Li Yuanting, seorang jenderal perang bengis dan tak kenal takut dari zaman kuno, bereinkarnasi ke tubuh Ethan Zhao berusia 27 tahun, seorang pria tampan yang culun dan sering dihina, dijadikan anjing pesuruh oleh keluarga besar Zhao serta istrinya sendiri.
Li Yuanting yang menempati tubuh Ethan, akhirnya membalas mereka, dengan kemampuan strategi miliknya dan juga gabungan bakat yang dimiliki Ethan. Bagaimana perjalanan sang jenderal?
Yuk! Mampir baca!
Yang gak suka silahkan skip! Tidak perlu memberikan rating buruk👊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Clara Si Licik
Keesokan harinya, dunia bisnis diguncang oleh berita besar. Layar televisi dan berita online dipenuhi dengan satu nama yang menjadi pusat perhatian: Zhao Lei.
"Pengusaha Zhao Lei Tersandung Skandal Pencucian Uang Bersama Beberapa Pejabat Negara," begitu tajuk utama berbagai media.
Rekaman dokumentasi, bukti transfer ilegal, dan laporan kegiatan bisnis gelap yang dijalankan Zhao Lei bersama sejumlah pejabat tersebar luas. Berita itu membuat perusahaan Zhao Lei goyah seketika. Sahamnya anjlok, dan mitra bisnis yang tersisa buru-buru memutuskan kerja sama.
Di ruang kerjanya, Ethan menyaksikan semua itu dengan ekspresi tenang namun penuh kemenangan. Keira berdiri di sampingnya, membawa laporan investigasi lengkap yang telah berhasil disebarkan ke pihak berwenang melalui saluran anonim.
"Zhao Lei tak punya jalan keluar," ucap Keira sambil tersenyum puas.
"Bagus," jawab Ethan singkat. "Biarkan dia merasakan kehancuran perlahan."
Sementara itu, di kediamannya, Zhao Lei duduk dengan wajah pucat dan tangan gemetar. Istrinya menangis histeris di ruang tamu sementara anak-anaknya bersembunyi, takut menghadapi kenyataan. Telepon yang terus berdering dari pihak penegak hukum hanya membuat suasana semakin mencekam.
Zhao Lei tahu, ini akhir dari segalanya. Apa yang selama ini disembunyikan akhirnya terbongkar, dan tidak ada jalan kembali.
Malam itu, Zhao Lei diam-diam menyelinap ke mansion Zhao Rong. Wajahnya kusut, pakaian berantakan, dan keringat dingin membasahi dahinya. Ketukan pintunya pelan namun penuh harap, berharap sang kakak masih mau membantunya.
Zhao Rong yang membuka pintu langsung memandang adiknya dengan tatapan penuh jijik. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya dengan nada dingin.
Zhao Lei memohon dengan suara gemetar, "Kak, tolong aku ... aku dijebak! Semua mitra bisnis meninggalkanku, dan pihak berwenang sedang mengawasi setiap gerakanku. Aku butuh bantuanmu."
Namun, Zhao Rong hanya tertawa sinis. "Tolong kau? Jangan bodoh, Lei. Aku tak akan mencampuri masalah kotor yang kau buat sendiri."
"Tapi, kita keluarga! Kau satu-satunya yang bisa menyelamatkanku!" Zhao Lei bersikeras.
Zhao Rong menatapnya dengan dingin. "Justru karena aku keluarga, aku tahu betapa kotornya cara-caramu mencari uang. Kau pikir aku mau ikut terseret? Keluar dari sini sebelum aku memanggil keamanan."
Zhao Lei terdiam, wajahnya pucat pasi. Dia tahu Zhao Rong serius. Dengan langkah berat dan hati penuh kekecewaan, dia meninggalkan mansion itu, menyadari bahwa bahkan keluarganya sendiri telah meninggalkannya.
Setelah Zhao Lei pergi, suasana di mansion Zhao Rong terasa sunyi. Zhao Rong duduk termenung di ruang kerjanya, menghisap rokok dalam-dalam sambil memikirkan situasi yang terjadi. Wajahnya penuh dengan kerutan kekhawatiran dan kemarahan.
Tak lama kemudian, Felix, putra sulungnya, masuk dengan ekspresi penasaran. "Ayah," panggilnya, "Aku tadi melihat Paman Zhao Lei keluar dari mansion dengan wajah berantakan. Apa yang terjadi?"
Zhao Rong menghela napas panjang, "Dia datang meminta bantuan. Katanya dijebak dan semua mitra bisnisnya kabur. Dia bahkan telah ketahuan melakukan pencucian uang. Perusahaannya di ambang kehancuran."
Felix mengerutkan kening, "Siapa yang berani menghancurkan Paman? Bukankah bisnisnya cukup kuat dan punya koneksi luas?"
Zhao Rong menatap Felix dengan tatapan penuh spekulasi. "Itulah yang membuatku bingung. Semua ini terasa sangat terencana. Seolah seseorang ingin memusnahkan semua fondasi keluarga kita."
Felix mengepalkan tangan. "Apa mungkin ini ulah Ethan Long?"
Zhao Rong terdiam sejenak, kemudian berkata dengan nada rendah, "Ethan ... ya, bisa jadi dia. Anak itu semakin berkuasa. Kita terlalu meremehkannya selama ini."
Felix menatap tajam ayahnya. "Kalau benar dia pelakunya, kita harus berhati-hati. Ethan bukan lagi anak yang dulu bisa kita hina dan abaikan."
Zhao Rong mengangguk setuju. "Kita perlu memikirkan langkah selanjutnya. Tapi kali ini, jangan gegabah, Felix. Satu langkah salah, semuanya bisa hancur."
Percakapan itu berakhir dengan atmosfer yang tegang. Keduanya menyadari bahwa mereka sedang menghadapi lawan yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah mereka bayangkan.
*****
Saat Ethan masuk ke lift setelah meeting yang cukup panjang, pintu hampir tertutup ketika tiba-tiba seorang wanita dengan tergesa-gesa masuk ke dalam lift bersamanya. Wanita itu mengenakan gaun elegan berwarna merah dengan masker yang menutupi sebagian wajahnya.
Lift mulai bergerak naik dengan suasana yang hening. Ethan tetap berdiri dengan tenang di sudut lift, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya, tatapan matanya lurus ke depan tanpa memperdulikan kehadiran wanita tersebut.
Namun, atmosfer lift mendadak berubah saat wanita itu dengan sengaja berdiri terlalu dekat, seolah ingin mencari perhatian Ethan. Pria tampan itu tetap menjaga sikap dinginnya, meski inderanya tetap waspada.
Lift terus bergerak tanpa insiden berarti, tapi di benak Ethan, ia sudah mencium adanya sesuatu yang tidak biasa dari kehadiran wanita misterius itu. "Ada yang ingin kau sampaikan?" tanya Ethan dingin tanpa menoleh.
Wanita itu terdiam, senyum samar tampak di balik maskernya, namun tidak memberikan jawaban. Ethan hanya menghela napas tipis—nalurinya memberi sinyal bahwa ada drama yang mungkin akan segera terjadi.
Tiba-tiba, tanpa peringatan, wanita yang ternyata Clara mulai bertingkah aneh. Dengan gerakan cepat, dia merobek gaunnya sendiri dan mengacak-acak rambutnya hingga terlihat berantakan.
Ethan yang menyaksikan semua itu hanya berdiri diam dengan tatapan dingin namun penuh kewaspadaan. "Apa yang kau lakukan?" tanyanya dengan nada datar.
Begitu pintu lift terbuka, suasana lobi hotel mendadak tegang. Clara dengan wajah penuh kepura-puraan, rambut acak-acakan, dan gaun yang tampak robek berteriak dengan lantang, "Dia memperkosaku! Tolong!"
Para tamu hotel yang berada di sekitar lift langsung terkejut dan memandang Ethan dengan tatapan penuh tuduhan. Beberapa orang mulai mengangkat ponsel mereka untuk merekam situasi tersebut. Namun Ethan, dengan wajah dingin tanpa sedikit pun kepanikan, hanya berdiri tegap menatap Clara yang tengah memainkan drama murahan.
Seorang petugas keamanan hotel segera mendekat dengan ekspresi bingung. "Ada apa di sini?"
Clara menunjuk Ethan dengan tangan gemetar pura-pura, "Dia yang melakukannya! Dia menyerangku di dalam lift!"
Ethan tetap tenang. Dengan nada rendah namun tegas, dia berkata, "Periksa CCTV."
Clara yang mendengar hal itu panik, dan mencoba mencegah. "Tidak perlu check cctv! Pria ini benar-benar melecehkan saya di lift tadi. Dia harus bertanggung jawab pada saya dengan menikahi saya yang sudah kotor ini."
"Periksa saja! Kalau mau tahu kebenarannya," kata Ethan dengan suara dingin.
Petugas keamanan tampak ragu sesaat sebelum memberi isyarat kepada rekannya untuk memeriksa rekaman. Tak butuh waktu lama, laporan datang—rekaman menunjukkan jelas bahwa Clara sendiri yang merobek gaunnya dan mengacak rambutnya tanpa ada sentuhan apa pun dari Ethan.
Sontak suasana berubah. Wajah Clara memucat, keringat dingin mulai bercucuran saat dia menyadari kebohongannya terbongkar.
Ethan melangkah mendekat dengan tatapan tajam yang membuat Clara semakin terpojok. "Drama murahanmu tidak akan berhasil padaku, Clara," ucap Ethan dingin. "Kamu baru saja menghancurkan reputasimu sendiri."
Petugas keamanan langsung membawa Clara keluar dari hotel dengan paksa, sementara para tamu berbisik-bisik menyaksikan kejadian memalukan itu.
Ethan, dengan tenang dan penuh wibawa, melangkah keluar dari hotel tanpa peduli pada keramaian yang masih membicarakan insiden tersebut. Wajahnya tetap dingin, tak terpengaruh oleh upaya licik Clara.
"Target selanjutnya adalah dirimu Clara. Persiapkan dirimu," gumam Ethan
case to casenya detail.
mantap lah pokoknya