Rindunya adalah hal terlarang. Bagaikan sebuah bom waktu yang perlahan akan meledak di hadapannya. Dia sadar akan kesalahan ini. Namun, dia sudah terlanjur masuk ke dalam cinta yang berada di atas kebohongan dan mimpi yang semu. Hanya sebuah harapan rapuh yang sedang dia perjuangkan.
Ketika hubungan terjalin di atas permintaan keluarga, dan berakhir dengan keduanya bertemu orang lain yang perlahan menggoyahkan keyakinan hatinya.
Antara Benji dan Nirmala yang perlahan masuk ke dalam hubungan sepasang kekasih ini dan menggoyahkan komitmen atas nama cinta itu yang kini mulai meragu, benarkah yang mereka rasakan adalah cinta?
"Tidak ada hal indah yang selamanya di dunia ini. Pelangi dan senja tetap pergi tanpa menjanjikan akan kembali esok hari"
Kesalahan yang dia buat, sejak hari dia bersedia untuk bersamanya. Ini bukan tentang kisah romantis, hanya tentang hati yang terpenjara atas cinta semu.
Antara cinta dan logika yang harus dipertimbangkan. Entah mana yang akan menang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masih Ketakutan
Laura sampai di Rumah sakit tempat Nirmala di rawat. Ketika Laura masuk ke dalam ruangan, dia melihat Galen yang sedang memeluk Nirmala yang histeris. Laura jadi panik sendiri melihat saudaranya yang seperti ini.
"Nirma, tenang. Ini aku Galen, kamu ingat aku 'kan?"
"Lepasin! Jangan sentuh aku ... Jangan paksa aku ... Jangan sentuh aku"
Nirmala terus berteriak dengan berontak dalam pelukan Galen, tapi pria itu tetap menahannya. Memeluknya dengan erat, menahan tangan Nirmala yang ingin melepas infus di tangannya.
"Aku bakal lepasin kamu, asal kamu harus tenang. Jangan mencoba lagi melepas infus. Oke"
Nirmala menatap Galen dengan tatapannya yang penuh ketakutan. Dia mengangguk dengan pelan. Sungguh hati Galen begitu sakit melihat wanitanya yang seperti ini.
Dengan perlahan Galen melepaskan pelukannya. Dia menatap Nirmala yang akhirnya terdiam, namun tatapan matanya masih terlihat gelisah dan ketakutan. Bahkan dia tidak berani menatap Galen. Kedua tangannya saling meremas di atas pangkuan, menunjukan ketakutan yang besar dalam dirinya.
"Nirma" Laura perlahan mendekat setelah melihat saudaranya mulai tenang. Laura meminta Galen untuk beranjak dulu dari sana, dan dia yang berganti duduk di pinggir ranjang pasien itu. Sementara Galen berdiri disampingnya.
Nirmala mendongak, tatapannya masih menunjukan ketakutan yang besar. Namun, ketika melihat Laura dia mulai bisa merasa tenang. Air mata yang menggenang itu mulai meluncur membasahi pipinya.
"Nona Muda"
Laura langsung memeluk Nirmala, melihat keadaannya yang seperti ini, sungguh membuatnya begitu terluka. Entah apa saja yang dialami saudaranya ini, hingga dia harus memiliki sebuah trauma besar seperti ini.
"Aku takut, ruangan itu begitu gelap, setiap hari dia ingin menyentuh tubuhku. Aku takut, dia ingin per*kosa aku"
Laura langsung terdiam, dia menatap ke arah Galen yang sudah menunjukan kemarahan terbesarnya. Urat rahangnya terlihat mengeras, bahkan kedua tangannya sudah mengepal kuat.
"Kau jaga dia disini, aku harus selesaikan sesuatu" ucap Galen yang langsung pergi begitu saja dari ruangan ini.
Laura hanya menghela nafas pelan, dia tahu bagaimana kemarahan pria itu ketika yang dia klaim sebagai miliknya di usik orang lain.
"Tenang ya Nirma, sekarang ada aku disini. Kamu tidak perlu takut lagi. Kamu bisa menceritakan semuanya padaku"
Laura melerai pelukannya, dia memegang kedua tangan Nirmala dengan lembut. Menatapnya lekat, jelas dia melihat ketakutan yang besar dibalik tatapan matanya.
"Ceritakan padaku, apa yang sebenarnya terjadi padamu, Nirma?"
"Saat Mommy meminta aku untuk pergi ke Luar Negara dan mengantarkan aku ke Bandara. Dan..."
*
Hari dimana Nirmala pergi ke Bandara malam itu dengan diantar oleh seorang Sopir. Nirmala sudah turun dari mobil dan Pak Sopir membantu dia mengeluarkan koper dan tasnya.
"Pak sampai disini saja, kasihan kalau harus ikut dan menunggu di dalam. Bapak pasti lelah dan ini adalah waktunya istirahat"
"Saya tidak papa jika harus mengantar Nona sampai ke dalam dan menunggu sampai Pesawat tujuan Nona siap"
Nirmala tersenyum sambil menggeleng pelan. "Tidak papa, aku bisa sendiri kok. Bapak pulang saja"
Akhirnya Nirmala masuk ke dalam Bandara seorang diri, saat dia menunggu waktu pesawat tujuannya siap. Dia pergi ke Toilet. Berdiri di depan wastafel dengan air mata yang mengalir begitu saja di pipinya.
"Akhirnya aku tetap harus pergi dan meninggalkan semuanya. Aku bisa saja melupakannya dan tidak menyebut namanya setelah ini, tapi aku tidak akan bisa untuk tidak merindukannya. Meski rindu ini terlarang"
Nirmala menangis dalam diam, isak tangis yang dia tahan. Tanpa dia sadari, seorang pria berpakaian serba hitam dan menutup wajahnya dengan masker, sedang mengawasinya dari luar toilet.
"Ayo Nirmala, kamu bisa melewati semua ini. Hanya perlu memulai kehidupan baru disana"
Nirmala mengusap air matanya dan mencuci wajah sebelum dia keluar dari toilet. Dan ketika dia keluar, sebuah tangan membungkam mulutnya dengan sapu tangan. Nirmala kaget dan sempat berontak, tapi perlahan dia merasa pusing sampai akhirnya tidak sadarkan diri. Ponselnya terjatuh dari saku baju saat pria yang membawanya pergi dari sana.
Nirmala di bawa menggunakan mobil hitam. Tidak akan ada rekaman cctv yang merekam kejadian ini, karena orang itu sudah merusak semuanya. Seperti sudah dia rencanakan sejak awal.
*
"Dan ketika aku bangun, aku berada di sebuah ruangan sempit yang gelap. Aku sangat takut, Nona. Aku takut berada disana"
Laura kembali memeluk Nirmala, bahkan dia sampai menangis ketika mendengar cerita Nirmala barusan. Bagaimana gadis itu yang mengalami hal begitu mengerikan.
"Sudah, tidak perlu kamu ceritakan lagi kalau kamu takut. Sekarang pasti Galen sudah mengurus orang yang melakukan itu padamu. Sekarang kamu hanya perlu tenang, dan sembuh" ucap Laura dengan memeluk saudaranya semakin erat.
Sementara di tempat berbeda, Galen kembali masuk ke dalam Rumah yang menjadi tempat Nirmala disekap. Melihat Xavier yang masih berada disana, sudut bibirnya dan pipinya yang terlihat lebam bekas pukulan Galen masih terlihat. Begitupun dengan keadaan Galen yang tidak jauh berbeda.
"Ck, jangan terlalu marah. Dia sudah lemah, jadi kau tidak perlu keras menyiksanya"
"Diam!" ketus Galen yang berlalu begitu saja meninggalkan Xavier.
Xavier hanya terkekeh melihat kemarahan yang begitu besar dalam diri Galen. "Dia benar-benar mencintai gadis itu. Sampai begitu marah"
Galen menuruni anak tangga menuju ruang bawah tanah di Rumah ini. Bagaimana tempat Nirmala disekap selama ini. Johan berada disana bersama satu orang suruhannya. Dan seorang pria yang tersungkur dengan tangan dan kaki yang terikat.
Galen berjalan ke arah pria itu, berjongkok di depan pria yang meringkuk di atas lantai. Galen menendang kaki pria itu untuk dia tersadar dan melihat padanya.
"Apa saja yang kau lakukan pada Nirmaku? Sampai dia begitu ketakutan. Kau berani melakukan apa saja?!" tekan Galen.
"Haha... Nirmaku? Dia bukan Nirmamu, dia milikku!" teriak pria itu dengan tertawa mengejek pada Galen.
Bugh.. Sebuah tendangan keras mendarat di perutnya. Galen tidak akan membiarkan pria ini terus berbicara jika Nirmala adalah miliknya. Karena itu tidak akan pernah terjadi.
"Berani kau menyebutnya milikmu, maka kau akan habis ditanganku!"
"Dia memang sudah menjadi milikku. Kau tidak percaya? Tanyakan saja padanya, apa dia masih suci? Kegadisannya sudah aku dapatkan ... Hahaha"
Rahang Galen mengeras, dia semakin marah dan tidak bisa menerima atas ucapan pria itu. Dengan kuat dia menendangnya terus menerus, tidak menghiraukan jeritan kesakitan dari pria itu.
"Ingat ya Willy, kau tidak akan bisa memilikinya. Aku tidak peduli jika memang kau sudah mengambil kegadisannya atau tidak. Tapi, dia tetap milikku!"
Bugh.. Bugh... Pukulan dan tendangan yang terus terdengar dalam ruangan ini. Galen benar-benar menyiksa Willy yang tidak dia sangka akan melakukan kejahatan seperti ini hanya karena obsesi dan dendam.
Bersambung
lanjut kak tetap semangat 💪💪💪