Diego Murphy, dia adalah seorang pembunuh berdarah dingin, dan dia juga adalah seorang mafia yang telah mendedikasikan hidupnya untuk mengabdi kepada klan Dark Knight. Bahkan dia telah mendapatkan julukan sebagai The Killer, siapapun yang menjadi targetnya dipastikan tidak akan pernah bisa lolos.
Ketika dia masih kecil, ayahnya telah dibunuh di depan matanya sendiri. Bahkan perusahaan milik ayahnya telah direbut secara paksa. Disaat peristiwa kebakaran itu, semua orang mengira bahwa dirinya telah mati. Padahal dia berhasil menyelamatkan dirinya sendiri.
Setelah beranjak dewasa, Diego bergabung dengan sekelompok mafia untuk membalaskan dendamnya dan ingin merebut kembali perusahaan milik ayahnya.
Disaat dia melakukan sebuah misi pembunuhan terhadap seorang wanita, malah terjadi sebuah insiden yang membuat dia harus menjadi menantu dari pembunuh ayah kandungnya sendiri. Sehingga dia terpaksa harus menyembunyikan identitasnya.
Apakah Diego berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Sementara itu di kediaman milik Diego.
"Kamu bilang apa tadi? Ho-mo?" Diego sangat tidak terima dengan tuduhan Vanessa yang menyebutkan bahwa dirinya adalah seorang pria ho-mo.
Vanessa yang sedang menikmati makan malamnya, dia menjadi gelagapan. Rupanya Diego telah mendengar gerutuan nya itu.
"Mampus aku? Apakah dia mendengar ucapanku?" Kata hati Vanessa. Dia sangat merasa ngeri melihat bagaimana cara Diego menatapnya, seolah-olah ingin menerkamnya.
Vanessa memutuskan untuk berbicara apa adanya saja, toh dia sangat merasa yakin dengan kecurigaannya itu. "Emm... sebenarnya aku sudah mengetahuinya ketika kita masih berada di hotel, padahal kamu melihat dengan jelas ketika handukku melorot. Saat itu aku telanjang di depan kamu, tapi kamu terlihat sangat datar dan tidak bereaksi apa-apa. Jadi kamu gak usah malu, aku akan menjaga rahasia."
Diego mendengus kesal, tentu saja dia sangat tidak terima dengan apa yang Vanessa tuduhkan. Padahal di Amerika sana, banyak wanita yang ingin berkencan dengannya, bahkan mereka dengan sesuka hati menawarkan tubuh mereka. Tapi Diego memang tidak tertarik untuk memiliki hubungan dengan wanita manapun. Hanya Vanessa satu-satunya wanita yang menganggapnya ho-mo.
Diego tak habis pikir. Pria macho dan gagah seperti dirinya dikira pria ho-mo oleh wanita dihadapannya itu?
"Aku bukan pria ho-mo. Aku..."
Vanessa malah memotong perkataan Diego sambil tertawa kecil. Wanita itu sudah mengakhiri makan malamnya. "Udahlah kamu jujur aja sama aku, Sam. Makanya aku berani tidur di kamar kamu, karena aku tahu aku akan merasa aman. Kamu gak mungkin macam-macam sama aku."
Diego semakin merasa kesal setelah mendengarkan perkataan Vanessa. Wanita itu benar-benar menganggap dirinya ho-mo. Membuat Diego memandangi Vanessa dengan tatapan tajamnya.
Vanessa sangat menyadari bahwa tubuh Diego memang sangat terlihat macho. Tapi nyatanya di dunia ini memang ada beberapa pria macho yang berpacaran dengan sesama jenis.
"Sudah berapa pria yang berkencan denganmu, hm? Satu? Dua? Atau mungkin sudah puluhan?" Vanessa malah sangat senang meledek Diego, sampai perutnya sakit, tertawa terus dari tadi.
Vanessa berhenti tertawa ketika melihat Diego yang sedang menatap tajam ke arahnya.
"Aduh... maaf, aku sama sekali tidak bermaksud mentertawakan kamu. Tapi jujur saja aku menjadi geli membayangkan bagaimana pria dan pria bercinta." Ucap Vanessa sambil berusaha keras menahan diri agar tidak tertawa lagi, membayangkan dua orang pria sedang bermain pedang.
Diego masih terdiam, memandangi Vanessa dengan tatapan penuh rasa kesal. Sungguh dia sangat tidak terima disebut ho-mo oleh Vanessa.
Tatapan Diego sangat mengerikan. Vanessa segera mingkem. Mengapa pria itu sangat tidak terima disebut ho-mo? Padahal Vanessa sudah jelas sangat merasa bahwa Diego bukanlah pria yang normal.
Wanita itu pun pura-pura mengantuk. "Huamm... aku sangat ngantuk. Kalau begitu aku tidur duluan ya."
Setelah berpamitan, Vanessa segara berjalan menuju kamarnya. Posisi kamarnya bersebelahan dengan kamar Diego.
Namun, Vanessa dikejutkan oleh Diego. Ketika dia masuk ke dalam kamar dan hendak menutup pintu, tiba-tiba Diego menahan pintu tersebut dengan tangannya.
"Sam, kenapa..."
"Aku akan membuktikan kepadamu kalau aku bukanlah pria ho-mo. Kamu sudah membuat aku kesal." Potong Diego sambil menatap tajam kepada Vanessa.
Nafas pria itu memburu. Vanessa tidak tahu bahwa selama beberapa hari ini, Diego sangat tersiksa setiap kali berada di dekat wanita itu. Apalagi jika dia terbayang-bayang bagaimana indahnya tubuh Vanessa. Tapi malam ini, Diego merasa bahwa Vanessa seolah-olah sedang ingin memancingnya.
Gluuk!
Vanessa menelan saliva ketika mendengar perkataan Diego. Bahkan dia nampak merinding ketika melihat bagaimana cara Diego menatapnya. Seakan pria itu ingin sekali menerkamnya sampai habis tak tersisa.