NovelToon NovelToon
Benci Jadi Cinta

Benci Jadi Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: arsifa nur zahra u

naya menbeci atasan nya yang bernama raka tapi berujung jadi jatuh cinta

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon arsifa nur zahra u, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 27 * pemainan di mulai *

Kantor terasa lebih dingin dari biasanya. Bukan karena AC yang terlalu kencang, tapi karena tatapan yang mulai berubah, bisikan yang makin kencang, dan langkah kaki yang makin sering menoleh ke arahku. Sejak Ara kembali, suasana di gedung ini seperti medan perang yang tak terlihat, tapi terasa di setiap detiknya.

Dan sejak Adit muncul kembali, satu lantai denganku, aku tahu, ini bukan cuma permainan satu lawan satu lagi. Ini dua arah dua masa lalu yang membayang dan bisa merusak masa depan.

Hari ini, aku mendapat email dari Ara. Subjeknya: Evaluation Session Campaign Review. Waktunya? 30 menit lagi. Tempatnya? Ruang rapat kecil lantai enam, yang biasanya jarang dipakai untuk sesi formal. Dan yang aneh, hanya aku yang diundang.

Aku sempat menoleh ke meja Raka, tapi dia tak ada. Mungkin sedang meeting. Aku menarik napas dalam, mencoba menenangkan detak jantungku yang berdebar lebih cepat dari biasanya.

Begitu aku masuk ruang rapat, Ara sudah duduk di ujung meja, laptop terbuka, dan senyum tipis menghias wajahnya.

"Silakan duduk, Naya."

Aku duduk perlahan, berusaha menjaga sikap. “Ada yang bisa saya bantu, Bu?”

“Aku pengen tahu lebih dalam tentang strategi kampanye kamu minggu lalu. Slide kamu bagus, tapi aku punya beberapa catatan yang... bisa dibenahi.” Dia menutup laptopnya pelan, lalu menatapku lurus. “Tapi bukan itu intinya.”

Aku diam. Jantungku berdetak kencang lagi. Aku tahu arah pembicaraan ini bukan sekadar soal kerjaan.

“Kamu pikir kamu menang, ya?” bisiknya lirih. “Kamu pikir kamu berhasil dapetin dia dan semua orang akan biarkan itu begitu saja?”

Aku menelan ludah. “Saya nggak pernah anggap ini permainan.”

Ara tertawa pelan, hampir seperti ejekan. “Sayangnya, Naya, hidup di tempat seperti ini, semua hal adalah permainan. Dan kamu baru saja masuk ke papan caturku.”

Dia bangkit dari kursinya, melangkah mendekat. “Aku akan ambil kembali semua yang dulu milikku. Termasuk laki-laki itu. Bukan karena aku masih cinta. Tapi karena aku benci kalah.”

Sebelum aku sempat menjawab, dia sudah melangkah keluar dari ruangan.

Aku duduk terpaku. Tanganku gemetar di bawah meja. Ini bukan sekadar ancaman. Ini deklarasi perang.

**

Beberapa hari setelah pertemuan itu, rumor-rumor mulai berseliweran. Ada yang bilang aku dapat proyek karena kedekatanku dengan Raka. Ada yang mulai menyindir aku di pantry dengan candaan kasar.

Dan Raka? Dia tahu. Dia mulai makin protektif. Tapi aku juga tahu, semakin dia terlihat membelaku, semakin Ara akan mencari celah.

Sore itu, ketika aku sedang sendirian di ruang kerja, Adit datang dengan dua gelas kopi.

“Masih suka Americano?” tanyanya santai, seolah tahun-tahun yang pernah menyakitiku tak pernah ada.

Aku mengangkat kepala, menatapnya sinis. “Adit, lo mau apa?”

Dia duduk di kursi seberang tanpa izin. “Gue cuma pengen ngobrol. Catch up. Lo sekarang keren banget. Karier naik, gaya makin rapi... dan, kabarnya, lo juga punya pacar baru ya? Si bos ganteng itu?”

“Ada urusan apa lo tanya-tanya?”

Dia tertawa kecil. “Nggak usah tegang gitu. Gue cuma pengen tahu... apa lo bener-bener bahagia?”

Aku mengernyit. “Gue bahagia. Lebih dari sebelumnya.”

Dia menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Lucu ya. Dulu kita punya rencana menikah. Tapi lo tinggalin gue.”

“Karena lo selingkuh.”

Dia tak menyangkal. Hanya tersenyum. “Dan sekarang lo malah sama cowok yang hampir nikah juga sama orang lain. Ironis.”

Tanganku mengepal di bawah meja. “Gue udah maafin masa lalu lo. Jadi jangan coba masuk lagi ke hidup gue sekarang. Gue udah punya seseorang yang gue percaya.”

Adit berdiri, meletakkan kopi di meja. “Oke. Tapi kalau suatu hari dia ninggalin lo... gue masih di sini.”

**

Malamnya, aku bertemu Raka di apartemennya. Kami duduk di balkon, dengan kopi dan suara kota yang berisik di kejauhan.

“Kamu capek ya?” tanyanya, mengusap punggungku.

Aku mengangguk, menyandarkan kepala ke bahunya. “Ara mulai gerak. Adit juga.”

Dia terdiam lama. “Aku nyesel nggak cerita lebih awal soal Ara.”

“Aku ngerti. Itu bagian dari masa lalu kamu.”

Dia menoleh. “Tapi kamu sekarang masa depanku. Dan aku nggak akan biarkan siapa pun ganggu kamu.”

Aku menatap matanya. “Aku nggak butuh dilindungi terus. Tapi aku butuh kamu di sisiku.”

Raka menarik napas panjang, lalu mengeluarkan ponselnya. Dia menunjukkan email dari Ara ke direksi.

“Aku dapet info kalau dia lagi mendorong revisi struktur manajemen. Kemungkinan besar, dia mau aku dipindahkan dari jabatan sekarang. Mungkin ke cabang.”

Jantungku seketika menegang. “Maksudnya kamu akan dipindah?”

“Belum pasti. Tapi kalau itu terjadi, aku akan ajak kamu ikut. Ke mana pun. Kita mulai dari awal. Bersih.”

Aku menatapnya, hati rasanya campur aduk.

“Aku nggak mau kabur, Rak. Aku pengen tetap di sini, buktiin kalau kita bisa kuat walaupun mereka mau hancurin kita.”

Raka tersenyum. “Kalau gitu, kita hadapi bareng.”

Aku mengangguk pelan. Di balik semua ketegangan dan permainan kotor, aku tahu satu hal cinta kami diuji. Tapi aku juga tahu, kami tidak akan kalah dengan mudah.

Dan dalam hati kecilku, aku berjanji: aku akan tetap berdiri. Karena kali ini, aku bukan lagi Naya yang takut dan lari. Aku adalah Naya yang berani menatap musuh dan mencintai seseorang dengan seluruh keberanianku.

*

Keesokan harinya, suasana kantor semakin terasa menekan. Beberapa rekan kerja mulai menunjukkan sikap berbeda. Ada yang tak lagi menyapaku di pantry, ada pula yang dengan terang-terangan membicarakanku saat aku lewat.

Aku tahu, Ara sudah mulai memainkan narasi. Perlahan, tapi pasti.

Siang itu, Raka mengajakku bertemu di ruang kerja pribadinya. Begitu pintu tertutup, dia langsung menunjukkan beberapa dokumen.

"Ini proposal yang diajukan Ara ke jajaran direksi. Dia mengusulkan sistem rotasi antar cabang untuk manajer divisi."

Aku membaca cepat. Nama Raka tertera jelas di sana. Posisi: calon rotasi ke cabang luar kota. Waktu: tiga bulan ke depan.

"Dia bener-bener mau pisahin kita," bisikku.

Raka mengangguk. "Tapi kita bisa balikkan keadaan. Kalau kita bisa tunjukkan kinerja yang jauh lebih unggul dari divisinya Ara dalam tiga minggu ini, alasan mereka buat rotasi bisa digugurkan."

"Jadi ini adu performa?"

"Semacam itu. Dan aku percaya kamu bisa jadi ujung tombaknya."

Aku menatapnya serius. "Aku siap. Tapi kita harus hati-hati. Ara bisa main kotor."

Raka memegang tanganku di atas meja. "Kita hadapi bareng, Nay. Nggak akan ada yang ninggalin siapa pun kali ini."

**

Selama dua minggu ke depan, aku dan tim kerja siang malam. Presentasi, riset market, strategi kampanye semua dipersiapkan dengan matang. Aku turun langsung ke lapangan, bertemu klien, memastikan semua berjalan sempurna.

Namun, tekanan dari luar tetap datang. Ara makin sering mengganggu. Ia pernah mengubah jadwal meeting sepihak, membatalkan presentasi tanpa pemberitahuan, bahkan mengirimkan laporan palsu yang hampir menjatuhkan performa timku.

Beruntung, Raka selalu siap menangkis. Setiap celah yang coba digunakan Ara, dia tutup dengan bukti dan fakta. Dia tak hanya jadi kekasihku tapi juga partner perangku.

Sampai suatu sore, aku dipanggil ke ruang direksi. Tanpa Raka. Tanpa pemberitahuan.

Aku masuk dengan jantung berdetak tak karuan. Ara duduk di sisi kiri, senyum liciknya tak berubah. Adit juga di ruangan sebagai perwakilan tim audit.

“Saudari Naya,” kata salah satu direktur. “Kami menerima laporan adanya konflik kepentingan dalam proyek terakhir Anda. Ada dugaan bahwa posisi Anda dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi.”

Aku menatap Ara. Dia hanya tersenyum menang.

Namun sebelum aku bisa menjawab, pintu ruangan terbuka. Raka masuk dengan wajah tenang.

“Maaf, saya harus ikut dalam pembicaraan ini. Karena saya punya bukti bahwa tuduhan itu tidak berdasar.”

Dia meletakkan sebuah flashdisk ke atas meja, dan menyerahkannya ke direktur utama. “Semua timeline, komunikasi, dan approval dokumen ada di sana. Tidak ada satupun keputusan yang dibuat oleh Naya tanpa prosedur yang benar.”

Direktur itu memeriksa cepat, lalu menatap Ara. “Ini data valid. Sepertinya ada kesalahan dalam laporan sebelumnya.”

Ara terlihat kaku. Untuk pertama kalinya, wajahnya kehilangan kendali.

Pertemuan itu selesai dengan peringatan bagi siapa pun yang memberikan laporan tidak berdasar. Dan aku? Aku keluar dengan napas lega, meski tubuhku lelah luar biasa.

Di luar ruangan, Raka menungguku.

“Kamu oke?” tanyanya.

Aku mengangguk, lalu meraih tangannya. “Selama kamu ada di sini, aku bisa hadapi semuanya.”

Dia mengusap kepalaku, lembut. “Kita belum selesai. Tapi kita udah satu langkah lebih maju.”

Dan di hari itu, aku sadar perang ini belum usai. Tapi kami sudah tidak sendiri.

Kami bertarung bukan hanya untuk mempertahankan cinta, tapi juga harga diri dan masa depan.

Dan kami siap.

1
putrie_07
mantap pollll.....
g bertele-tele 👍👍👍👍👍
😘😘😘😘😘😘
putrie_07
akhirnya /Proud//Proud//Proud//Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
putrie_07
kantor Thor... BKN kantot😁😁😁🤭
gmn klo a ny jdi e😩😩😩😩
As'asri Mbu'a Bayu: /Facepalm/wkwk
total 1 replies
putrie_07
knp sih g MW😬😬😬
putrie_07
/Chuckle/
putrie_07
sabar y cint btuh pejuangann😭😭😭
putrie_07
/Smug/
putrie_07
/Grievance//Grievance//Grievance//Grievance//Grievance/
putrie_07
/Smile//Smile//Smile/
putrie_07
masa lalu tp terkdan kita teringat masa lalu. betul ap btul/Grin//Grin/
putrie_07
asykk/Kiss//Kiss//Kiss//Kiss/
putrie_07
qiu qiu/Joyful//Joyful//Joyful/
putrie_07
ud mulai deh jatuh cinta /Sly/
putrie_07
/Kiss//Kiss//Kiss/
putrie_07
mecom...😊
yeqi_378
Cocok buat semua.
Sena Kobayakawa
Jangan tinggalin aku kaya gini thor, aku butuh kelanjutannya 😭
Lửa
Dahsyat, author kita hebat banget bikin cerita yang fresh!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!