Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Rose, menatap Amira dengan tatapan yang terlihat meremehkan seringai kesombongan terlihat jelas dari wanita tersebut ketika berhadapan dengan Amira.
"Eeeemb, kamu rekan kerja Regan ya?" tanya Rose basa-basi.
"Enggak Mbak kita hanya berteman biasa saja," sahut Amira.
"Oh berteman biasa," sahut Rose sambil manggut-manggut.
"Rose tunggu sebentar ya, aku mau antar Amira dulu sampai depan," ijin Regan yang diangguki oleh Rose.
'Aku harus mencari tahu siapa wanita yang bersama Regan tersebut,' ucap Rose di dalam hatinya.
Saat ini Regan mulai mengantar Amira, sampai di depan. Tidak tahu kenapa pria itu nampak bahagia di datangi Amira seperti ini, padahal sebelumnya dia tipikal pria yang begitu pemilih terhadap wanita.
"Mir, kamu naik mobil sendiri?" tanya Regan.
"Iya Mas, aku mengemudi sendiri, lagian setelah ini aku harus ke rumah makan, dan meninjau tempat baru untuk cabang ke dua," sahut wanita itu.
"Wiiih, kau begitu pekerja keras Mir, semoga saja suatu saat nanti kau menjadi wanita dan ibu yang sukses," ucap Regan yang membuat Amira mengaminkan ucapan pria di hadapannya itu.
"Amiiin ... Lagian aku orangnya tidak bisa jika di suruh diam, dan jika urusanku dengan cabang keduaku sudah selesai, aku minta ajarin bisnis properti ya Mas," pinta Amira.
"Siap Bos, aku suka dengan wanita mandiri pekerja keras seperti ini," sahut Regan dengan tatapan kagum pada ibu satu anak ini.
"Mas Regan bisa saja, aku ini hanya seorang ibu yang ingin berjuang membahagiakan putri semata wayangku saja, mungkin kalau tidak ada Afif untuk apa aku bekerja mati-matian seperti ini" ucap Amira.
"Itu harus karena setiap anak berhak mendapatkan kebahagian dan pendidikan yang baik dari orang tuanya," terang Regan. Yang diangguki oleh Namira.
"Ya sudah kalau begitu aku pamit pulang dulu, kasihan teman Mas Regan tadi menunggu," ijin Amira yang langsung memasuki mobilnya.
Regan hanya bisa tersenyum sumringah melihat mobil yang di kendarai Amira semakin jauh dari pandangannya.
"Kau benar-benar berbeda dari wanita kebanyakan Amira," gumam Regan dengan senyum yang mengembang di sudut bibirnya. "Ah, sudahlah kalau seperti ini aku bisa tidak fokus dengan kerjaan ku," dengus Regan sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
******
Mobil Amira sudah sampai di rumah makannya, wanita itu mulai berjalan untuk memasuki rumah makannya, melihat rumah makan yang setiap harinya tidak sepi dari pelanggan seperti ini, Amira begitu terharu, dan bersyukur.
"Ya Allah terima kasih atas semua kepercayaan yang engkau berikan, seperti biasa Tuhan, saat ini hamba ingin mencoba hal baru lagi, semoga saja usaha hamba selalu berhasil, Aamiiin," ucapnya sendiri di dalam doanya.
Amira mulai mengecek dibagian dapur, melihat para karyawannya yang begitu sigap dan cekatan dalam meracik semua bumbu-bumbu dan juga mengola berbagai olahan daging sapi yang akan dibuat untuk besok.
Setelah mengunjungi dapur kotor wanita tersebut mulai mengecek ke dapur bersih dimana para karyawan sedang sibuk menuangkan satu persatu kuah rawon di dalam mangkuk, bahkan ada pula yang menaruh nasi diatas piring. Semuanya bekerja dalam tugasnya masing-masing.
"Halo kalian semangat ya! jangan lupa kalau capek berhenti sejenak gantian dengan yang lainnya. Kalau lapar juga begitu harus makan jangan di tunda-tunda, di sini semua makanan gratis dan boleh ambil sepuasnya, karena jatah kalian sudah ada," ucap Amira yang diangguki oleh karyawannya.
"Siap Bu, dan kami sebagian ada yang makan sebagian masih belum karena tahap bergantian, kalau di tinggal makan semua siapa yang mengurusi pembeli di depan," sahut Rahma karyawan kepercayaan Amira.
"Ya sudah tapi kamu harus teliti ya, tidak boleh ada karyawan yang tidak makan, dan ingat jangan membeda-bedakan karyawan, baik baru atau lama perlakukan semua dengan baik, karena konsumen butuh kekompakan dan ketangkasan kita," pesan Amira, banyak-banyak.
Selesai mengecek semua karyawan dan setok bahan-bahan, Amira tidak langsung berdiam diri, wanita itu langsung mengemudikan kembali mobilnya untuk meninjau tempat yang sudah 80% tahap penyelesaiannya ini.
Tiga puluh menit kemudian, akhirnya Amira sudah sampai di tempat tujuan. Amira pun langsung masuk dan mengecek ke dalamnya yang tinggal sedikit lagi.
"Selamat siang Bapak," sapa Amira pada karyawannya yang sedang menata bangku di tempatnya.
"Selamat siang juga Ibu Amira," sahut karyawan berusia diatas Amira itu.
"Pak Wardi gimana persiapan Rumah Rawon, cabang kedua ini?" tanya Amira dengan ramah.
"Tinggal 20% lagi Bu, tinggal persiapan dapur kotor dan dapur bersih, yang masih belum datang propertinya," sahut Wardi.
"Ya sudah saya serahkan semua sama Pak Wardi, intinya barang-barang harus datang tepat waktu ya Pak," ucap Amira yang diangguki oleh Pak Wardi.
Amira mulai lega akhirnya semua tinggal sedikit lagi, dan setelah memastikan semua sudah di handle secara baik, wanita tersebut langsung meninggalkan tempat.
Tidak terasa waktu sudah mulai sore matahari mulai tenggelam meninggalkan semburat senja yang terlihat begitu indah, sedang wanita ini masih diperjalanan menuju pulang.
"Sebentar aku berhenti di toko kue dulu untuk sekedar mengisi perut dan juga membawa oleh-oleh untuk yang di rumah," ucap Amira sendiri sambil menuruni mobilnya.
Amira mulai masuk dan menenteng keranjang untuk memilih roti kesukaannya dan juga jenis cake dan kue lainnya kesukaan Afifah.
Ketika Amira mulai memilih Banana cake tiba-tiba saja ada orang lain yang juga ingin mengambil cake tersebut.
"Mbak, maaf saya dulu yang ngambil cake ini," tegur Amira.
"Kamu," ucap wanita tersebut, ketika melihat ke arah Amira.
"Mbak Rose," sahut Amira dengan terkejut.
"Ini cake kesukaan anakku, jadi aku mohon padamu tolong berikan Cake itu," pinta Rose dengan nada ketusnya.
"Maaf Mbak, anakku juga suka dengan cake ini, lagian aku duluan yang ngambil, lebih baik Mbak tanyakan pada karyawan di sini barang kali di dalam masih ada stoknya," sahut Amira dengan sopan.
"Kamu ini pelit banget, heran deh cuma masalah sepele saja kau tidak mau ngalah, lagian apa susahnya mengalah," ketus Rose yang mulai memperlihatkan sisi aslinya.
"Maaf Mbak ini bukan masalah mengalah, tapi ini masalah tatakrama, seharusnya Mbak Rose, faham tata cara membeli, kalau barang itu sudah diambil oleh orang lain seharusnya Mbaknya gak usah merebut barang tersebut," cetus Amira, yang membuat wanita dihadapannya itu semakin naik pitam.
Bersambung ....