Ella Dan Emma adalah anak kembar dari sepasang keluarga terpandang yaitu Arkatama. Banyak dari orang orang yang merasa iri dengan keluarga yang terlihat cemara itu, padahal nyatanya salah satu dari anak mereka selalu disiksa baik fisik maupun batinnya. Namun setelah jiwa asing masuk keraga Emma justru semuanya terbongkar satu persatu dan kemudian menjadi rebutan dua pria yaitu kakak beradik, yang manakah salah satu dari mereka yang membuat Emma luluh? Baca kelanjutannya yuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alizar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
"Eungg!" Terdengar lenguhan dari seseorang yang terbaring di atas berangkar
"Duh pusing pala gue, " Ucapnya meringis
Perlahan namun pasti, mata bernetra hazel itu terbuka dan menatap sekitar. "Gua di rumah sakit? " Gumamnya dengan melihat sekitar yang menurut nya asing.
"Eh bentar, kenapa suara gue beda? Ini juga kenapa tangan gue dekil begini? Perasaan badan gue itu putih dan bersih bukan dekil begini. " Monolog nya pada diri sendiri
Ceklek!
Pintu ruangan terbuka memperlihatkan seorang dokter dengan pakaian khas nya tengah menatap nya sembari tersenyum. " Kamu sudah sadar, sebentar ya saya periksa dulu. " Ucap dokter itu ramah
Gadis tersebut mengangguk sambil memikirkan hal yang terjadi padanya. Bukan kah ia sudah tiada? Lalu kenapa ia hidup kembali, bahkan dirinya pun tak merasakan luka bekas belati yang menancap pada tubuhnya
"Luka kamu nggak begitu parah, kamu juga udah bisa pulang hari ini. " Ucap dokter itu membuyarkan lamunan Hanna
Ya, perempuan yang tengah termenung itu adalah Hanna. Hanna tidak mat* tapi ia hidup kembali dengan wajah serta tubuh yang berbeda. Merasa ada yang aneh Hanna pun bertanya pada dokter itu.
" Dokter tau nama saya? Lalu kenapa saya bisa ada disini, dan kemana luka sayatan belati yang menembus perut saya? Seharusnya kan yang di obati itu bagian perut saya, bukan kepala saya yang diperban. "Ucap Hanna berturut-turut
Dokter pun tersenyum. " Tentu saya kenal kamu, kamu adalah Emma anak dari teman saya. Dan luka belati? Apa maksud mu dengan luka sayatan. Kamu tidak terkena luka sayatan melainkan hanya benturan di bagian kepala mu saja yang membuat kamu tidak sadarkan diri hingga 3 hari lama nya. "Ucap dokter itu membuat Hanna Terdiam
" Terbentur? Kaya ada yang aneh. " Ucapnya dalam hati
"Hm baik lah dok, terimakasih. Bisa tolong bantu saya ke depan pintu kamar mandi? " Ucapnya yang langsung di iyakan oleh dokter itu.
Dokter itupun menyuruh sang suster untuk membawa Hanna ke dalam kamar mandi. Setelah tiba di kamar mandi Hanna menatap dirinya di depan cermin dengan mata yang melotot kaget ia tertegun. "Fiks! Ini bukan gue. Kenapaa gue bisa ada disini?" Sambil memperhatikan setiap tubuh yang ia tempati. tiba tiba sekelebat ingatan masuk bak kaset rusak memenuhi indra ingatan nya.
(Flashback ke ingatan si pemilik tubuh)
"Emma! Cuci semua baju ini. Ingat yang bersih jangan sampe ada noda sedikit pun! "
"Tapi kan ma, ada para maid yang akan mengerjakan nya. Ke nama harus Emma? "
"Para maid sibuk! Jadi kerjakan semuanya sekarang juga, termasuk berbenah rumah. Nyapu, ngepel, dan yang lainnya"
"Ma, Emma harus sekolah Emma akan telat jika harus mengerjakannya sekarang juga. Gimana kalo nanti setelah pulang sekolah. " Jawab Emma bernegosiasi dengan wanita paruh baya itu yang sebenarnya adalah ibu kandung nya.
"Nggak ada sekolah. Pokoknya hari ini kamu harus diam dirumah dan kerjakan semua pekerjaan rumah hingga tuntas. Ingat! Kerjakan sendiri dan jangan sesekali menyuruh maid untuk membantu mu. "Ucap wanita itu dengan tangan yang bersilang didada
" Tapi ma, _" Belum selesai Emma berkata sang ibu sudah memotong kalimatnya.
"Kerjakan atau kamu nggak boleh sekolah sama sekali! " Ancam nya yang membuat Emma kicep dan dengan pasrah mengangguk.
***
Plakk!
"Bagus kamu ya. Jam segini baru pulang! Dari mana saja kau, haa! " Satu tamparan mendarat di wajah Emma dan pelakunya adalah ibunya sendiri
"Maafin Emma ma, Emma baru saja pulang kerja. " Ucapnya pelan dengan tangan yang mengusap pipi bekas tamparan
"Kerja? Apakah kau ngeja*ng diluar sana! "
"Ti_tidak ma, Emma bekerja part time di salah satu restoran . Maafin Emma nggak memberi tahu terlebih dahulu. "
Ya, Emma bekerja di salah satu restoran sebagai part time. Ia melakukan pekerjaan seperti itu dikarenakan ia sama sekali tidak diberikan uang saku oleh mamanya, Sementara kebutuhan sekolah selalu ada.
Padahal setau Emma, setiap bulan ayahnya selalu mengirimi uang bulanan pada sang ibu, tapi selama ayahnya dinas di luar kota, Emma sama sekali tak pernah menerima uang sepeserpun dari sang ibu.
Pernah saat itu Emma meminta uang hanya untuk ongkos naik angkot, bukannya uang diberikan justru malah omelan yang berujung siksaan.
Emma sebenarnya juga bingung, kenapa dirumah ini ia selalu dibedakan? Padahal ia juga anak kandung dari sang ibu. Tapi dirinya selalu di maki dan hina. Ntah kesalahan apa yang membuat sang ibu berbanding terbalik sikapnya pada dirinya dan Ella.
Ella selalu dimanja dan di sayangi, sementara dirinya? Jangankan dimanja dan dipenuhi keinginan nya. Berbicara lemah lembut pun tidak pernah sama sekali, baik itu ada ayahnya ataupun tidak semua sama.
Dari sekian banyak nya siksaan yang ibunya beri membuat Emma tak bisa berkutik selain diam dan pasrah. Selama itu pula Emma hanya berpasrah pada dirinya sendiri.
Hari hari ia lewati dengan hinaan makian, baik itu dirumah ataupun disekolah.
(Flashback off)
"Sialan! Keluarga macam apa ini. Bukankah mereka kembar dan saudara kandung? Lalu kenapa tubuh yang gue tempati ini nggak dianggap sama sekali, " Ucapnya pelan
"Btw thanks udah ngasih tubuh lo ke diri gue. Gue bakal balasin dendam lo dan akan cari tau semua tentang kenapa lo sampai di beda kan oleh keluarga lo sendiri, "
"Setelah nya baru gue akan balas dendam dengan kematian gue sendiri. Andy, tunggu pembalasan dari gue!" Tekannya penuh emosi dengan tangan yang terkepal kuat.
(Mulai dari sini kita panggil Hanna dengan Emma)
Ceklek!
Pintu kamar mandi terbuka, dan terlihatlah seorang wanita paruh paya dengan pakaian seadanya. Ia berjalan dengan tergopoh gopoh mendekati sang anak majikan
"Nona, syukurlah nona sudah sadar. " Ucap wanita tua itu dengan ramah. Terpatri dengan jelas raut bersyukur diwajahnya
"Iya bi. Dokter juga tadi sudah mengatakan, kalau hari ini Han_ Emma boleh pulang. " Sahutnya dengan senyum tipis disudut bibirnya.
Sang maid hanya mengangguk dan membantu nona mudanya untuk duduk kembali. Sementara Hanna sendiri sibuk dengan pikirannya.
Yang pertama, ia harus bersyukur diberi kesempatan kedua untuk hidup dan membalaskan dendam nya pada Andy. Dan kedua sebelum ia membalaskan dendam nya pada Andy, Hanna harus membuat orang tua gadis yang saat ini ia tempati tubuhnya sadar akan perbuatan nya, dan Hanna juga harus mencari tau akar permasalahan yang selama ini membuat sang ibu kandung justru membenci anaknya
"Lihatlah. Bahkan disaat anaknya sendiri masuk rumah sakit tak seorang pun ada yang menjenguknya terkecuali bibi ini. " Monolog Emma dalam hati
Tak perlu ditanyakan kemana orang tuanya, yang pasti dari ingatan yang diberikan si pemilik tubuh asli sudah jelas mengatakan bahwa ia sangat tidak penting sama sekali.
"Non, sebaiknya makan dulu baru setelah nya istirahat. " Ucap maid itu yang bernama Maida
Emma pun memakan makanannya hingga habis dan setelah nya istirahat sembari menunggu infusnya habis. Tak berapa lama kemudian pun dokter datang kembali dan dan mempersilahkan Emma untuk segera pulang.
"Kita naik apa bi? " Tanya Emma
"Kita naik taksi saja ya non, soalnya itu emm nyonya tidak memberikan izin saya memakai mobil untuk menjemput nona. " Ucap bik Maidah ragu dan kasihan
Padahal sesama anak kandung tapi nona nya ini justru malah diabaikan seperti anak pungut. Padahal diluar sana yang anak pungut pun belum tentu diperlakukan seperti ini.
Emma hanya mengangguk saja. Karena sudah paham akan hal itu. "Tunggu perubahan gue bitch! Emma yang dulu dan sekarang berbeda. And yeah, lets play and the game" Batin Emma tersenyum smirk