Cinta memang tak memandang logika. Cinta tak memandang status. Suami yang ku cintai selama ini, tega menikah dengan wanita lain di belakang ku.
"Maafkan aku Ris! Tapi aku mencintainya. Dan sebenarnya, selama ini aku tak pernah mencintai kamu!"
"Jika memang kamu mencintai dia, maka aku akan ikhlas, Mas. Aku berharap, jika suatu saat hatimu sudah bisa mencintaiku. Maka aku harap, waktu itu tidak terlambat."
Risma harus menerima kenyataan pahit dalam rumah tangganya, saat mengetahui jika suaminya mencintai wanita lain, dan ternyata dia tak pernah ada di hati Pandu, Suaminya.
Akankah Pandu bisa mencintai Risma?
Dan apakah saat cinta itu tumbuh, Risma akan bisa menerima Pandu kembali? Dan hal besar apa yang selama ini Risma sembunyikan dari semua orang, termasuk Pandu?
Simak yuk kisahnya hanya di Novel ini.
JANGAN LUPA TEKAN FAV, LIKE, KOMEN DAN VOTENYA... KARENA ITU SANGAT BERHARGA BUAT AUTHOR🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
POV Pandu
POV Pandu
Sebenarnya aku paling tidak suka menghadiri acara reoni, entah sudah berapa kali aku dapat undangan dari teman teman mulai dari SD hingga kuliah, tapi tidak ada satupun yang aku hadiri. Tapi kali ini, aku benar benar ingin hadir, hanya karena ingin melihat wajah seseorang yang masih setia mengisi ruang terdalam hati ini.
Soni sahabat karibku, beberapa waktu lalu, membuat grup alumni semasa SMA, dan ternyata ada salah satu nomor yang selama ini aku cari bahkan aku rindukan. Clara, gadis manis dengan senyumnya yang selalu terlihat ramah pada siapa saja, bahkan dia adalah salah satu siswi teladan. Tak banyak bicara, dan bahkan terkesan cuek jika berurusan dengan lawan jenis. Diam diam aku mulai mengagumi sosoknya, diam diam aku begitu mendambanya. Tapi aku tidak pernah punya keberanian untuk mengungkapkan rasaku waktu itu. Aku yang menyukai wanita wanita cantik, dengan begitu mudahnya membuat mereka jatuh cinta lalu memutuskannya begitu saja. Karena aku tak pernah sungguh sungguh dalam membangun sebuah hubungan, sehingga predikat play boy tersemat untukku.
Aku klik nomornya dan nampak wanita cantik nan anggun yang sedang duduk menyamping, seolah enggan memperlihatkan wajahnya. Profil yang indah.
Aku memberanikan diri untuk mengirim pesan padanya, meskipun jujur aku takut kalau dia sedang dengan suaminya, karena waktu sudah sangat larut. Pukul sebelas malam aku menyapanya dengan salam melalui aplikasi hijau, karena terlihat dia masih online.
Dia membalas salam ku, namun tak urung bertanya kabarku, ternyata sifatnya masihlah belum berubah, dingin dan cuek dengan laki laki.
Akupun memberanikan diri untuk bertanya kabar dan dia pun membalasnya singkat, Padahal aku ingin banyak bertanya tentangnya. Tapi aku urungkan, agar dia tidak memandangku tebar pesona. Biar aku mencari info dari Soni, karena mereka adalah teman akrab sejak di sekolah dasar.
Saat aku mencari info ke Soni, alangkah senangnya hati ini, entah kenapa rasanya sangat bahagia dan lega, ketika Soni bilang jika Clara sudah berpisah dengan suaminya. Itu artinya, aku masih punya kesempatan untuk bisa memilikinya.
Bertahun tahun aku memendam rasaku pada Clara. Selalu berharap untuk kembali bertemu dengannya. Selalu membayangkan untuk bisa menjadi bagian dari dirinya. Entahlah, setiap membayangkan Clara, hati ini menghangat, damai dan begitu menenangkan. Mungkinkah ini cinta, cinta yang sesungguhnya. Karena aku tidak pernah merasakan perasaan ini pada istriku.
Saat di acara reoni, aku menghubungi Soni untuk berangkat bareng, tapi ternyata dia sudah sampai di tempat duluan. Katanya sambil sekalian pulang dinas. Bahkan dia mengirimkan foto yang sedang duduk berdampingan dengan Clara yang sedang mengobrol dengan perempuan yang aku lupa namanya. Seketika jantung ini langsung berdetak kencang, cantik nan anggun. Semakin terlihat dewasa dan indah senyumnya.
Segara melajukan kendaraan roda empat ku menyusul teman taman , terutama ingin segera bertemu dan melihat Clara ku, ya Tuhan bicara apa aku ini.
Sampai di acara reoni, orang pertama kali yang menyambutku adalah Soni dan Doni. Kami berbincang dan saling bertukar cerita, tapi mata ini fokus mencari keberadaan Clara yang jadi tujuanku datang ke acara reoni ini. Pandanganku tertuju pada sosok wanita anggun yang sedang duduk dengan anak perempuan berusia sekitar enam tahun, senyumnya mampu membuatku tak ingin lepas dari melihatnya.
" Cantik kan, janda itu bro!" bisik Awan di telingaku, nampaknya dia memperhatikan fokus mata ini tertuju kemana.
" Hai, pandu pa kabar?" Tiba tiba Linda datang menyapaku, perempuan dengan rambut sebahu dan sedang memakai dress di atas dengkul terlihat tersenyum lebar menyapaku, bahkan tanpa segan tiba tiba merangkul lengan ini.
" Alhamdulillah baik." jawabku datar dan langsung melepas pegangan tangannya di lengan ini, terus terang aku risih dengan polah wanita yang demikian. Saat aku sedang asik ngobrol dengan teman teman, kembali aku melirik ke arah Clara, rupanya Soni sudah ada di samping wanitaku, menyebalkan. Apalagi sikapnya yang sok akrab bikin hatiku terbakar cemburu, walaupun aku tau mereka sudah berteman akrab selama ini, tapi tetap saja, ada sisi tak suka melihatnya. Iya aku cemburu.
Fokus ku mulai hilang saat melihat Clara menjauh dengan wajah kesalnya. Pasti Soni sudah berhasil membuatnya nya marah. Tanpa perduli dengan apa yang di obrolin teman teman yang ada di dekatku, bergegas aku segera pamit undur diri, mengejar Clara. Jangan sampai aku kehilangan dia untuk kedua kali.
"Clara Prameswari." panggilku tenang, dan seketika dia langsung menoleh, menatapku tak percaya, bahkan aku bisa melihat ada binar cinta di sorot matanya yang bening. Tanpa ingin basa basi, tangan ini meraih jari jarinya, lalu menuntunnya pergi menjauh dari kerumunan, bahkan tak ada perlawanan darinya, bahkan kami saling menggenggam erat.
Duduk di temaram lampu yang hanya ada kita berdua, entah dari mana aku punya keberanian menyapu bibir tipisnya yang menggoda, bahkan Clara tidak menolak justru ikut menikmati setiap hembusan nafasku. Kami melebur dalam rindu dan nafsu. Tak perlu lagi kata untuk mengungkap rasa, aku sudah bisa merasakan cinta yang besar dari caranya menyambut bibir ini.
Tak ingin semakin jauh, akhirnya kami memutuskan pulang dan aku pun mengantarkannya hingga sampai di rumah.
Bertemu dengan ibu nya, aku pun mengutarakan niat untuk menikahi Clara menjadi istri kedua, penolakan itu sudah pasti, bahkan ibunya dengan tegas menolak dan menangis karena niat ini. Tapi karena cinta putrinya begitu besar untukku, akhirnya beliau merestui meskipun terlihat berat dan seperti tak iklas.
Besok, aku akan menikahi Clara, meskipun acara dadakan tapi jika ada uang semua pasti terasa mudah. Bahkan dalam waktu singkat semua sudah bisa disiapkan dengan begitu sempurna.
Rasanya seperti mimpi, bisa menjadi imam dari wanita yang kita harapkan selama ini.