Mommy Untuk Anak Duda

Gracel menggaruk belakang kepalanya di ikuti oleh sang anak. Revandra menatap mereka dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Naik motor lo?" tanya Revandra dan langsung di angguki oleh Gracel.

"Daddy ini El yang minta bukan Mommy, jadi jangan nyalahin mommy ku!" tekan Xaviel pada daddynya. "Tapi kok daddy tau El dan mommy ada di sini?" tanya Xaviel.

"Taulah, kan semalam daddy pasang ini." Revandra meraih tangan putranya memperlihat jam tangan yang sedang dia pakai.

Revandra di telfon oleh Marro kalau Gracel dan Xaviel keluar rumah tanpa di antar terlebih lagi membawa motor sendiri. Takut terjadi yang gak-gak kepada mereka berdua.

Xaviel manggut-manggut.

"Yaudah ayo kita jalan-jalan sama aja, kebetulan daddy ada, jadi daddy bonceng mommy dan aku ya!" pinta Xaviel menarik tangan Gracel ke arah parkiraan motor.

Gracel menaikan kacamatanya lalu tersenyum devil kepada duda tersebut. Dia diam bukan berarti takut dan merasa bersalah hanya saja ingin mencari pembelaan dari Xaviel.

Revandra mencibikkan bibirnya lalu menelfon ajudannya untuk mengambil mobilnya di taman.

"Daddy kayanya kita gak cukup deh, gimana kalau daddy dan mommy aja yang naik motor, biar El sama paman Mallo saja," saran Xaviel.

"Cukup ini, jangan mencari alasan ya kamu," ujar Gracel menaikan anak itu ke jok depan.

"Yah, ketahuan sama mommy deh," keluhnya tertawa kecil.

Gracel terkekeh mencium pipi bocah itu dan ikut naik ke atas motor.

"Om pelan-pelan ya, jangan ngajak ke alam bawah," bisik Gracel pada Revandra.

Lelaki itu hanya berdecak. Setelah Gracel menaiki motor, Revandra pun melajukan motor sportnya meninggalkan taman.

"Lo lapar?" tanya Revandra mendengar suara perut gadis yang ada di belakangnya berbunyi.

Gracel mengangguk pelan membuat Revandra memutar bola mata jengah.

Revandra menacap gas menuju restoran terdekat.

"Makan di rumah aja om, pemborosan banget makan di luar kalau di rumah banyak yang bisa di makan," timpal Racel turun dari motor.

"Kalau lo gak mau makan yaudah, biar gue dan anak gue aja," jawab Revandra menurunkan Xaviel dari atas motor.

"Daddy gak usah makan bial mommy dan aku aja kalau gitu!" sahut Xaviel memihak Racel sehingga gadis itu menjadi bangga diri.

"Terus yang bayarin siapa? Mommy mu?" tanya Revandra menatap sekilas ke Gracel.

"Gak! Daddy lah yang bayal," jawabnya.

Gracel makin senyum meledek pada Revandra.

"Cih, ini anak gue bukan sih?" tanyanya dalam hati.

"Ayo Mommy," ajak Xaviel menarik tangan Gracel masuk ke dalam restoran.

Gracel menoleh ke arah Revandra lalu menyulurkan lidahnya. Revandra ingin memukulnya dengan helm namun cepat-cepat gadis itu menghindar.

"El lihat daddy mu masa mommy mau di pukulin helm," aduh Gracel.

Xaviel menoleh ke arah daddynya memberinya tatapan tajam. Gracel menahan tawanya menggendong Xaviel masuk.

"Dih cewek licik," cibir Revandra ikut masuk.

Sambil menunggu pesanan datang, Gracel dan Xaviel bermain dan bercanda tanpa mempedulikan Revandra.

"Mommy curang," seru Xaviel ketawa karena Gracel menggelitiknya.

Xaviel menggelitik Gracel balik membuat gadis itu ketawa terbahak sehingga tanpa sadar ada pelayan yang lewat dan hampir menumpahkan semangkok sup panas ke arahnya namun Revandra menahan lengan Gracel menggunakan tangannya dan pada akhirnya dia yang mengenah air sup panas tersebut.

"Aw," ringis Revandra.

"Om Revandra," panik Gracel mengambil tisu dan melap tangan lelaki tersebut. "Maaf om," ucap Gracel menium tangan Revandra dengan wajah khawatir.

"Tangan daddy melah," kata Xaviel.

Revandra memandang manik mata Gracel yang kelihatan begitu panik bercampur aduk. Dia menarik tangannya.

"Gak Papa ini cuma memer, sebentar akan ku rendam air dingin saat sampai di rumah," sahut Revandra.

"Tap-"

"Gak usah khawatir, yang penting lo gak kena supnya tadi," sela Revandra. "Lain kali hati-hati kalau bawa yang panas-panas kaya gitu Mbak. Jangan melihat kesembarangan arah, fokus, gimana kalau anak dan is-" Kata terakhir Revandra berhenti saat menyadari yang akan dia katakan.

"Ya maaf, tuan," jawab pelayan itu menunduk.