Cerita cinta Aira yang berujung balas dendam, menjadi saksi bisu untuk dirinya. Kematian sang ibunda, bukanlah hal yang mudah dilalui gadis desa itu.
Ia disered paksa diperjual belikan oleh sang ayah, untuk menikah dengan seorang CEO bernama Edric. Lelaki lumpuh yang hanya mengandalkan kursi roda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Cemburunya Dwinda Julissa kepada Aira.
"Ya sudah kalau begitu, kenapa papih tidak langsung membawa gadis kampung ini menemui Edric atau jangan-jangan papih suka sama dia. " Perkataan si pemilik bola mata berwarna coklat itu memperlihatkan kecemburuannya.
Wanita bernama Dwinda Julissa adalah seorang istri kedua Ellad, setelah kematian istri pertama bernama Maya Valencia wanita keturunan Amerika yang bergelar sebagai dokter. Ia mati tanpa di ketahui apa penyebabnya.
Tak ada tanda tanda sakit pada Maya Valencia, kematian menyimpan sebuah rahasia. Tiba tiba saja Maya mati dalam ke adaan tertidur, dokter yang menanganinya pun sempat bingung. Saat di vonis, tak ada penyakit atau pun kekerasan pada kematian Maya.
"Sayang, kamu kok cemberut gitu. Senyum sedikitlah, papih tidak ada maksud dengan wanita kampung ini." Ellad berusaha membujuk Dwinda, mencuil dagu belahnya membuat senyuman kini terukir dari ujung bibir istri cantiknya itu.
"Ya, habisnya. Ngapain coba papih lama-lama disini sama dia, harusnya papih itu langsung bawa aja ini cewek ke kamar Edric agar mereka langsung bertemu." Dwinda Julissa, menggerutu kesal walau tadi ia sempat tersenyum lembar di depan Ellad.
"Papih, ini cuman mau memastikan bahwa gadis kampung ini bersih dari penyakit kulit, memangnya moms mau kita terjangkit penyakit menular yang disebarkan dia." Mendengar cerita dari Ellad membuat Dwinda bergidik ngeri, sembari mengusap kedua tangan nya, " Ihh, nggak lah pih, moms mana mau."
"Makanya papih menyelidiki setiap inci tubuhnya, kalau dia benar benar bersih." Tegas Ellad.
Aira dari tadi mematung mendengar percakapan kedua insan yang membicarakan dirinya.
"Terserah, papih saja. Moms mau pergi ke mall, membeli baju dan keperluan anak anak." Dwinda pergi begitu saja, tanpa mau mengantarkan Aira pada Edric. Sedangkan Ellad hanya menggelengkan kepala melihat istrinya tanpa mau mendengarkan penjelasan nya hingga selesai.
Selama menikah dengan Dwinda, Edric seakan tak suka dengan ibu barunya, dia terkesan cuek dan tak suka dengan tingkah Dwinda, setiap melihat wanita itu bergelayut manja pada sang ayah.
Padahal Dwinda sudah berusaha menjadi ibu sambung yang baik untuk Edric, tapi tetap saja tak ada respon positif dari anak tirinya sampai sekarang, entah alasan apa Edric begitu terlihat tak menyukai Dwinda?
"Aira."
Panggilan lembut dari Ellad membuat lamunan Gadis manis bernama Aira itu mengangkat wajah dan menjawab." ya."
"Sekarang saya akan mempertemukan kamu dengan Edric di dalam kamar, karena kamu sudah lulus seleksi akan kebersihan tubuh oleh saya."
Perkataan Ellad yang tak disuka oleh Aira, " Memangnya gadis kampung sekotor itu, sehingga dia bilang kalau aku takut menularkan penyakit kulit." Gerutu hati Aira.
Perlahan pintu mewah dan besar di hadapannya terbuka lebar, memperlihatkan sosok lelaki duduk di kursi roda membelakangi tubuh Aira.
Sang ayah dengan posisi masih berdiri, memanggil anak satu satunya dari pernikahan pertama bersama Maya Valencia.
"Edric."
Panggilan sang ayah, membuat sosok lelaki bernama Edric memutarkan kursi roda berhadapan dengan lelaki yang sudah membesarkannya tanpa memandang lelah.
Aira membulatkan kedua mata, dengan mulutnya yang tiba-tiba terbuka lebar, melihat sosok lelaki tampan duduk di kursi roda. Lelaki berhidung mancung dengan kumis tipis, kedua bola mata berwarna biru, dengan bibir tipis. Seketika membuat kedua mata Aira terpanah dengan ketampananya.
"Sesat, sesat." Gerutu hati Aira, dia langsung mengusap kasar wajahnya.
"Ada apa, ayah?" Tak ada senyuman di bibir anak lelaki ya itu, Edric terlihat jutek seperti saat Aira melihat ayahnya.
Mereka keluarga yang kurang senyum.
"Oh, ya. Ini Aira!" Jawaban sang ayah membuat, Edric mendekat ke arah Ellad," Apa dia gadis dari kampung?"
Lelaki tua dengan rambut berwarna putih itu menganggukkan kepala dengan menjawab," ya. Bukanya kamu meminta agar ayah mencari sosok gadis kampung untuk kamu jadikan seorang istri. Dan Aira ini gadis kampung yang baru saja datang."
Aira hanya menundukkan wajah, sesekali ia melirik ke arah Edric dengan kedua kakinya yang lumpuh.
"Karena Dad, sudah menemukan gadis kampung yang kamu inginkan, jadi kapan acara pernikahan di gelar? " Pertanyaan Ellad membuat Aira tercengang kaget.
Padahal baru saja bertemu, belum juga mengatakan kata cocok sang ayah langsung membicarakan pernikahan.
"Aku ingin dua hari ini acara pernikahanku di gelar. "
Perkataan Edric membuat Aira berkata dalam hati," Secepat itu."
Aira hanya mengatakan kata iya, setelah sang CEO menanyakan, keberatan apa tidaknya Aira saat ini.
Dia takut jika menolak, dirinya akan mati sia-sia di tangan kedua CEO kurang senyum itu. Jika ia mati, dirinya tak bisa membalaskan dendam kepada Sodikin ayah tiri yang sudah nembak Siti di depan mata kepala nya sendiri.
Apalagi Aira mendengar percakapan saat di dalam mobil, lelaki berjas hitam membicarakan Sodikin yang sebenarnya menjual Aira demi uang miliaran. Betapa hancurnya hati Aira, ia dibawa paksa hanya disuruh menikahi CEO lumpuh.
Entah apa tujuan kedua lelaki di hadapannya, ia harus berhati hati, karena tak tahu jika suatu hari nanti bisa saja hidupnya mengenaskan dalam sekejap mata.
Ellad memanggil pelayan menyediakan kamar untuk Aira, agar gadis pemilik bola mata hitam dengan bulu mata lentiknya bisa beristirahat.
"Ada apa, tuan?"
"Tolong antarkan Aira ke kamarnya! "
"Baik, tuan."
Aira yang mengikuti pelayan, kini berjalan perlahan. Dimana pelayan itu menunjukkan kamar untuk Aira.
Betapa terkejutnya Aira melihat kamar yang ditujukan pelayan untuk dirinya, begitu mewah dan rapi. Aira seperti hidup di dunia dongeng dengan penuh kemewahan.
Perlahan melangkahkan kaki menuju ranjang tempat tidur di dalam kamarnya. Gadis si pemilik bola mata hitam itu duduk pada kasur yang terasa begitu empuk, dengan kedua mata menatap ke arah jendela, terlihat pemandangan sangat luar biasa indahnya.
Di rumah seorang CEO memiliki taman yang cantik, terlihat bunga bunga berwarna warni terlihat jelas sekali, saat Aira menatap dari dalam jendela kamarnya.
Dua hari setelah ini, Aira akan menghadapi sebuah pernikahan yang tak didasari dengan rasa cinta. Dirinya akan menjadi seorang istri di usia delapan belas tahun, usia yang terbilang masih muda. Padahal baru saja Aira membahas usia dan pernikahan bersama sang ibunda.
Tak tahan rasanya menahan kesedihan dalam hati gadis berumur delapan belas tahun itu, Aira kini menitihkan air mata, membuat air mata itu mengalir seperti sungai kecil.
Bagaimana nasib sang ibunda yang sekarang? Apa dia masih hidup, atau sudah mati?
Sesekali Aira menyekah air mata yang terus mengalir melewati kedua pipinya, hatinya sakit, rapuh. Dan tak berdaya, entah bagaimana nanti nasibnya setelah menikah dengan seorang CEO muda lumpuh.
Apa akan menderita atau malah sebaliknya bahagia?
crrita carlos ma welly terus