Jiwa seorang ilmuwan dunia modern terjebak pada tubuh pemuda miskin di dunia para Abadi. Ia berusaha mencapai puncak keabadian untuk kembali ke bumi. Akankah takdir mendukungnya untuk kembali ke bumi…. atau justru menaklukkan surgawi?
**
Mengisahkan perjalanan Chen Lian atau Xu Yin mencapai Puncak Keabadian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almeira Seika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27—Siasat Jahat (2)
"Sekarang, kau harus membalas budi pada suamimu! Jangan pernah membantah ataupun bertanya, karena kau harus patuh pada padaku. Atau... suamimu yang baik ini akan menghancurkan darah jiwamu!" Imbuh pria keji itu.
Tubuh Hao Lin lemas setelah mendengar ucapan kejam dari Duan Fang. Lalu, gadis berambut perak bersujud di bawah kaki suaminya itu. Sembari menangis dan gemetar. "Baik... baiklah... aku akan menuruti semua perintahmu. Termasuk, membunuh Xu Yin."
Wajah Duan Fang menunduk ke bawah, menatap tubuh Hao Lin yang bersujud dibawah kakinya. Lalu, mengatakan. “Kalau kau gagal membunuh Xu Yin saat duel nanti… aku tak hanya akan membunuhmu. Tapi juga menyegel jiwamu agar tak bisa damai walau mati sekalipun.”
Hao Lin menangis dalam sujud itu, ia juga mengepalkan tinjunya di tanah. Kemudian, ia bertanya. “Dan kalau dia membunuhku duluan?”
Duan Fang menyeringai seperti iblis. “Maka aku akan tahu kalau dia terlalu berbahaya. Dan akan kupastikan, klanku... bergerak untuk menyingkirkannya.”
Duan Fang berjongkok, memegang kedua lengan istrinya dengan kasar, menuntun Hao Lin untuk berdiri. Kemudian, ia mengusap lembut kepala gadis itu. “Jadi… mainkan peranmu dengan indah. Ciptakan tekanan. Buat dia lengah. Dan… habisi dia.” Setiap kata yang ia ucapkan mengandung racun.
Hao Lin hanya mengangguk perlahan, ekspresinya masih ketakutan. Ia pun bergegas melangkah keluar dari goa. Namun, pria keji itu menghentikannya. "Berhenti."
Hao Lin menghentikan langkahnya, lalu berbalik. Duan Fang mendekat ke arah Hao Lin, membungkuk, dan berbisik tepat di telinga gadis itu. "Kau harus melayaniku selama satu minggu!"
Alis gadis bersmbut perak itu mengerutkan alisnya. "Kenapa?"
Duan Fang kembali berdiri tegak. "Kau harus kuat untuk melawan Xu Yin. Dan kekuatan itu datang saat kita berhubungan fisik!" Bibirnya tersenyum saat menatap gadis itu. "Kau harus memperkuat Qi-mu bersamaku!"
Hao Lin terdiam beberapa saat... lalu mengangguk setuju. Langkahnya goyah saat masuk lebih dalam ke goa itu. Tapi ia tahu… tidak ada jalan untuk kembali.
Siapa yang akan menyangka bahwa di balik senyum Duan Fang, di balik jubah kehormatannya sebagai Murid Inti yang baik dan hangat, tersembunyi seekor ular yang sabar menanti saat untuk menerkam tanpa ampun...
Tujuh Hari sebelum ujian duel teknik Murid Dalam dan Murid Inti. Malam di mana langit berselimut awan gelap tanpa bintang, dan angin menebar kabut dari pegunungan utara hingga lembah barat, sebuah pertemuan rahasia diadakan dalam ruang bawah tanah yang tersembunyi di balik aula pelatihan utama Sekte Tiangu.
Lorong menuju tempat itu hanya bisa dibuka dengan simbol giok khusus milik Murid Inti pilihan. Suasana lembab, dinding batu ditumbuhi lumut hijau yang redup, sementara obor Qi biru menyala tenang di tiap pilar. Meja batu bundar berada di tengah ruangan, dengan lima kursi mengelilinginya.
Kursi utama ditempati Duan Fang, pemuda bermata tajam dengan jubah biru muda bersulam untaian emas. Wajahnya tenang, tapi seluruh ruangan seakan menciut di bawah tatapannya. Ia berada pada ranah Qi Tempering tahap tengah.
Di sisi kanan dan kirinya duduk empat murid inti.
Li Jiayi, perempuan itu memegang kipas lipat merah muda, wajahnya manis namun penuh perhitungan. Ia berada pada ranah Qi Tempering tahap tengah.
Perempuan dengan rambut perak dan aura yang memikat, Hao Lin. Namun, saat ini ia tampak pucat dan gelisah, menyembunyikan rasa takut dibalik senyum tipisnya.
Zhu Qiang, murid bertubuh besar dengan aliran qi logam di sekeliling tubuhnya. Ia berada pada ranah Qi Awekening 18.
Pria dengan rambut pendek berwarna perak, Hao Xin, saudara kembar Hao Lin. Memiliki reputasi sebagai murid inti yang brutal, namun saat ini ia tampak tenang. Ranah kultivasinya berada pada tahap Qi Awekening 19.
Keempat Murid Inti itu, seperti bidak catur yang telah lama Duan Fang kendalikan. Ia bagaikan tiran yang berdiri diatas kepala seluruh Murid Sekte Tiangu. Siapapun yang merusak tatanan itu, maka, akan ia hancurkan. Termasuk, menghancurkan Xu Yin dengan bidak-bidak catur yang ia gunakan.
Duan Fang mengetuk meja batu dengan dua jari. Suara ketukannya terdengar seperti lonceng peringatan di ruang sunyi.
“Aku tak ingin ada kejutan dalam duel teknik nanti. Xu Yin… harus dieliminasi. Dan kita harus menyusun panggung dengan sempurna.” Suaranya yang begitu arogan, menggema ke seluruh sudut ruang.
Suasana menjadi hening. Hao Lin menunduk, sementara tiga lainnya saling pandang. Dan suara obor qi yang berdesis, menambah suasana mencekam.
Duan Fang menatap dengan tajam Li Jiayi. “Kau dan aku berada di ranah yang sama, Qi Tempering Tahap Tengah. Kita akan bertarung di babak pertama. Tapi aku tidak akan menggunakan kekuatan penuhku, aku akan membuat celah. Kau ambil kemenangan itu.”
Li Jiayi menaikkan alisnya lalu tersenyum kecil. “Dan membiarkan dunia mengira aku lebih kuat darimu?”
Alis Duan Fang mengerut, seakan tak terima dengan ucapan Li Jiayi. “Hanya untuk sementara. Setelah Xu Yin mati, semua akan kembali seperti semula.”
Mereka berdua memang berada di tahap dan ranah yang sama. Tetapi, mereka sangat berbeda. Duan Fang memiliki primordial, selain itu, dia juga berkultivasi ganda dengan Hao Lin. Jelas, Duan Fang lebih unggul daripada Li Jiayi. Bahkan, dia bisa saja naik ranah hanya dalam waktu dua tahun.
Li Jiayi mengangguk pelan, memainkan kipasnya. “Baik. Tapi aku ingin satu permintaan. Biarkan aku yang memimpin Murid Dalam perempuan jika semuanya berjalan lancar.”
Duan Fang mengangguk. “Mereka semua akan berada di bawah kakimu.”
Lalu, Duan Fang menoleh ke arah Hao Xin dan Zhu Qiang. “Kalian akan bertarung di babak kedua. Kekuatan kalian hampir seimbang, Qi Awakening 19 dan 18. Tapi kalian tak perlu saling melukai.”
Zhu Qiang mendecak kecil. “Jadi, kau ingin aku menang dengan mudah?”
Duan Fang mengangguk pelan. “Tepat. Hao Xin, kau tahu apa yang harus dilakukan?”
Hao Xin menyeringai. “Mudah. Aku akan membiarkan satu lubang dalam pertahanan, lalu ‘terkejut’ saat diserang.”
“Kau tidak keberatan mengalah begitu saja?” tanya Li Jiayi, dengan maksud setengah mengejek, salah satu alisnya naik ke atas.
Hao Xin menghela nafasnya, lalu menjawab santai. “Aku hanya butuh posisi tetap untuk menjadi murid inti, bukan gelar juara. Xu Yin-lah yang harus kita kubur hari itu.”
Duan Fang tersenyum tipis, lalu menatap Hao Lin, yang duduk paling ujung. “Dan kau… akan menjadi algojo.”
Hao Lin menunduk, kedua tangannya mengepal di atas paha. “Aku tahu.”
Duan Fang berdiri perlahan. Qi dari tubuhnya mengalir seperti racun ke dalam tanah. "Gunakan semua yang kau punya. Racun, harta karun, bahkan jika perlu, teknik darah keluarga kalian. Jangan beri dia waktu untuk bangkit. Sekali tebas, habisi.”
“Jangan sampai gagal. Kau sendiri tahu konsekuensinya jika gagal.” Lanjut Duan Fang, dengan ekspresi mengerikan.
Li Jiayi tertawa pelan, lalu berkata. “Kau akan membunuhnya kan.” Ekspresinya sangat licik.
Hao Lin menatap sinis ke arah Li Jiayi dan Duan Fang. Merasa seperti... mereka berdua sangat cocok jika menjadi pasangan iblis. Dan.... jauh di dalam lubuk hatinya, ia menyesal pernah menyukai Duan Fang dan menjadi pasangan kultivasi ganda iblis berwujud manusia itu.
Duan Fang berdiri menghampiri Li Jiayi, lalu berbisik tepat di telinga gadis itu. "Jika dia gagal,” dengus Duan Fang, “aku akan menghancurkan kristal itu di tengah arena. Dan memasukkan jiwanya ke dalam botol jiwa.”
Li Jiayi tertawa puas, seakan-akan mendengar sebuah lelucon rumahan. Sementara itu, Hao Xin hanya diam saat kakaknya diperlakukan buruk, tidak bisa banyak membantu karena kekuatannya rendah.
Zhu Qiang tersenyum dan mengangkat cangkir gioknya. “Untuk rencana yang indah…”
Li Jiayi menambahkan, “Dan untuk kematian Xu Yin.”
Mereka bersulang dengan cangkir giok masing-masing, dan bunyi benturan giok terdengar seperti gong kematian di malam yang pekat.
Sementara mereka bersiap dalam ruang rahasia dengan aroma licik dan rencana kotor, di dalam kamarnya, Xu Yin… masih fokus bermeditasi dalam sunyi, tak tahu bahwa arena yang akan dia pijak, telah dicat dengan darahnya bahkan sebelum pedang ditarik.
Xu Yin sudah berada di puncak Qi Awekening 19, hanya dibutuhkan satu langkah lagi untuk naik ranah. Yaitu, Pil Langkah Surgawi level satu. Sayangnya, ia tidak tahu dimana bisa mendapatkan pil itu. Selain itu, hari duel juga semakin dekat.
Lima Hari sebelum ujian duel teknik Murid Dalam dan Murid Inti. Seseorang mengetuk lembut pintu kamar Xu Yin.
TOK. TOK. TOK
Xu Yin yang tengah duduk bersila sembari memejamkan mata, membuka pintu itu dari kejauhan menggunakan Qi. Lalu, pintu pun terbuka dan Tetua Qian muncul dari ambang pintu. Merasakan aura gurunya, mata Xu Yin segera terbuka. Ia telah lama menunggu kedatangan Tetua Qian. Hampir setahun, namun, terasa seperti satu abad...
Saat melihat gurunya, mata Xu Yin berbinar dan ekspresinya menunjukkan gembira. Lalu, segera berdiri, menangkupkan tangan dan memberi hormat. "Hormat Murid kepada Guru."
pedang biasa bisa apa nggak? tergantung ilmu seseorang atau tergantung pedangnya?
mungkin padanan sapu terbang penyihir atau karpet terbang aladin. cerita2 benda terbang yg jadi kendaraan yang lebih kuno.
ibunya jadi hangat.