DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM16
POV AUTHOR
Sekitar pukul satu siang, sebuah pajero dengan warna deep bronze metallic terparkir tak jauh dari rumah minimalis berpagar biru gelap. Penghuni di dalam mobil itu tak lain tak bukan adalah Gavriil dan Hana yang baru saja tiba, setelah menempuh perjalanan selama satu jam.
Amarah yang sempat tersirat di wajah Hana, perlahan-lahan mulai mereda. Meskipun, wajah wanita cantik itu masih sesekali terlihat ketus saat melirik pria yang duduk di sampingnya.
Saat Hana hendak turun dari mobil, niat nya terpaksa urung. Jemarinya buru-buru menyalakan kamera ponsel saat melihat Tuti keluar dari rumahnya bersama pria asing.
'Siapa pria itu? Ngapain dia bawa pria asing ke dalam, padahal gak ada siapa-siapa di dalam rumah? Jelas-jelas Mas Damar sedang kerja, Tuti juga seharusnya sedang kerja bersama Mayang. Aneh!' batin Hana heran.
Kamera Hana tetap menyoroti kemanapun arah Tuti melangkah. Wajah adik sepupunya itu tampak masam, bibirnya pun juga manyun.
"Ini panas loh, Alfin! Serius kita naik motor?!" cicit Tuti tak senang.
"Udah deh, Tut. Jangan cerewet, naik aja kenapa! Udah di tungguin Mayang ini, kamu kan tau tuh anak mulut nya kayak apa? Mending kita panas karena matahari loh, ketimbang panas kuping karena dengar ocehan dia," sungut Alfin, kekasih Mayang.
"Dia gak nitip uang buat aku naik taksi online gitu? Secara dia tau, aku lagi hamil muda begini." Tuti mengusap-usap perutnya sembari menatap lekat manik Alfin.
"Kagak ada, udah deh buruan. Kamu sih, pakai cuti-cuti segala. Udah tau kerjaan lagi padat!" Alfin merengut sembari menyodorkan helm pada Tuti.
Tuti lekas menyambar helm yang diberikan Alfin, tapi, lekas ia gantungkan di salah satu kaca spion saat ponselnya berdenting. Wanita itu merogoh ponsel yang ada di dalam tote bag nya.
Tuti memutar malas bola matanya saat melihat nama Mayang yang menelfon. Dengan wajah masam, ia menggeser simbol hijau di layar ponselnya, lalu menekan simbol speaker.
"Hallo, Mayang Sayaaaang~" Tuti berpura-pura ramah.
"HALLO HALLO! JAM BERAPA MAU KEMARI?!" Suara Mayang menggelegar di ujung telepon.
"Ini kita mau on the way kok, May. Sabar dong, Cin~" Tuti berusaha tenang.
"SABAR SABAR! LAGIAN KENAPA GAK PERGI SAMA MAS DAMAR AJA SIH DARI PAGI TADI?!" Mayang semakin gusar.
"I-itu, gue kesiangan, May. Sorry~" Tuti beralasan.
"Ngerepotin aja tau gak sih lo, Tut! Yaudah, mana cowo gue?!" suara Mayang masih terdengar ketus.
Dengan kedua bola mata jengah, Tuti menyodorkan ponselnya pada Alfin. Pria itu lekas menyambar nya.
"Iya, Sayang ku~" Alfin menyapa lembut.
"Kok lama banget sih? Dari jam sepuluh loh kamu berangkat dari sini?! Udah kayak orang gila aku nunggu kalian!" cicit Mayang.
"Ya, maaf dong, Sayang. Macet loh jalanan jam segitu. Jangan marah ya, Sweetie~" pujuk Alfin lembut.
"Yaudah, buruan kemari. Aku tunggu!"
Begitu panggilan selesai, Alfin lekas mengembalikan ponsel Tuti. Tak ada kata-kata lagi yang terucap dari bibir mereka. Keduanya lekas memakai helm, motor yang mereka kendarai pun mulai meninggalkan pekarangan rumah.
Hana yang dari tadi menyimak pembicaraan mereka sembari merekam, seketika berwajah muram.
'Apaan sih, ternyata pacarnya si Mayang? Buang-buang waktu ku aja!' rutuk Hana di dalam hati.
Hana kembali menyambar handle pintu mobil, ia kembali berniat keluar dari mobil Gavriil. Namun, lagi dan lagi niatnya terpaksa urung ketika beberapa tetangga tiba-tiba bersandar pada sisi mobil.
"Si Hana tuh yeiy, bener-bener mantu kagak tau diri deh!" ucap wanita baya berdaster ungu.
"Emang Hana kenapa lagi, Mpok Yati?" tanya seorang wanita yang menggenggam sebilah pisau dan sebuah mangga muda di tangannya.
"Duh, Yuli, emang kamu gak tau?" Mpok Yati menjeling, wajahnya sangat julid.
Yuli hanya menggeleng.
"Dih, kudet amat, padahal rumah bersebrangan. -- Semalam, Hana sama ibu mertuanya ribut lagi," Mpok Yati bersemangat.
"Iya kah?" wanita dengan daster bunga-bunga mulai ikut nimbrung. "Emang gara-gara apa, Mpok?"
"Perkara di tegur bangun siang, Bu Nola. Bu Jumiah sampai dijorokin ke lantai. Masa udah punya suami bangunnya siang, keliatan banget, gak pandai ngurus laki!" Mpok Yati semakin sengit.
Hana yang mendengar dari dalam mobil, hanya bisa menarik nafas sedalam-dalamnya. Berusaha meredakan dongkol di hati.
Sedangkan Gavriil, pria itu menjadi serba salah, ia mendadak canggung karena harus ikut-ikutan mendengar Hana dijelek-jelekkan.
Hana menundukkan kepala saat Mpok Yati tiba-tiba menempelkan kepalanya ke kaca mobil dan berusaha mengintip siapa yang ada di dalam.
"Tenang aja, mereka gak bisa lihat kita, Hana. Kaca mobil ini gelap dari luar, di dalam sini juga kedap suara. Hanya kita yang bisa mendengar pembicaraan mereka," jelas Gavriil.
Hana menghembuskan nafas lega, lalu menatap Gavriil. "Gav, lo pindah dulu ke belakang. Biar gue yang duduk di kursi kemudi."
Seperti lembu di cucuk hidung, Gavriil menurut begitu saja. Padahal, pria itu paling anti jika ada manusia lain yang memegang setir mobilnya.
Gavriil segera pindah ke kursi belakang, Hana lekas duduk di kursi kemudi dan kembali menajamkan indera pendengaran nya.
"Masa iya sih, Mpok Yati? Pantesan aja si Damar kawin lagi, biar ada yang ngurusin kali ya?" Bu Nola terkekeh.
"Ciusss deh, Bu Nola. Ya pasti dong biar ada yang ngurus, wong kata Bu Jumiah, piring kotor semua pada numpuk. Suaminya gak di siapkan sarapan pula, dih, amit-amit! Aku kalau punya menantu kayak Hana, bakal aku hasut deh anak ku buat gugat cerai!" nyinyir Mpok Yati.
"Kok bisa ya dia begitu? Mana mandul pula, syukur-syukur masih ada yang mau," Yuli ikut-ikutan nyinyir.
"Makanya aku bilang tadi, dia itu menantu kagak tau diri. Padahal mertuanya udah baik banget loh, mereka nikah di kasih kado sebidang tanah. Gak repot-repot nyewa rumah lagi. Sekarang? Malah si Hana ngaku-ngaku itu rumah nya. Duh, gila harta memang si Hana ini, pait pait pait!" Mpok Yati mengetuk-ngetuk kaca mobil tiga kali.
Di dalam mobil, Gavriil sudah mengepalkan kedua tangannya.
'Kalau Hana istri ku, udah ku gampar mulut-mulut rombeng ini ...!' batin Gavriil marah.
Berbeda dengan Gavriil, Hana yang tengah digosipkan malah tersenyum tipis. Wanita itu menoleh ke belakang dan meminta Gavriil untuk bersembunyi.
Dengan tenang, Hana menurunkan setengah kaca mobil itu, lalu melemparkan tatapan angkuh pada ketiga wanita yang tengah menggunjingkan dirinya.
"HALLO~ BU IBUUUUUU KANG GIBAH? ENAK GOSIPNYA?"
Ketiga wanita baya itu seketika pucat pasi, seperti melihat hantu di siang hari.
*
*
*
tapi tetap semangat y Thor buat cerita ny yg lbih bagus lgi👍😘
lanjutkan pokoknya😆😆😆
bener tuh kata David🤭😆😆😆