Elnan. Naya menyusui Elnan dengan posisi menghadap ke pintu.
Mendengar suara tangisan Elnan dari samping kamarnya. Richard pun berniat untuk menenangkan Elnan. Siapa sangka ia justru akan melihat pemandangan yang sangat mengejutkan. Ia melihat Naya yang sedang menyusui Elnan dengan raut wajah yang meringis kesakitan. Entah kenapa melihat hal itu, Richard langsung meneguk air ludahnya. Tubuhnya seakan terbakar. Ada gejolak panas dalam dirinya yang meminta untuk dikeluarkan.
Ternyata dibalik kaos longgar yang sering dipakainya. Terdapat harta karun yang indah.
Richard tidak menyangka sebelumnya. Ia pikir dua buah benda kembar milik Naya berukuran kecil, tapi ternyata dugaannya salah. Naya memiliki p*yudara yang berukuran cukup besar meskipun badannya kecil.
****!
Richard mengumpat dalam hatinya. Ia tak tahan ingin sekali mer*mas dua buah dada kembar milik Naya lagi. Untuk meredam g*irahnya yang sudah menaik, Richard pun kembali ke kamar sebelum Naya melihatnya.
"Sial! Kenapa hanya melihat salah satu dadanya saja sudah membuatku tidak karuan begini?" umpat Richard sambil memainkan miliknya di kamar mandi.
Ia membayangkan suatu saat ia bisa membuat Naya mend*sah kenikmatan oleh perbuatannya di atas ranjang. Sebelumnya ia tak pernah memikirkan hal sejauh ini pada wanita. Namun, jika itu Naya, ia sudah tak bisa menahannya lagi. Seolah-olah memang Naya lah yang nantinya akan berhasil mendapatkan seluruh jiwa raganya.
"Ah..." Akhirnya sesuatu keluar dari milik Richard. Ia pun segera membersihkan diri dan berniat ke kamar Elnan. Ia berharap tidak melihat Naya seperti tadi lagi. Atau akibatnya Richard tak mampu menahan dirinya untuk kedua kalinya.
*
*
*
Di kamar Elnan, Naya sedang bermain bersama Elnan. Sesekali Elnan tertawa dibuatnya. Bayi itu begitu senang jika di ajak bermain. Naya sampai tak hentinya bersyukur, karena telah menjadi ibu susu untuk Elnan. Meski diawal ada unsur keterpaksaan, namun lama-kelamaan ia menjadi tambah sayang pada bayi kecil ini.
Richard sudah berdiri di depan pintu Elnan. Ia bernapas lega ketika Naya sudah tak lagi menyusui Elnan. Ia pun menghampiri Elnan.
"Naya, apa Elnan sudah tidur siang?" tanya Richard tanpa canggung. Seolah-olah melupakan apa yang telah ia ucapkan di beberapa jam yang lalu.
"Kata nyonya Helen, sudah Tuan," jawab Naya.
Richard mengernyit bingung. Kenapa jawabannya seperti Naya tidak tahu? Hanya sekedar tahu saja dari orang lain.
"Memang bukan kau yang menidurkannya?" tanya Richard lagi.
"Bukan Tuan. Tadi saya keluar dari pukul 10 hingga sore."
"Kemana kau pergi? Enak sekali meninggalkan Elnan begitu saja!"
Kini Richard sudah bicara dengan agak emosi. Bila menyangkut Elnan, ia memang mudah sekali emosi.
"Saya pergi ke rumah sakit untuk menjenguk ibu saya. Sekalian membawanya pulang ke rumah."
"Oh."
Mendengar jawaban Naya, emosi Richard mereda. Richard duduk di ranjang milik Naya dan meminta Naya untuk menaruh Elnan di tangannya.
*
*
*
Hai semuanya,
Terima kasih sudah membaca ceritaku. Mohon tinggalkan komentar dan sarannya ya.
Jangan lupa untuk like dan vote nya juga, supaya aku lebih semangat nulis bab barunya.
jangan lupa mampir juga di karyaku ya,🙏🏻
icad icad..