Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7.
Melihat suaminya tersungkur di lantai, dengan wajah pucat menahan sakit, Jane berjongkok membantunya bangun dari lantai.
"Nona Jane... tidak usah membantunya berdiri, biarkan saja dia! anda akan menikah dengan putraku, Wilson!" sahut wanita paruh baya, yang tadi memarahi Hendrik.
Jane yang akan membantu Hendrik, yang sudah dianggapnya sebagai suaminya itu, memandang wanita paruh baya tersebut.
"Aku dengar nama suamiku Hendrik, bukan Wilson!" sahutnya dengan berani.
Ke tiga orang tersebut, tiba-tiba terdiam di tempatnya, mendengar apa yang di katakan Jane.
Pelayan yang berdiri di dekat pintu, juga ikut tertegun mendengar apa yang di katakan Jane.
"Nona, apa anda tidak salah dengar? dia itu seorang monster, hidup anda dalam bahaya kalau menikah dengannya!" sahut pria yang bernama Wilson.
"Aku sudah mengenalnya, sebelum datang ke Mansion ini!" kata Jane dengan tenang.
Kembali ke tiga orang itu terdiam.
Jane membantu suaminya untuk bangkit berdiri, dengan susah payah pria itu pun bangkit dari lantai.
Tanpa memperdulikan penampilannya, Hendrik memegang tangan Jane, lalu membawanya keluar dari dalam kamar tersebut.
Meninggalkan beberapa orang tersebut di belakang mereka, yang tidak bisa berkata-kata lagi, setelah Jane mengatakan telah mengenal Hendrik.
Sementara Jane dengan sabar, mengikuti langkah kaki panjang Hendrik menuju suatu tempat, yang tidak ia ketahui di mana letaknya.
Ternyata Hendrik membawa Jane ke sebuah aula, di sisi lain, terpisah dari bagian Mansion.
Butuh tiga atau empat menit, mereka berjalan ke aula tersebut, yang kemudian di bawa Hendrik ke sebuah ruang ganti.
Di dalam ruangan itu, sudah menunggu beberapa wanita, yang sepertinya perias pengantin, atau MUA.
Tanpa bertanya, mereka langsung membawa Jane ke depan meja rias, lalu dengan cepat mulai merias Jane.
Sementara Hendrik meletakkan bokong nya untuk duduk di sofa, tanpa melakukan apa-apa, atau lebih tepatnya, ia tidak di rias.
Jane diam-diam melirik Hendrik, yang terus saja memegang perutnya, dengan wajah yang terlihat menahan sakit.
Pakaian pria itu terlihat begitu kusut, dengan rambut acak-acakan, sepertinya ia terburu-buru datang menjemput Jane.
Tidak butuh lama Jane selesai di rias, dan hasilnya membuat Jane pangling dengan penampilannya.
Sangat cantik!
Beberapa wanita itu kemudian keluar dari ruangan tersebut, tanpa melakukan apapun untuk membantu penampilan Hendrik sebagai pengantin pria.
Jane melihat stelan jas pengantin pria, pada sebuah manekin di dalam ruangan itu.
Sepertinya ia harus membantu Hendrik merias diri, karena tidak ada seorangpun lagi di sana, untuk membantu Hendrik berpakaian rapi.
Dengan langkah pelan Jane menghampiri Hendrik, yang tengah duduk di sofa memegang perutnya.
"Apakah lukanya sudah di jahit?" tanya Jane dengan lembut, saat jaraknya dengan Hendrik sudah dekat.
Hendrik melihat Jane dengan tatapan yang sulit di artikan Jane.
Perlahan Jane duduk di samping Hendrik.
"Boleh aku melihat lukanya?" tanyanya hati-hati, seraya tangannya terulur untuk membuka kancing kemeja Hendrik.
Hendrik diam saja membiarkan jemari Jane, membuka kancing kemejanya.
"Oh, sudah di jahit ternyata, tapi lukanya terbuka lagi" gumam Jane seperti kepada dirinya sendiri.
Jane melihat ke atas meja sofa, ternyata satu kotak P3k sudah di sediakan dalam ruangan itu.
Jane membuka perban, yang membalut luka pada perut suaminya, dengan perlahan dan hati-hati.
Hendrik masih diam, dan membiarkan Jane mengurusnya, sembari menatap wajah Jane tanpa berkedip.
Ia tidak memperhatikan Jane membalut lukanya dengan perban, matanya hanya menatap wajah cantik Jane, tanpa berpaling kemanapun.
"Sudah!" ucap Jane, lalu membenarkan kemeja Hendrik kembali.
Mengancing kemeja dengan rapi, lalu memasang dasi kupu-kupu yang ada di atas meja sofa.
Setelah kemeja Hendrik rapi, Jane mengambil jas pengantin Hendrik dari manekin, lalu membantu Hendrik memakaikannya.
Dalam diam, Hendrik membiarkan apa saja yang di lakukan Jane padanya.
"Sudah rapi!" ucap Jane tersenyum melihat penampilan Hendrik, setelah merapikan rambut kusut Hendrik dengan jeli rambut.
Tok! tok! tok!
Terdengar suara ketukan di pintu ruang ganti tersebut, lalu di susul pintu yang terbuka.
"Apakah sudah selesai? sudah waktunya pengantin pria terlebih dahulu berdiri di depan Altar!" sahut seorang pria di ambang pintu.
"Iya, sudah!" jawab Jane.
Hendrik kemudian keluar dari ruang ganti tersebut, meninggalkan Jane sendirian di dalam ruang ganti.
Bersambung.....